It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“hi Dam, oh udah ada yang baru ya?” Tanya Si pria melihat Damar bersama Elo
“Alvian?, kamu bukannya lagi di….”
“oh aku baru aja balik, kangen sama Andy, ini juga mau ketemuan, udah dulu ya, oh ya salam buat cowok baru kamu, kece deh dia” kata alvian sambil pergi meninggalkan Damar yang kehabisan kata-kata, namun Damar tahu ucapan Alvian sedang meremehkannya, hal itu memebuat emosi Damar naik seketika
“siapa Dam?” Tanya Elo bingung
“udah cepet” kata Damar berjalan lebih cepat keluar dari supermarket menuju tempat parkiran
Elo sedikit kerepotan membawa kantong belanja yang cukup banyak dan harus mengimabangi langkah Damar yang begitu cepat. Setelah berada di mobil Damar membuka pintu belakang mobil dan Elo memasukan semua belanjaan tersebut
*duuukkk!!!* suara pintu Damar yang membanting pintu belakang mobil, sepertinnya amarahnya semakin membara bertemu dengan mantannya yang sampai sekarang belum bisa ia lupakan dengan cepat ia menaiki mobil, Elo yang tau suasana hati Damar sepertinya mulai mengerti siapa yang mereka temui tadi, Elo dengan segera menaiki mobil duduk dikursi depan disamping Damar
“Damar kamu kenapa?” Tanya Elo sedikit pelan
“LOE BISA DIAM GAK??” hardik Damar kasar
“……”mulut elo seketika bisu mendengar ucapan Damar dengan nada bicara yang tinggi
Damar kemudian melajukan mobilnya dengan cepat, Elo sangat ketakutan dengan kecepatan mobil yang seperti berada di arena balap membelah jalanan kota di siang hari, untungnya saat ini hari minggu dan kendaraan tak begitu banyak, tak butuh waktu lama mobil telah kembali kegarasi rumah Damar, Elo segera turun menuju belakang mobil hendak menurunkan barang-barang ynag masih di dalam mobil, Elo masih saja terdiam karena tahu keadaan Emosi Damar sedan tidak baik sekarang
“Pak tolong turunin belanjaan saya, kunci mobil nanti taruh lagi di dalam, Elo loe bisa pulang sekarang, gue capek mau istirahat” kata Damar dan langsung berjalan masuk kedalam rumah
Elo tak menuruti perintah Damar ia lalu menurunkan belanjaan bersama Satpam rumah dan masuk dari pintu yang ada di garasi yang terhubung dengan dapur kotor, sesampai di dapur Elo mengatur sendiri bahan-bahan itu di dalam kulkas, ia juga memisahkan Bahan yang akan ia masak untuk makan siang Damar, ia sudah mendengar cerita pak satpam saat membantunya membawa belanjaan kedapur, bahwa orang tua Damar sedang pergi keluar daerah untuk membuka cabang perusahaan, dan sekitar satu bulan lagi kembali, pembantu yang biasa memasak sedang ijin sampai minggu depan, Damar juga sempat memesan makanan catering dua hari lalu dan sukses membuatnya sakit perut hingga kemarin, makanya ia tidak ingin lagi memesan makanan luar
“makanan bisa membuat kita senang kan? Okay Elo tunjukan bakatmu”
Dengan perkataannya itu Elo lalu mulai sibuk mengolah makanan di dapur rumah Damar, ia tidak kesulitan karena semua alat serta bahan yang ia butuhkan tersedia di dapur. Setengah jam memasak ia tidak sadar bahwa Damar sedang melihat aktivitas memasaknya, Damar yang tadi masuk kekamar kembali keluar karena mencium aroma sedap dari masakan Elo yang sanggup memberontak perutnya
“siapa yang stress??” jawab Damar merasa Elo menyinggungnya
“Nggak ada, tapi coba kamu makan biar bisa ganjel perut dulu biar gak marah-marah”
“siapa yang ……” mulut Damar yang sedang terbuka langsung disumpal Elo dengan brownis yang dibeli sewaktu di supermarket tadi, di jarak yang begitu dengan dengan posisi yang amat dekat mata mereka saling bertemu, senyum manis dan tatapan polos khas Elo mampu membuat Damar terpaku beberapa detik, lalu dengan sekejap ia mendorong pelan tubuh Elo
“kalo gue tersedak gimana” kata Damar masih dengan mulut mengunyah sepotong brownies yang disuapi Elo, namun wajah nya sedikit memerah akibat perlakuan Elo tadi
“gimana Enakkan?” Tanya Elo tanpa rasa bersalah atas perlakuannya pada Damar tadi
“eh cepetan masaknya gue udah lapar nih” kata Damar sambil duduk di meja ruang makan yang bergabung dengan dapur kotor rumah ini
“oh iya, tunggu ya, supnya bentar lagi matang” Elo kembali mengaduk supnya sambil sedikit mencicipi rasa supnya, setelah dirasa cukup ia lalu mengangkat panci sup lalu menuangkan isinya kedalam mangkuk sup yang sudah disiapkan tak butuh waktu lama semua hidangan telah siap di atas meja makan di hadapan sang Damar
“Selamat menikmati tuan muda” kata Elo sedikit membungkuk seperti saat ia menjadi pelayan
“eh loe duduk juga disini temenin gue makan?”
“kamu ngajak aku makan bareng?” Tanya Elo heran
“iya, kenapa? Mau nggak, atau loe mau pulang sekarang?”
“nggak kok, aku mau” Elo lalu duduk dikursi yang sejajar dengan duduknya Damar, Damar yang sudah kelaparan mengambil sedikit nasi dan beberapa lauk serta menaruh sup di dalam mangkuk kecil , ia lalu mnyesap sedikit supnya
“kok enak?” gumam Damar pelan, namun sanggup didengar Elo yang tersenyum bangga mendengar gumaman Damar
“Enak yah??” Tanya Elo
“nggak kok biasa aja enakan juga masakan nyokap gue” jawab Damar bohong, mulutnya lalu mulai melahap semua hidangan yang ada di depannya, ia juga beberapa kali menambah lauk di piringnya, Elo yang melihat semua itu tersenyum senang karena masakannya disukai kekasihnya itu
Setelah selesai makan Elo lalu mengambil piring kotor yang tersisa, makan siang kali ini begitu istimewa bagi Elo, karena dilakukan bersama pacarnya, lalu saat akan mengambil piring makan Damar ia sedikit menunduk dan berbisik
“lidah gak bisa bohong Dam”
“maksud loe?”
“nggak kok, aku mau bersihin ini terus pulang, kalo kamu mau dimasakin lagi tinggal telpon aku aja pembantu kamu-kan masih lama balik, makan malamnya udah aku siapin kok, tinggal di panasin aja” kata Elo lalu meninggalkan Damar sendiri di meja makan ia lalu membersihkan semua piring dan gelas yang sudah di pakai, setelah semua selesai, ia keluar dari pintu belakang dan hendak pulang, ia tak lagi pamit ke Damar karena ia tahu Damar pasti sedang tidur di kamar, namun saat hendak berjalan keluar garasi, ia melihat mobil Damar yang tadi sudah siap bersama Damar sebagai supirnya
“Besok habis ngampus langsung ke rumah gue ya, Bantu gue buatin makan siang” kata Damar saat menurunkan Elo di depan gang sempit menuju rumah Elo
“Siip Bos, mau makan apa besok?”
“terserah”
“okay, hati-hati yah” kata Elo sambil tersenyum memamerkan gigi putih dan lesung pipi kirinya
“Damar??? Jadi pulang gak” kata Elo merasa heran melihat Damar yang sempat terdiam
“eh iya, gue balik dulu ya”
Damar kemudian melajukan mobil hitamnya kembali ke rumah
////BERSAMBUNG/////
Btw semangat ya lanjut ceritanya, ditunggu kelanjutannya. Bf udh mulai sepi memang jadi wajar jarang yg mampir, kebanyakan pd buka di wattpad.
Emang sih bf udah sepi gegara bnyk yg pindah k wattpad. Gmn lgi kan bf kalah saing gegara susah di akses. Lanjut bro... Di tunggu... Jngn lama2. @cowokkumal
Part 5
Another place……
^^^FLASHBACK……^^^
-Roby-
Hari ini aku baru saja menginjakkan kakiku kembali di tanah kelahiranku, negaraku tercinta, setelah terbang hampir 15 jam sepertinya tubuhku tak mampu lagi berjalan, aku sedang menunggu bagasi yang sepertinya akan memakan waktu lama, aku kemudian memutuskan untuk mengambil handphone dan menelepon seseorang
“Halo pak, udah di bandara?”
‘…………..’
“aku capek, bisa tolong urus bagasiku?”
‘………’
“okay dimana mobilnya?”
‘……..’
“okay aku tunggu disana”
Kenalkan aku Roby Wijaya, aku baru saja menyelesaikan kuliahku di negeri kanguru, yah singkat saja perkenalannya, aku terlalu lelah sekarang
*tututututututut* suara dering ponsel membangunkanku yang sedang tertidur dikursi belakang mobil melihat nama yang tertera disana aku langsung cepat-cepat mengangkatnya
“ya Pah”
‘……….’
“udah aku udah sampe, masih nunggu bagasi kok”
‘………’
“it’s okay pah, ada pak tono disini, dia bisa bantu kok”
‘…………..’
“okay, bye Pah, sampe ketemu di rumah”
Yah setelah menutup telepon aku melihat keluar jendela, sepertinya ngantukku sudah hilang entah kemana, aku membuka lebar kaca jendela mobil yang sempat tertutup, ku hirup udara di luar mobil yang bercampur dengan polusi, kurasakan kembali panasnya mentari yang sedikit jarang kutemui di tempat kuliahku dulu, semangat baru sepertinya muncul dalam dadaku, aku harap kepulanganku kesini membawa keberuntungan, dan semoga aku bisa menemukan seseorang yang tepat bagiku.
~~~~~~~~~~
Sudah dua hari aku beristirahat dirumah, hari ini aku ingin melihat salah satu tempat usaha papa, ya papaku adalah seorang pengusaha, teringat enam bulan lalu saat aku sudah di semester terakhir kuliahku, papa meneleponku, ia mengatakan bahwa ia sudah capek dan ingin beristirahat, ia ingin aku meneruskan semua usahanya, aku membutuhkan waktu untuk memikirkan permintaannya, bukan hanya karena cukup berat bagiku menjalankan semua usaha papah, tapi aku berat harus meninggalkan Justine kekasihku seorang pria Inggris yang kutemui sewaktu kuliah, kami menjalin hubungan cukup lama hampir 3 tahun, namun cintaku padanya tidak dihargai, aku dikhianati, dan itulah salah satu alasanku sekarang berada di Indonesia, aku ingin melanjutkan usaha papah, aku sudah bukan anak remaja yang hanya mengurusi patah hatiku, aku ingin menjadi dewasa, aku ingin melupakan sakit hatiku yang teramat sangat dengan datang kesini dan menyibukkan diriku dengan bekerja
Aku turun dari mobil, terdengar suara riuh musik di halaman parkir yang berasal dari lobby depan karaoke papa, disinilah papa memintaku belajar untuk menjadi seorang penerus usaha papa
“papa…” pria paruh baya didepanku ini belum kehilangan kharismanya, tak heran aku mewarisi sebagian ketampanannya, papa sedang memeriksa sesuatu saat aku masuk keruangannya, ia menurunkan kacamatanya, melihatku dengan ekspresi sedikit heran
“Robby, kenapa kamu datang kesini?, kamu bisa beristirahat dulu dirumah sampai beberapa hari” katanya dengan nada khawatir
“ nggak apa kok pah aku cuman mau melihat-lihat kondisi disini”
“okay pa”
Setelah keluar dari ruangan papa di lantai 3 aku mulai melihat-lihat tempat karaoke keluarga ini, hari ini adalah hari senin, artinya diwaktu sore seperti ini masih sepi pengunjung, aku jadi lebih leluasa melihat semua fasilitas yang ada, mulai berpikir apa yang harus diganti, konsep apa yang akan aku terapkan dan lainnya, aku juga bertemu dengan beberapa pegawai lama disini, mereka sudah bekerja sejak aku masih SMA, mereka sedikit heran dan hampir tidak mengenalku, namun mereka teringat kembali dan sangat hangat sambutan yang mereka berikan, setelah berbincang-bincang sedikit aku pun kembali menuruni tangga menuju lobby lantai satu, namun tiba-tiba langkahku terhenti, mataku tertuju pada sosok yang sedang tersenyum menyapa pelanggan di pintu masuk, senyumnya begitu menawan, cara bicaranya begitu sopan layaknya pelayan berkelas, ia sepertinya tak cocok menjadi palayan disini wajahnya begitu polos, dari gesturnya aku bisa menebak bahwa ia seorang terpelajar, tapi mengapa ia bisa menjadi pelayan disini?
“Robby? Lihat apa kamu?”
Suara papa yang tiba-tiba saja sudah ada disampingku mengagetkanku, entah sudah berapa lama ia berada disampingku
“eh papa, enggak kok, itu pegawai baru ya pa?”
“yang mana?”
“yang kacamata itu” kataku sambil menunjuk pada sosok berkacamata yang sedang melayani pelanggan
“oh, itu Elo, dia udah cukup lama kok, udah setahun disini”
“oh begitu, aku balik dulu ya pa” kataku mengalihkan pembicaraan
“loh kok buru-buru?”
“aku mau ketemu teman-teman smaku pah,besok baru aku kesini lagi, langsung masuk kerja pa”
“oh baiklah kalo begitu hati-hati yah”
Sesampai dimobil aku masih memperhatikan pria yang sudah kembali berdiri di depan pintu masuk, sepertinya ia bertugas menerima tamu, Elo nama yang cukup bagus dan senyumnya, aku terpesona dengan senyum manis dan wajah polosnya itu, besok aku harus masuk kerja aku ingin mengenal dia lebih jauh
~~~~~~ anotherdayyyy....~~~~~~~
‘Dimana Dia?, apakah Dia tidak masuk hari ini?’ batin Roby yang telah berkeliling dari lantai 1 sampai lantai 3, semua ruangan juga telah periksa, tapi ia tetap tidak menemukan Elo, ia bahkan rela berdiri cukup lama di meja costumer service karena mengira Elo akan datang terlambat dan bisa memarahinya, namun sayang sampai jam istirahat karyawan, sosok Elo tak juga muncul
“apakah dia sakit??” gumam Roby yang sudah kembali keruangannya di lantai tiga
-Roby-
*drrtttdrrrtdrrttdrrt* suara handphoneku tiba-tiba berbunyi saat aku sedang melamun di ruanganku di siang bolong
“Halo pa, ada apa?”
‘Roby bentar sore kamu harus pergi dulu kerumah tantemu, katanya rindu sama kamu’
“tapi nanti siapa yang disini pa?”
‘besok papa udah balik kok, pokoknya sore ini kamu bisa berangkat sama pak Tono, Lusa kamu harus sudah pulang, papa mau adakan pesta kecil dirumah, sambil mau memperkenalkanmu ke kolega papa’
“kalo itu mau papa aku ikut aja”
‘okay, papa tutup telponnya ya’
“ya pa, bye, hati-hati disana”
Setelah menerima telpon papa aku lalu bergegas pulang kerumah, aku harus pergi kerumah tante Linda, adik bungsu papah yang tinggal cukup jauh dari kami. Aku hampir saja lupa dengannya bagaimana mungkin aku kembali pulang dan tak menyapa wanita yang sudah aku anggap ibuku sendiri, ia telah menjadi sosok pengganti ibu bagiku, sejak SMP dialah yang merawatku, namun karena papah harus pindah dan mengembangkan bisnis baru di kota, aku lalu diajak untuk pindah bersama papa yang tak mau aku jauh darinya saat aku kelas tiga SMA. Setelah lulus SMA aku menerima beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Sidney.
~~~~~~~~~~~~~~~~
Mobil yang mengantarku telah masuk di sebuah halaman rumah sederhana, bergaya Etnik begitu banyak pohon serta tanaman hijau dihalaman depan yang cukup luas, Asri dan tenang jauh dari keramaian kota, aku melihat sekeliling, semua masih sama seperti dulu, hanya dinding rumah tante Linda yang telah berganti warna catnya.
“Pak kita sudah sampai” kata Pak Tono supir keluargaku membuyarkan lamunan masa laluku
“oh.. iya, terimakasih sudah mengantar”
“sama-sama pak, akan saya jemput lagi besok lusa”
“ya…” jawabku pada pak Tono sambil turun dari mobil
Aku menghirup dalam-dalam udara sejuk serta bau tanah yang sepertinya baru saja disiram oleh si empunya rumah, saat sedang menikmati suasana tenang di rumah ini, aku melihat seorang pria sedang menyiram tanaman di samping rumah, ia tidak menyadari kehadiranku sampai akhirnya ia sadar menatapku sedikit heran lalu seperti baru saja teringat akan sesuatu ia lalu melemparkan selang yang ia pegang dan berjalan kearahku dengan senyum lebarnya
“Kak Roby??” sapa dia padaku seperti tidak percaya aku berada disini
“Hi, apa kabar Di?”
“Aku baik kak, ini beneran kak Roby kan? Aku gak salah kan?”
“iya….., ini Roby kamu gak salah…”
Aku begitu terkejut ketika ia memelukku secara tiba-tiba begitu erat, seolah olah ia tidak mau melepaskanku sampai aku sedikit susah bernafas.
Tante Linda sedang tidak dirumah saat aku datang, aku baru saja selesai mandi, menghampiri sepupuku Edi yang sedang duduk termenung di teras belakang rumah
“lagi ngapain Di? Kenapa bengong?” sapaku padanya sambil duduk disebelahnya
“Udah selesai mandi kak?” Edi bertanya tanpa menoleh padaku, wajahnya menatap lurus kedepan, ia sepertinya sedang memikirkan sesuatu
“kok pertanyaan kakak nggak dijawab?” aku bertanya balik padanya, ia tersenyum lalu memandangiku sebentar
“Aku rindu kakak, jangan pergi lagi kak….” Ia berkata pelan tanpa menoleh padaku, sangat pelan namun masih bisa kudengar, aku menjadi sedikit gugup, semoga ia tidak sedang mengingat masa lalu
“………….”
“Kakak bagaimana?, apa kakak pernah memikirkanku?, *hehehe* pasti nggak kan kak?” kali ini ia berbicara sambil tertawa, tak ada yang lucu menurutku, aku sedang tidak ingin membahas hal ini dengannya sekarang
“Di, lebih baik kita bicara yang lain saja ya?” aku berusaha mengalihkan pembicaraan yang tidak kusuka ini
“Sampai kapan kakak mau nerima aku? Apa kejadian malam itu nggak berarti apa-apa buat kakak?”
“Di, kamu tau kan itu semua tak disengaja, kakak emang salah , membuatmu menumbuhkan perasaan yang seharusnya gak ada itu juga salah kakak, kakak mohon lupain semua itu, bisakah kita kembali kayak dulu sebagai sepupu?”
“aku gak pernah anggap kakak sebagai saudara ku, perasaanku sama kakak melebihi dari persaudaraan, dan aku mohon jangan pernah jadikan hubungan persaudaraan kita sebagai alasan kakak menghindariku, aku sudah berusaha melupakan kakak, tapi itu sulit kak, setiap malam selalu wajah kakak yang aku ingat, mengingat bagaimana kakak pergi tanpa memberi kabar padaku, begitu sakit rasanya, tapi aku bertahan, sampai hari ini, aku bisa kembali bertemu kakak sungguh hal paling indah dalam hidupku, ku mohon jangan menghindariku lagi, belajarlah untuk menerimaku kak, tidak bisakah kamu menyediakan tempat dihatimu untukku?”
“Roby???, kamu kapan datang nak?” tante linda datang dan memelukku, aku membalas pelukannya, satu hal yang kurindu darinya adalah pelukan darinya, aku seperti bisa merasakan kembali kasih sayang seorang ibu darinya
“kamu udah makan nak??, Edi kamu udah nyiapin makan buat kak Roby?”
“Udah kok mah, Roby tadi udah makan sama Edi, terus mandi deh” aku menjawab pertanyaan tante linda, aku sudah terbiasa memanggilnya mama sejak tinggal bersama dengannya
“oh baguslah, mama baru aja pulang dari arisan, kalo tau kamu bakalan datang tadi mama masak yang enak buat kamu”
“huh… mama giliran kak Roby aja, semuanya di kasih, giliran aku ada aja alasannya” kali ini Edi yang menyahut tak ada raut wajah sedih lagi, aku bisa sedikit lega karena kedatangan tante Linda bisa mencegah pembicaraan tak mengenakan antara aku dan Edi
“Eh kamu kok ngomongnya kayak gitu, mana ada mama pernah bedain kamu sama kak Roby?, sekarang kak Roby udah disini, kamu bisa belajar sama dia buat persiapan ujian masuk kuliah nanti, siapa tau kamu bisa kayak kak Roby, kuliah di luar negeri” balas tante Linda
“Enak aja, ngapain sampe keluar negeri?, kampuskan banyak disini, aku mau disini aja, biar bisa deket sama kak Roby terus bisa diajarin sama dia, ya kan kak”
“i….iya” aku menjadi sedikit gugup menjawab Edi, dekat denganku ?, apa maksudnya ini?
Aku berusaha bersikap biasa, sekarang aku bersama tante Linda dan Edi sedang duduk diruang keluarga sambil menceritakan pengalamanku selama kuliah, teman-temanku, dan tempat tempat indah disana yang pernah aku kunjungi.
~~~~~~
Sudah 2 hari 2 malam aku disini, Pak Tono sudah datang menjemputku, aku sedang bersiap siap di kamar lamaku sewaktu tinggal bersama tante Linda, ada seseorang yang masuk kekamar aku berbalik dan ternyata Edi sudah berada di belakangku, ia memelukku erat, aku berusaha melepaskan pelukannya
“jangan begini Di, bagaimana kalo dilihat mamamu?” jawabku sedikit emosi setelah melepaskan pelukannya
“tidak bisakah kakak mencintaiku?” kesedihan jelas terpancar diwajah putihnya itu, namun aku tak mau terpengaruh dengan wajah sendunya itu
“Aku sudah jelas mengatakannya kepadamu, dan aku tak mau mangulanginya”
“terserah apa yang mau kakak katakan, suatu saat nanti aku akan mendapatkan cinta kakak”
“Cukup Di!!”
“aku tidak akan merasa cukup sebelum kakak mau mencintaiku”
“terserah!!” jawabku sedikit emosi lalu menarik tas punggung berisi pakaian dan berlalu meninggalkannya
“jangan pergi, jangan tinggalkan Edi sendiri lagi kak, Edi sayang kakak”
Tiba-tiba Edi menarik lenganku dan memelukku erat, tanganku sudah terkepal, emosiku sudah pada batasnya
“Loh-loh… kok malah pelukan??” tante Linda tiba-tiba muncul di depan pintu saat Edi masih memelukku, namun ia langsung melepaskannya saat tahu tante Linda melihat kejadian tadi
“Roby, adikmu itu kayaknya kangen banget sama kamu loh, kamu gak bisa tinggal lebih lama lagi?”
“Nggak ma, aku harus balik pagi ini, kan mama tahu ada apa hari ini”
“ya sudah, kalo begitu, ini tolong kasih ke papamu ya, bilang selamat ulang tahun dari tante, maaf tante gak bisa datang, papanya Edi kan belum balik dinas mama gak mau pergi sendiri”
“iya ma, gak apa, makasih bingkisannya” jawabku sambil tersenyum dan memeluk tante linda sebentar, ia membalas pelukanku.
“Di kak Roby jalan dulu ya, kamu belajar yang rajin”
“……..” Edi tidak menjawab namun ada raut kecewa di wajahnya
“Duh Edi, jangan cemberut gitu dong, ya udah nanti kalo kamu lulus dan dapat nilai tinggi mama ijinin kamu lanjutin kuliah di tempat Om Leo biar bisa tinggal bareng sama kak Roby, ya kan Rob?”
“i…iya ma”
Aku mengiyakan ucapan tante Linda walaupun hatiku menolak hal itu, dekat dengan Edi adalah hal yang tidak aku inginkan, wajah Edi kembali cerah, jelas sekali ia bahagia mengetahui ibunya yang selama ini selalu protektif padanya, dan tak ingin ia tinggal jauh dari tante Linda memperbolehkannya melanjutkan kuliah di kota.
Aku sudah berada di dalam mobil, melambaikan tangan kepada tante Linda dan Edy yang ada di teras depan rumah, mobilku kemudian perlahan meninggalkan rumah tante yang paling aku cintai.Sepanjang perjalanan aku masih mengingat kembali pertemuanku dengan Edi, semua hal yang ia katakan terus terngiang ditelingaku, setelah sampai di rumah aku kemudian berjalan terburu-buru menuju kamarku, dan tiba-tiba tanpa sengaja aku menabrak seorang pria yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi tamu di dekat tangga menuju lantai dua
Rasa jengkel sejak pulang dari rumah tante Linda tadi bertambah ketika menabrak orang asing yang tak tahu dari mana datangya ada dirumahku, Aku hendak memarahi orang tersebut, namun amarahku hilang saat melihat wajahnya
“aduh maaf pak, saya tidak sengaja” katanya sedikit menundukkan kepala
“siapa loe??” pertanyaan bodoh sebenarnya, aku berusaha menyembunyikan rasa senangku bertemu dengan seseorang yang sudah beberapa hari tak bisa ku temui
“maaf saya pegawai pak Leo yang datang membantu persiapan pesta…….” kata Elo sambil mengangkat kembali wajahnya menatap langsung padaku, wajahnya aku senang melihat wajahnya sejak pertama kali melihatnya
“kamu pegawai baru ya??” satu pertanyaan bodoh lagi, sedikit berbasabasi mengulur waktu agar
bisa menatap lebih lama wajahnya
“Iya pak saya baru setahun kerja di karaoke pak Leo” jawab Elo sopan dengan sedikit menunduk
“nama Loe?” lanjutku dengan gaya arogan, kenapa aku harus menanyakan namanya yang sudah ku ketahui, kenapa tidak nomor telponnya?, atau dimana rumahnya?, itu tidak mungkin, aku belum tahu ia sama sepertiku atau tidak
“saya Elo pak” jawabnya sambil memberikan tangannya hendak berjabat
“oh…..” jawabku kemudian berlalu meninggalkannya berjalan menuju kamarku di lantai dua menaruh tasku diatas meja dan membaringkan tubuhku sambil tersenyum membayangkan wajah Elo pria yang tak sengaja kutabrak tadi, sungguh aku mengutuk keras apa yang aku lakukan tadi, kenapa aku tidak menjabat tangannya?, kenapa aku merasa gugup saat ia mengulurkan tangannya?, aku tidak pernah sepengecut ini untuk mendekati orang yang aku suka, namun entah kenapa aku sedikit gugup ketika bertemu dengannya dan aku tak ingin ia tahu itu, apakah jatuh cinta harus seperti ini?, aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya, tunggu, apa yang aku pikirkan tadi?, Cinta?, oh itu tidak mungkin, aku hanya mengagumi wajah polosnya itu, dan senyum manisnya itu, tapi apa mungkin ini hanya rasa suka? tidak lebih??, aku kembali mengingat wajahnya, senyum manisnya, dan aku ikut tersenyum
“akhh……..” aku mengacak rambutku sendiri, entah apa yang baru aku pikirkan, aku bangun lalu masuk kamar mandi, aku harus membersihkan diriku, dan kepalaku yang penuh dengan pikiran aneh sejak bertemu dengan pegawai baru itu.
Aku sedang melihat penampilanku pada pesta malam ini, kemeja biru muda, celana chino hitam dan tak lupa loafer hitam sebagai pelengkap, aku tersenyum melihat tampilanku di cermin, aku cukup tampan malam ini, papa akan mengadakan pesta ulang tahunnya serta penyambutan bagiku yang baru pulang menyelesaikan studiku sekaligus sebagai momen memperkenalkanku dengan beberapa partner bisnis papa, selain bisnis kecilnya yang sedang aku jalankan saat ini sebagai permulaan, papa juga memiliki beberapa outlet restoran dan perusahaan pengembang property yang merupakan bisnis utama papa.
Aku berjalan menuruni tangga dan menuju halaman belakang tempat biasa papa mengadakan pesta dan pertemuan dengan partner bisnisnya, sampai disana ternyata sudah banyak sekali tamu yang datang, aku menyapa beberapa dari mereka dan memperkenalkan diri pada beberapa orang yang aku kenal, setelah beberapa saat acara dimulai dan aku di panggil untuk naik keatas panggung kecil yang telah dipersiapkan untuk memberikan sambutan pada para tamu undangan, saat membacakan sambutanku diatas panggung, dengan jelas aku bisa melihat wajah kaget si pegawai baru itu, ternyata ia yang bertugas sebagai pramusaji malam ini, aku senang bisa melihat wajah terkejutnya itu ketika melihatku memberi sambutan, setelah membacakan sambutanku, aku turun dari panggung, kembali menyapa beberapa tamu papa, sambil sesekali, atau mungkin lebih sering aku menatap dia yang sedang melayani tamu disana aku tersenyum melihat ia tersenyum menyapa tamu yang akan mengambil makanan, senyumnya begitu menawan.
~~~~~~~~~~~~~~
Acara sudah selesai, semua tamu juga sudah pulang hanya beberapa pelayan yang sedang membersihkan tempat acara, aku berada dilantai dua, sedang mengawasi seseorang di bawah sana, yang sedang ikut membantu membersihkan halaman belakang, karena lelah aku lalu kembali kekamar dan membaringkan tubuhku di kasur kingzise ku. Kupejamkan mata, membayangkan sosok berkacamata sedang tersenyum kearahku, aku membalas senyumnya dan akupun tertidur.
////BERSAMBUNG/////
Part 5 ini hadiah akhir tahun ku buat boyzforum dan para member setianya
Dan part 5 ini sebagai part terakhir untuk memperkenalkan para tokoh yang terlibat di dalam cerita ini
Semoga berkenan kepada para reader, komentator, dan tak lupa para silent reader yg entah suka atau tidak dwngan cerita ini
@SteveAnggara
Selamat membaca, kalo gak suka di mention lgsg gampar aj bro biar diam
Part 6
-ELO-
“Elo……” suara si Alien manggil gue
“Woi!!!” dan tangan kurang ajar itu mendarat sukses di bahu gue
“*ssshhh loe kalo datang tanpa mukulin bahu gue bisa gak?”
“ya elah El….. gitu aja sakit, kalo cowok tuh ketemuan sama temennya harus pukul-pukulan” kata Rey tanpa Dosa
“…….”
“lagi mikir apa loe?, kredit BH belom dibayar?”
“enak aja loe” kata gue sambil lemparin sedotan minuman dingin ke muka Rey
“*hehehe, by the way my bro Elo, gimana kabar your DamDam”
“hehehe, biasa lah, masih cuek kayak biasa”
“hah….. kasian yah loe, udah…. cari yang baru aja”
“enak aja loe, eh tapi emang ada yang mau sama gue ya?”
“nggak” jawab Rey tanpa beban sambil memesan minuman ke Ibu pemilik kantin
“makasih, loe jujur banget deh jadi temen gue” bales gue sedikit jengkel
“*hehehe, maksud gue kenapa gak loe cari lagi aja yang baru, loe betah banget yah sama dia yang kayak gituan”
“loe kan tau gimana gue harus ngumpulin keberanian buat bisa jadi pacar dia, masa gue menyerah, pokoknya bakal gue buat dia sayang sama gue”
“semangat yah my bro….. kalo dia apa-apain loe kasih tau gue, biar gue hajar dia”
“enak aja loe, gue malah harapannya diapa-apin sama dia” jawab gue tersenyum mesum
“*wuahahahaha, maksud gue bukan itu dasar mesum, loe tuh tampang alim otak iblis yah” tawa Rey pecah seketika karena mengetahui maksud perkataan gue
“maksud gue kalo dia cuman mau mainin loe aja, kasih tau gue”
“ya enggak lah, eh loe tau gak, udah beberapa hari ini gue masak makan siang buat dia loh” jawab gue
“hah? Masa? Cieee….. berarti tadi loe lagi mikirin gimana caranya naruh obat tidur di makanannya dia trus kayak sinetron-sinetron, pas dia sadar loe berdua udah di ranjang lagi” jawab Rey asal
“sembarangan loe, emang gue segatel itu” jawab gue sewot
Pas lagi seru-serunya ngobrol bareng Rey, hp gue berdering tanda ada pesan masuk
From : my DAMDAM
Loe masih kuliah? Kalo nggak gue tunggu di depan gedung
Sms itu membuat gue semakin girang Rey sepertinya sudah tau siapa yang baru saja mengirim gue pesan singkat
“udah cepetan, ditungguin tuh” kata Rey sok tau
“sory ya, gue balik duluan, bye Rey”
“eh Elo, ingat singgah ke apotek” kata Rey waktu gue mau jalan
“ngapain?” jawab gue heran
“buat beli obat bius sama kondom *wuahahahaha” kata Rey sambil pergi ninggalain gue
“bangke loe Rey!!!”