BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

SKO Special Obi's 20th Birthday: Eternal—Galileo.

edited October 2017 in BoyzStories
-Pengantar Author-

Ini adalah salah satu sekuel lepas dari novel bersambung SKO [Sahabat Kecil Obipopobo]. Semua tokoh yang ada di dalam cerita SKO SE ini telah ada di SKO. Teman-teman bisa membaca di www.obipopoboo.blogspot.com jika ingin mengenal lebih dekat tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita ini. Alur yang dipakai oleh cerita di bawah ini menyesuaikan alur yang ada di blog official SKO. Akan lebih mudah jika teman-teman semua sudah mengikuti cerita SKO nya Obi di blog official tersebut. Selamat membaca. Terima kasih.



❂❁❀✿❂❁❀✿❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀✿❂❁❀❂❁❀✿❂❁❀
-SKO Special Edition: Eternal Galileo-


[Sabtu, 4 Februari 2017—Prolog.]

KLUTUK…


Itu adalah suara bongkahan es batu berbentuk kotak yang mulai mencair. Obi memasukkan beberapa bongkah di dalam jus jeruk yang lupa ditaruh di lemari es oleh mama. Ia lupa mengembalikannya lagi ke dalam lemari es pagi tadi. Obi harus meminum sesuatu yang dingin. Siang ini kota pelajar berlangit cerah. Terik. Gerah. Obi melepas tiga buah kancing kemeja yang Obi kenakan—Obi baru saja pulang kuliah saat itu.


(Please, enter your username and password to login)


Sebuah laptop yang menayangkan halaman Login sebuah game online masih menyala. Obi tidak segera mengisi username dan password-nya. Masih berasa enggan buat Obi untuk memasuki dunia yang ada di dalam game online ini. Bagaimana tidak? Hanya dengan melihat halaman login-nya saja Obi sudah tidak mempunyai semangat. Serasa separuh jiwa ini hilang. Lenyap.

Padahal untuk beberapa saat tadi, sempat terbesit di benak Obi untuk memasuki dunia yang ada di dalam game ini. Itu yang Obi putuskan ketika Obi men-double click aplikasi game yang ada di jendela desktop laptop Obi.

Apa yang Obi lakukan saat ini bukanlah tanpa sebab. Obi tahu dengan pasti apa yang akan terjadi jika Obi melakukan login di dalam game itu. Obi tidak ingin merasakannya kembali—perasaan-perasaan yang tidak mengenakkan itu. Isi di dalam game ini adalah sebuah kenangan. Seperti sebuah harta yang terkunci rapat di dalam peti. Dan hanya halaman login inilah yang menjadi gembok dari peti harta karun tersebut. Hanya Obi seorang yang mengetahuinya. Hanya Obi seoranglah yang mampu membukanya.

Tapi sekali lagi…

Obi tidak akan melakukannya…


KLUTUK…


Suara bongkahan es batu kembali terdengar.


(Please, enter your username and password to login)


Suara client game meminta Obi untuk segera melakukan proses login. Obi sama sekali tidak menggubrisnya.

Hanya ada satu nama yang Obi ingat di dalam game ini. Sebuah IGN (In Game Name) yang sempat membawa kebahagian ketika Obi memainkan permainan ini.


Galileo…


--▬ ஜ۩۞۩ஜ ▬--


[Pertemuan 0—Dunia Eternal]
Perlu waktu 3 bulan semenjak Close Beta Test bagi Obi untuk mencapai level 79. Itu adalah max level di dalam game untuk saat ini. Mengenyam profesi Royal Knight, karakter yang Obi mainkan memasuki rank 10 besar. Sungguh perjuangan yang tidak mudah untuk mencapai ke sana. Tidak hanya waktu, tenaga, dan pikiran—materi pun ikut terkoyak karena mengejar status max VIP yang memang benefit nya lumayan. Banyak yang Obi korbankan untuk mencapai titik ini—menjadi pemain garis depan.

Sebut saja Eternal—itu adalah nama dari sebuah game berbasis MMORPG platform PC yang sedang Obi mainkan saat ini. Sebuah permainan online yang sedang booming di dunia MMORPG. Kalian akan menemukan rating teratas dari game ini untuk kategori MMORPG platform PC.

Itu bukanlah apresiasi yang berlebihan untuk developer nya. Sebelum masa-masa Open Beta Test saja, review dari game ini sudah tersebar di berbagai media yang mengangkat tema tentang permainan online untuk PC ini. Permainan online ini mendapatkan respon yang positif dari para gamers. Review tentang game ini banyak dimuat di situs pengunggah video atau di website yang khusus untuk membahas tentang game online tersebut. Rating dari game ini selalu bertambah dari hari ke hari. Bahkan saat ini, semenjak 3 bulan dari CBT, rating yang di dapat hampir menunjukkan max rate—nyaris bintang 10.

Sebenarnya fitur dari game ini hampir 80% nya sama dengan MMORPG yang sudah-sudah. Fitur nempa weapon dan armor, misi harian, misi utama, misi besar, fitur player versus player (PVP), player versus enemy (PVE), misi raid dungeon, misi world boss, sistem guild, dan lain-lain seperti fitur permainan MMORPG pada umumnya.

Hanya saja yang membuat game ini menjadi lebih menarik adalah fitur Fraksi nya. Di dalam game ini terdapat dua buah bangsa yang ditentukan pada saat pemain melakukan proses registrasi username ketika awal permainan. Bangsa tersebut adalah bangsa God dan bangsa Demon—atau lebih mudah dipahami dengan sebutan bangsa Dewa dan bangsa Iblis. Dan setiap seminggu sekali, tepatnya setiap malam minggu, diadakan sebuah misi besar untuk kedua fraksi ini. Perang antar fraksi. Obi sendiri ada di fraksi Dewa bersama dengan teman-teman yang lain—Kevin, Natanael, dan Deave.

Perang antar fraksi ini dimainkan dengan cara merebut dan menguasai tempat-tempat yang ada di dalam peta dunia di dalam permainan. Hadiah dari misi tersebut sangatlah menjanjikan—item langka, sayap kelas dewa, buff EXP dan free ingot (kurensi berbayar di dalam game) bagi fraksi yang mampu menguasai banyak tempat di dalam peta dunia. Khusus untuk hadiah ingot gratis, hanya bisa di dapatkan untuk mereka-mereka yang sudah menginjak level 75 ke atas. Dan tentunya harus masuk peringkat 10 besar dari fraksi yang diikutinya.

Selain perang antar fraksi, fitur menarik lainnya adalah:—ada nya suatu daerah netral di dalam salah satu peta dunia—sebuah kota perdagangan. Etheline. Itu adalah nama sebuah kota di mana fraksi Dewa dan fraksi Iblis bisa bertemu satu sama lain. Mereka bisa berdagang di sana. Tepatnya di daerah aman.

Namun jangan kalian tanyakan jika sudah di luar daerah aman di dalam kota ini. Di dalam kota perdagangan ini, terdapat 3 sektor wilayah—daerah aman, sektor merah, dan hunting point atau wilayah berburu. Ini memang kota netral, namun justru karena netral itulah fraksi Dewa dan Iblis bisa melakukan PVP langsung—kapan saja dan di mana saja selama masih berada di dalam kota ini terutama di sektor merah. Saling bunuh antar anggota fraksi diperbolehkan di situ. Itu adalah salah satu fitur yang paling diminati juga. Mengingat bagi siapa yang mampu membunuh satu fraksi lawan, ia akan mendapatkan Point Kebangsaan yang bisa digunakan untuk meningkatkan senjata dan armor kelas legenda. Terdengar sangat bar-bar, bukan? Satu player harus mati agar player lainnya menjadi semakin kuat.

Itulah yang menyebabkan permainan online ini sangat ditunggu-tunggu bagi para pecinta permainan bergenre MMORPG. Fitur uniknya benar-benar menarik perhatian banyak minat dari semua golongan dan umur. Ya! Semua umur! Dari anak-anak SD sampai kakak-kakak kuliahan!


--▬ ஜ۩۞۩ஜ ▬--


[Pertemuan 1—Pedagang Kantung Hewan—“Aku Renton, 10 tahun.”]
Siang itu, kami—Obi, Kevin, Natanael dan Deave, selesai berpatroli di sektor merah. Mungkin terdengar sangat heroik bagi kalian—berpatroli. Itu terdengar seperti 4 sekawan yang sedang menjaga perdamaian. Seperti kisah The Round Table Knights. Menghalau musuh agar tidak mengganggu fraksi kami. Namun sebenarnya, kami hanya berburu Point Kebangsaan saja. Kami ingin meningkatkan senjata kelas legenda ke level maksimal secepat mungkin. Kami sangat membutuhkan kekuatan untuk menyeimbangkan dominasi penguasaan antar fraksi.

Kami berempat adalah rekan satu fraksi—bangsa dewa. Obi, Kevin, Natanael serta Deave—kami adalah pemain dengan rank dan status karakter tertinggi di dalam fraksi dewa. Kami mempunyai job class yang berbeda. Obi dan Deave adalah seorang Royal Knight (perubahan job class setelah novice, warrior dan knight), Natanael adalah seorang Storm Ranger (perubahan job class setelah novice, hunter dan archer). Sedang Kevin tetap berpegang teguh pada tradisinya, ia menjadi seorang Arch Mage (perubahan job class dari novice, magician dan sorcerer). Ketahuilah, tidak ada Mage yang sekuat Kevin di dalam game ini. Serangan kombinasi elemen es dan api nya mampu meluluh lantakkan puluhan pemain dalam sekali cast. Ia salah satu pengguna Mage yang paling ditakuti di dalam game ini. Hanya itu yang bisa ia banggakan—selain itu, dia hanyalah hode biadab.

Mage terkuat? Ya, Obi rasa itu setimpal. Mengingat dia harus menggadaikan velg dan knalpot ori sepeda motornya.

Obi pun tidak ingin tertinggal dengan Kevin. Obi ingin segera menyempurnakan senjata kelas legenda Obi, agar status STR (strenght) karakter Obi meningkat drastis. Ketahuilah tipe job class Obi mempunyai tipikal high damage dan high hit point—daya rusak dan darah yang besar. Obi membutuhkan kekuatan untuk bertahan melawan ganasnya mage dari fraksi lawan. Royal Knight dan Arch Mage memang tidak pernah akur dari dulu.

Selain Point Kebangsaan, Obi masih membutuhkan satu elemen lagi untuk menyempurnakan senjata kelas legendanya Obi—Pet Soul. Namun bukan sembarang pet soul yang Obi butuhkan. Obi membutuhkan pet soul yang hanya bisa drop dengan berburu hewan tertentu—Fire Fox. Itu adalah monster pet yang bisa ditemukan di daerah hunting point.


“Aku mau logout. It’s lil’ bit late, dude,” kata Deave di tab obrolan tim.
“Iya bener,” kata Obi. “Engga kerasa udah jam segini. Dari siang kita main,” kata Obi setelah melihat jam tangan.


Pukul 07.30 waktu server setempat…


“Di sini hujan deras. Better I make a coffee,” sahut Deave.
“Wew, Singapore bisa hujan juga ternyata,” celetuk Obi.
“Iyalah!” balas Deave. “What are you expecting to drop? Snow? Ppfftt~” tambah Deave.
“Hahah, 2017 ada 4 musim di Singapore!” canda Obi.
“Aku juga off,” kata Natanael.
“Yaahh, Nael juga mau off…? Nanti yang nemenin aku siapa dong?” tanya Obi menggoda Natanael.
“Mas Kevin,” jawab Natanael. Ada emotikon smiley yang menjulurkan lidahnya di akhir jawaban.
“Berdua ama hode…?” tanya Obi. “Aduh hari sialku dong….”
“Tai,” umpat Kevin. “Gua masih online, belum puas tangan gua kalo belom kill 200 iblis,” kata Kevin.
“Njir. Jangan lu bantai semua njing! Kalo sampe petinggi iblis nerima laporan, bisa rusuh ntar!” kata Obi.
“Bodo amat nyet!” jawab Kevin. “Gua pindah map. Japri gua kalo ada apa-apa,” kata Kevin.


Belum sempat Obi menjawab ucapannya, dia sudah melakukan teleportasi ke map yang lain.


“So do I. Ciao guys!” pamit Deave. Dia logout.
“Ga off bang?” tanya Natanael.
“Belum,” jawab Obi. “Masih mau cari Fire Fox, aku butuh 50 kantung!” kata Obi.
“Nyari? Kenapa ga beli saja?” tanya Natanael.
“Ada yang jual emang?” tanya Obi.
“Ada,” jawab Natanael.
“Wah, boleh dong kalo ada yang jual. Siapa yang jual? Di mana buka lapaknya?” tanya Obi.
“Di tengah-tengah Kota Perdagangan,” jawab Natanael. “Cari saja di sana. Biasanya jam-jam segini anaknya nongol,”
“Di sini? Di Etheline?” tanya Obi.
“Iya,” jawab Natanael. “Aku off,” pamit Natanael. Dia telah logout.


Hmm…


Obi rasa, membeli Kantung Fire Fox akan mampu memangkas banyak waktu. Obi tidak perlu begadang semalaman menyiksa diri mengumpulkan satu kantung demi satu kantung. Gila saja! Satu kantung Fire Fox bisa dibuat jika kita mengumpulkan 20 buah Fire Fox Soul. Item yang satu ini memang sering drop ketika kita membunuh satu Fire Fox. Tapi peluangnya tidak 100%. Mungkin sekitaran 85%. Ya gampangannya, jika kita membunuh 5 Fire Fox, maka yang bisa nge-drop soul nya cuman 4 ekor saja. Fair enough I think!. But sure, it’s wasting my time!!

Obi berbegas berjalan menuju pusat kota perdagangan Etheline. Menembus banyak player yang sedang riuh berkelahi satu sama lain. Sesekali Obi menebas player dari fraksi iblis yang menghalangi jalan Obi. Tanpa ampun. Sekali cast skill, musuh mokat.

Dewi fortuna memang sedang hobi menjamah Obi. Seperti yang dikatakan oleh Nael, belum sampai Obi di pusat kota, di tab obrolan world terpampang seorang player yang menjajakan kantung hewan.


“Kakak…, kantung hewannya kakak…, mari dibeli…” bunyi tulisan tersebut.


Obi membaca IGN yang tertera di bagian kiri kalimat tersebut—Galileo. Sungguh nama karakter yang unik. Simple. Tidak alay. Terkesan kuat bagi Obi.

Membaca in game name tersebut mengingatkan Obi akan sosok astronom ternama sepanjang sejarah perbintangan—Galileo Galilei. Entah apa motivasi kedua orang tua dari kakak ini menamainya demikian. Apa mungkin karena sang ayah adalah ahli matematika? Dan sang ibunya adalah ahli musisi? Ketahuilah, Galileo lahir dari seorang matematikawan dan musisi ternama pada masanya.

Galileo sendiri adalah tokoh yang mendapat julukan sebagai ‘bapak astronomi modern’. Beliau adalah penyumbang terbesar bagi dunia sains modern pada masanya. Banyak dari karya beliau yang menggemparkan dunia—salah satunya adalah penyempurnaan teleskop. Dan dengan teleskop tersebut, Galileo mengatakan bahwa Yupiter mempunyai 4 bulan (baca: satelit).

Dua statemen yang menggemparkan dunia dari Galileo: Matahari adalah pusat galaksi, dan bumi bukanlah pusat tata surya.

Ia adalah tokoh yang memproklamirkan bahwa bumi itu bulat. Jadi jika kalian berpikir bahwa bumi itu datar, kalian sudah seharusnya lebih cendekia dari Galileo. Isn’t mate, eh?!


Apakah bumi itu datar, atau bulat…?


Obi akan berhenti membahas sosok Galileo. Di sini yang Obi butuhkan bukanlah ahli perbintangan yang pernah menjadi tahanan rumah selama 9 tahun—melainkan kantung hewan! Agar Obi dapat segera menyempurnakan senjata kelas legenda Obi dan menghajar para cecunguk busuk fraksi Iblis.


“Ayo dibeli…, kantung hewan murah…, ayo kakak…” iklan di tab obrolan world tersebut masih keras terdengar.


Obi belum pernah membeli kantung hewan sebelumnya. Karena item ini termasuk jenis item terbaru setelah update beberapa hari yang lalu. Sebuah item yang memang khusus untuk tumbal senjata kelas legenda.

Obi bertanya kepada Kevin melalui pesan pribadi.


“Vin, harga sekantung soul pet berapaan dah kisarannya?” tanya Obi.


Pesan tersebut tidak segera mendapat balasan dari Si Kampret. Entah dia sedang apa di sana.


“Kakak…, kakak…, mari dibeli…kantung hewannya kakak…  …” iklan di tab world dari sang penjual masih terdengar. Hanya saja kali ini, ada emotikon sedih di akhir kalimat iklannya. Kasihan sekali.


Wajar saja. Itu adalah item baru. Banyak yang belum mengerti apa fungsi dahsyat yang tersembunyi di belakangnya. Sekalipun ada player yang mengerti, item tersebut tidak ada gunanya jika mereka tidak memiliki weapon dan armor kelas legenda seperti kami.


“Kakak…, ayolah…, beli kantung hewanku…  …., waktuku tidak banyak…  ….” bunyi iklan tersebut.


Waktunya tidak banyak…
Main di warnet kah…?


“Sekitaran 25000 Gil per kantungnya!”. Gil adalah satuan mata uang di dunia Eternal. “Nyet! Tai lu! Jangan pm-in gua dulu!” umpat Kevin. Dia membalas pesan pribadi Obi untuknya tadi.


Hei! Dia sendiri yang bilang, ‘kalo ada apa-apa, pm-in gua’, bukan?
Kok malah nge gas njir!


“Bantu gua cepet! Bos nya fraksi iblis ngedatengin gua!” pinta Kevin.


Nah kan…
Kelakuan kan…
Udah dibilang, jangan bikin onar…


“Mampus! Udah Obi bilang, jangan bikin onar dulu. Lu embat aja dah sendiri! Menang lah lawan dia!” balas Obi.
“Buru ke sini, gua kepepet. Ga masalah kalo cuman Aris doang mah! Lha ini dia datengnya bawa se-RT nyet!!” kata Kevin.


In Game Name Aristoteles—Aris, adalah sebutan kami untuk salah satu pemain dari fraksi Iblis yang memiliki rank setara dengan kami. Sepertinya Kevin sedang dikeroyok. Jika itu by one, sudah bisa dipastikan Kevin lah yang akan menang. Namun beda cerita kalo keroyokan. Mage terkuat juga mokad kali bang.

Biarlah, Obi tidak mau turun tangan. Karena jika sampai Obi turun tangan, itu artinya hubungan diplomatik antar kedua fraksi bisa saling memanas lagi. Lebih baik kita korbankan Kevin sendirian di sana. Biar itu menjadi pelajarannya sendiri. Buat kami, ada batasan dalam berburu point kebangsaan. Bedakan mana yang leveling sama mana yang bikin onar. Kevin memang suka mencari gara-gara.


“Bodo, Vin!” balas Obi, “Pancing mereka ke map sempit. Lawan satu-satu. Pinter-pinter dikit lah. Stand by mana (baca: energi untuk casting skill) potion,” kata Obi. “Berjuang bos!!” ledek Obi mengakhiri pembicaraan di dalam pesan pribadi.


Kevin tidak membalas pesan pribadi Obi. Mungkin dia sudah mati. Kembali ke Kota Awal untuk dihidupkan secara otomatis dengan membayar sejumlah point EXP yang sudah di dapat.


Hmm…
Perkantung 25K…
Murah lah…


Obi berjalan mendatangi penjual kantung hewan tersebut yang sedang duduk (default selling mode).


“Kakak…, kakak mau beli kantung hewanku tidak?” tanya penjual itu begitu karakter Obi berdiri di depannya. Obi mengabaikan pertanyaan penjual tersebut. Obi harus melihat-lihat terlebih dahulu.


Obi memeriksa lapaknya. Dari 15 slot lapak yang tersedia, ada 10 slot kantung hewan Fire Fox yang tersedia. Masing-masing dijual dengan harga 30000 Gil. Over 5000 dari harga yang diperkirakan oleh Kevin.

Ya namanya pemain yang ga mau rugi seperti Obi, tentu saja Obi melakukan bargaining lah. Penawaran bung! Hahah!

Obi mengirim pesan pribadi kepada penjual kantung hewan tersebut.


“Bos, sekantung 25k dong. Segitu kemahalan,” kata Obi.
“Yaahh…, ga boleh  …” balasnya singkat.
“Ayolah…, kalo boleh 25k, aku beli 10 yang Fire Fox,” kata Obi. “Dari pada engga laku bos,” kata Obi. Sedikit mengintimidasi memang. Taktik dasar menawar. Hehe…
“Hmm… …” ia hanya bergumam. Emot sedih tidak akan bisa mempengaruhi Obi. Obi tetap mempertahankan harga yang Obi sepakati secara sepihak. “Ok kakak, 25k boleh, tapi borong semua yang aku jual di sini,” kata si penjual kantung hewan tersebut.
“Pfft…, aku cuma butuh yang fire fox saja. Kantung scorpion pet mau buat apa?” tanya Obi.
“Ayolah kak…  …. 25K boleh deh…  ….” katanya.


Ya sudahlah, mungkin sudah takdir dari transaksi jual-beli ini berujung pada win win solution. Obi akan borong semua dagangannya asal bisa dapat harga potongan per kantungnya. Tidak masalah buat Obi, Obi mempunyai banyak Gil di sini.


“Ok,” kata Obi. “Turunin harganya dulu, nanti aku borong semua,” kata Obi.


Tidak menunggu lama, si penjual men-setting ulang harganya menjadi 25000 per kantung. Dan sesuai kesepakatan, Obi memborong semua yang ada di lapaknya.


“Terima kasih kakak…, sekarang aku bisa logout…” katanya.
“Hahah. Iya sama-sama bos!” kata Obi. “Kamu berbakat dagang sekali bos,” puji Obi dengan akhiran emotikon smiley yang lidahnya menjulur ke luar.
“Jangan panggil bos,” katanya. “Aku Renton, 10 tahun,” balasnya. Obi kaget bukan main.


10 tahun??!!


Belum sempat Obi mengirim balasan. Dia sudah melakukan proses logout.

Apa-apaan anak itu tadi? 10 tahun?! Mendengar anak itu menyebutkan usianya, membuat apa yang Obi banggakan terhadap sosok astronom terkemuka Galileo menjadi runtuh seketika.


Sepuluh tahun kuy…, bocah bau kencur anjirrrr…
Kok serasa dikadalin gini yah sama bocah…

Mana Obi borong semua lagi barang daganganya…

Huh!


Belum selesai Obi menggerutu sendiri, dari arah pintu barat Kota Perdagangan terlihat Kevin sedang lari terbirit-birit.


“Nyet selametin guaaaa!! Gua dikejar iblis sekampung!!” kata dia di tab obrolan current.


Obi melihat banyak pemain fraksi iblis berlevel tinggi yang mengejarnya di daerah aman ini. sekali lagi Obi akan membiarkannya. Ternyata Kevin belom mati. Dia masih dikejar-kejar dari tadi karena ulahnya sendiri. Di sini adalah daerah aman, paling engga kalo mereka engga bisa adu skill, masih bisa adu mulut di sini. Obi akan pergi.


“Bodo amat nyet,” kata Obi. “Lu buruan bersihin ampas yang lu bikin sendiri lah,” kata Obi.


Obi melakukan proses logout.


Renton…
10 tahun…

Hmm…


--▬ ஜ۩۞۩ஜ ▬--


[Pertemuan 2—Dia hunter.]
In Game Name Galileo. Namanya Renton. Umur 10 tahun. Berbakat dagang…

Obi menerawang langit-langit kamar Obi. Entah kenapa Obi memikirkan anak itu. Apa hanya karena dia cowok yang masih terbilang anak-anak? Apa karena namanya terdengar keren—Renton? Apa karena dia berbakat dagang?

Ahh, kenapa ini?


BLETAK!


Sebuah kaleng Mr. Potato—snack keripik kentang yang di CEO-in oleh Chandra Liow, melayang dan sukses menimpuk kepala Obi yang tengah melamun di kamar.


“Aduh!” pekik Obi. “Sakit goblok! Anjir lu yah!” umpat Obi ke Kevin. Ya. Itu Kevin. Kebiasaannya masih belum berubah—masuk rumah orang layaknya seorang assasin. Tanpa salam, tanpa permisi.


Lihatlah dia. Semakin terlihat kekar. Tubuhnya makin padat berisi. Meski style rambutnya tidak banyak mengalami perubahan—jambul ke depan. Kota Semarang telah sukses membuat kulitnya makin terlihat cokelat—menganugerahkan kesan maskulin pada aura kelelakiannya. Ahh sudah sekitar 4 tahun kami berpisah. Dan baru kemarin kami bertemu lagi (Obi main ke rumah kakek dan neneknya Kevin yang ada di Jogja).

Minggu-minggu ini adalah liburan semester ganjil. Ia bersama keluarganya bertandang ke Yogya untuk sekedar bersilaturahmi dengan kakek dan neneknya. Ia akan di Jogja untuk beberapa hari ke depan. Mungkin satu minggu. Dan pagi ini, sesuai kesepakatan, kecoa satu ini gantian main ke rumah Obi.


“Elu tuh yang anjir! Main kabur-kaburan ninggalin gua!” katanya sambil menaruh tas (yang sudah pasti berisi laptop). “Gua di bully habis-habisan sama Aris ‘n the gangs!” tambahnya.
“Wahaha!” tawa Obi. “Ya itu salah elu njir. Udah Obi bilang, jangan kebanyakan maen kill player fraksi musuh,” kata Obi.
“Punya power gedhe mo buat apa kalo ga buat bully orang nyet?” katanya menyombongkan kekuatan karakter Arch Mage nya.
“Alah…, ujung-ujungnya juga elunya mati jha—kena keroyok,” ledek Obi.
“Gua ga mati,” kata Kevin. “Gua logout,” tambahnya sambil nyengir kuda.
“Bagus. Jadi masalah belum selesai. Kalo elu ntar login, tuh Aris sama antek-anteknya udah nungguin elu di Etheline,” kata Obi menakut-nakuti Kevin.
“Ya kita gantian keroyok rame-rame lah,” kata Kevin.
“No!” kata Obi. “Obi ga mau ikut,” Obi mencomot satu keripik Mr. Potato yang sudah Obi buka.


Obi jadi teringat sepeda motor Kevin. Sewaktu ke sini, tidak ada suara sepeda motornya sama sekali.


“Vin, elu ke sini naek apaan?” tanya Obi. “Sepeda motor?”
“Bukan, mobil nyokap!” kata Kevin.
“Gaya!” ejek Obi. “Ohh Obi lupa, sepeda motor elu ‘kan velg sama knalpotnya sedang di gadai yah. Ga bisa dipake!” nyinyir Obi sambil memanyun-manyunkan mulut Obi.
“Emang gua ga ada velg ama knalpot lain apah?” balasnya.
“Sek bentar, elu pake mobil. Lu parkirnya bener ga deh?” kata Obi sambil beranjak dari kasur kamar Obi.


Obi menengok dari balkon kamar Obi. Obi melihat mobil Kevin tepat berada di depan pagar rumah Obi.


“Babi! Parkirnya biasa aja dong! Jangan di depan pager juga kali Vin. Munduran dikit!” kata Obi.
“Sssttt…ssttt! Udah di situ aja sih! Berisik amat!” kata Kevin cuek sambil membuka laptopnya.


Obi kembali duduk di kasur Obi.


“Jadi, gimana kuliah lu? IPK lu berapa?” tanya Obi.
“Hehe,” Kevin nyengir. “Semester satu kemarin IPK gua 2,8 pas! Sades kan nyet? Emang dasarnya pinter gua mah,” katanya songong.
“Najis!” kata Obi. “Pas-pas an gitu lu bilang pinter,” kata Obi.
“Udah deh, buruan login. Aman nih, Aris ga ada!” kata Kevin.
“Duluan aja,” kata Obi. “Obi ntaran,” tambah Obi.


KRIUK!!


Obi menggigit keripik kentang bikinan Chandra Liow.


“Vin, elu asing engga, sama IGN Galileo?” tanya Obi.
“Keknya pernah denger. Gua pernah liat di mana gitu. Lupa gua,” jawab Kevin. “Ada apa emang?” tanya Kevin.
“Percaya engga kalo dia masih bocah? Cowok,” jawab Obi.
“Ya elah urusan bocah lagi,” kata Kevin. “Dari dulu elu ga tobat-tobat sih nyet. Dari jaman elu masih siswa, sampe sekarang mahasiswa, maho elu ga ilang-ilang,” nyinyir Kevin.
“Yee, maho itu seni, Vin!” kata Obi membela diri.
“Seni kepalamu!” kata Kevin. “Gua curiga, jangan jangan status maho elu juga mengalami peningkatan, dari maho jadi maha maho, kan elu udah mahasiswa!” ejek Kevin.
“Anjir maho jadi srata,” kata Obi. “Katanya umurnya 10 tahun, fake engga tuh?” tanya Obi.
“Bisa jadi beneran, kan ni game kabarnya populer banget. Dari anak-anak noob sampe om-om ada semua,” jawab Kevin.
“Wuih, asik kalo beneran!” seru Obi.
“Tapi bisa jadi fake. Kalo jam segini tuh orangnya online, artinya dia fake. Sekarang masih jam sekolah,” kata Kevin.
“Yaahh…, kok gitu…” kata Obi kecewa tanpa alasan dengan jawaban Kevin yang terdengar engga pro di hati Obi. “Ahh! Tengokin gih, coba search IGN Galileo, anaknya online engga,” kata Obi. “IGN Galileo,” kata Obi mengulangi nama in game nya.


Tanpa menunggu lama, Kevin mengetikkan nama Galileo di dalam fitur pencarian teman.


“Offline,” kata Kevin.
“Tuh, artinya dia beneran masih bocah,” kata Obi bangga.
“Mungkin iya,” kata Kevin. “Dari mana elu kenal ni anak?” tanya Kevin.
“Dia yang jualan kantung hewan,” jawab Obi. “Semalem ‘kan sebelum beli ke dia, Obi tanya dulu ke elu,” kata Obi.
“Kena berapa per kantung nya?” tanya Kevin.
“30k Gil Vin, tapi turun jadi 25k dengan syarat, Obi harus borong semua dagangannya,” jawab Obi. “Eh ntar, liat status karakter dia dong,” pinta Obi.
“Ya elah, buka aja pake laptop elu sendiri nyet! Gua mau cari nafkah ini!” kata Kevin.
“Bentaran doang babi,” kata Obi.


Obi mengambil alih laptop Kevin. Obi mengamati status karakter Galileo. Karakternya baru level 55. Job class Hunter. Job class nya segaris keturunan sama Natanael. Tidak ada yang terlihat ‘wah’ selain senjatanya yang agak lumayan di levelnya. Armor nya saja kelihatan ‘tipis’ sekali. Obi jadi teringat, dia menjual kantung Fire Fox yang notabene monster pet tersebut ideal jika diburu untuk pemain level 60 ke atas. Sudah pasti dia bakalan kesusahan berburu di hunting point dengan persenjataan seperti itu.

Namun yang membuat Obi merasa tertarik dan kagum adalah status yang ada di bawah avatarnya—


“Aku Hunter. Aku berburu.”


Unik sekali…
Bocah yang mempunyai ideologi…


Obi mengembalikan laptop Kevin.


“Gila, armor kek kertas gini cari tempat berburu di hunting point. Nekat nih anak,” kata Obi. “Paling engga, butuh suatu keajaiban jika nih anak mau bertahan di sana. Di sana sama ganasnya seperti di wilayah merah. Bisa jadi nih anak malah jadi bahan buruan fraksi iblis,”
“Namanya juga dunia game nyet. Apa aja bisa terjadi,” kata Kevin.
“Vin, perketat wilayah hunting point geh,” pinta Obi.
“Males di sana. Point Kebangsaan nya kecil. Enak di wilayah merah,” tolak Kevin.
“Ya sudah, hari ini kalian bertiga saja yang nge-pos di wilayah merah. Obi mau ke hunting point,” kata Obi.
“Terserah elu deh,” kata Kevin.


Hmm…
IGN Galileo…
Level 55…
Job class hunter…

Renton…
Cowok…
Bocah…
10 tahun…

Dia menarik!!



--▬ ஜ۩۞۩ஜ ▬--


[Pertemuan 3—Kantung Kesepakatan—“Terima kasih kakak :’)”]
Jam menunjukkan pukul 18.30 waktu server setempat. Kevin yang sedari tadi ada di rumah Obi (numpang wifi, makan, sama ‘deposito’ di toilet) sudah balik lantaran akan mengantar orang tuanya berkeliling Jogja. Mereka akan bernostalgia. Obi tidak ikut. Biarkan mereka sekeluarga mengenang kembali masa-masa lalunya ketika mereka tinggal di Jogja. Mereka mengalami suka dan duka di sini. Dari benar-benar jatuh, sampe akhirnya mampu bangkit kembali.

Obi bersama dengan Deave dan Natanael sedang berburu pemain fraksi iblis di wilayah merah.

Beberapa menit yang lalu, sistem game telah memberi notifikasi kepada Obi bahwa pemain dengan IGN Galileo telah online. Itu adalah fitur notifikasi yang hanya akan muncul jika kedua pemain telah berteman. Siang tadi, Obi meminta pertemanan kepada IGN Galileo. Notifikasi telah muncul. Artinya, Galileo telah mengkonfirmasi pertemanan Obi di dalam game ini. Dan sekarang dia sedang online.


“Deave, Nael, kalian jaga di sini dulu. Sepertinya situasi sudah mulai terkendali,” kata Obi.
“Where will you going dude?” tanya Deave.
“Mau ngecek ke hunting point,” jawab Obi.
“Ahh tidak seru laaa~” jawab Deave. Sudah bisa dipastikan itu logat orang Singapore. Dia terlalu lama berada di sana.
“Hahah, next we will have some fun!” kata Obi. “Kamu di sini sama Nael aja dulu. Kalian berdua udah cukup lah buat ngebantai kroco-kroco yang ada di sini,” kata Obi.


Tidak menunggu lama, Obi sudah melakukan teleportasi ke hunting point. Obi berjalan sebentar, berkeliling spot-spot yang ada di sana. Benar dugaan Obi, di salah satu spot yang sepi, Obi berjumpa dengan IGN Galileo—itu Renton. Dia sedang berburu Fire Fox. Mengetahui jika kemarin item tersebut laku, hari ini ia mencari Fire Fox soul untuk di jadikan kantung hewan yang akan dijual kembali. Benar-benar anak yang lihai. Dia mampu membaca peluang. Sulit sekali percaya jika dia masih 10 tahun.

Obi tidak segera menemuinya. Obi memilih untuk mengamatinya dari jauh. Melihat apa yang dia lakukan dari tempat Obi berada.

Sungguh menggelikan. Jelas sekali terlihat bahwa dia sedang kesusahan menyerang satu ekor monster pet Fire Fox. Hal itu wajar. Dengan levelnya yang masih terbilang kecil dan persenjataan yang kurang layak, membunuh satu ekor monster Fire Fox setara dengan membunuh 5 ekor monster yang ada di range levelnya.

Namun walau memakan waktu, Renton berhasil membunuh monster tersebut. Ia berganti menyerang monster Fire Fox yang lain. Obi kira, dia tidak akan berhenti sampai target bahan bakunya selesai dia kumpulkan. Ia anak yang gigih menurut Obi.

Hal yang mengejutkan terjadi.

Di saat Renton sedang sibuk menyerang satu monster Fire Fox, ada pemain dari fraksi iblis mendekat. Melihat darah Renton yang sudah bisa dibilang sekarat, ia dengan ringan tangan meng-casting¬ sebuah skill tepat ke arah Renton. Dia menyerang Renton di saat Renton sedang sibuk menyerang monster Fire Fox. Itu membuat Renton tidak berdaya. Licik sekali!

Obi berlari menuju Renton dan dengan sigap meng-casting skill area Obi. Skill tersebut langsung membinasakan 4 monster Fire Fox yang ada di sekitar kita, dan satu pemain dari fraksi iblis tadi yang berbiat buruk kepada Renton.


“Eww…” seru pemain dari fraksi iblis tersebut. Dia membuka obrolan di tab current.
“Jangan licik. Kalo mau by one jangan di sini. Di sana, di wilayah merah bung!” gertak Obi.
“Gua mundur deh bos. Ga mau cari masalah sama kalian,” kata satu pemain tadi. Karakternya mengalami auto teleportasi. Itu terjadi jika pemain sudah mati. Ia kembali ke Kota Awal Mula.


Obi berjalan mendatangi Renton yang tengah mengobati karakternya dengan HP Potion.


“Hai, kamu di sini?” tanya Obi. Kami mengobrol di tab current.
“Halo kakak,” balas anak itu. “Kakak yang kemarin memborong daganganku kah?” tanya anak itu.
Dia habis di curangi oleh player lain seperti tadi…
Tapi cara dia berbicara benar-benar menandakan kalo dia anak yang mempunyai mental kuat…

Kita memang tidak bisa meremehkan orang dari penampilan…
Boleh saja armor Renton setipis kertas…
Namun yang membuat ia dikagumi adalah mentalnya yang setebal baja…


“Hahah, benar sekali…, ngg…, nama kamu Renton yah?” tanya Obi.
“Iya kakak!” jawabnya. “Aku Renton. 10 tahun!” kata anak itu. Ia mengulangi salam perkenalannya seperti kemarin.
“Wah. Beneran 10 tahun kah?” tanya Obi. “Hmm buktinya mana coba?” tanya Obi.
“Kakak punya instagram?” tanya anak itu.
“Iya ada,” jawab Obi.
“renton.galileo,” kata anak itu. “Add IG ku kak,” pintanya.


Dewi dewi dewiii….
Oh dewi dewi dewi…
Wahai dewi fortunaaa…

Mungkin kah ini balasan kebaikanmu karena Obi telah menyelamatkan anak ini dari cengkraman iblis tadi…?

Secepat inikah Obi mendapatkan akun media sosial anak ini…??


“Ok,” kata Obi. “Nanti aku add yah,” tambah Obi. Obi mencoba tenang. Jika boleh jujur, saat itu Obi ingin sekali telanjang sambil berenang di kolam penuh dengan cairan Fanta Orange saking senengnya.
“Jadi kamu kalo mencari bahan baku untuk kantung mu di sini?” tanya Obi.
“Iya kak. Di spot ini ada banyak sekali monster Fire Fox nya,” kata anak itu. “Jadi aku tidak usah kesusahan mencari ke sana kemari. Aku harus hemat waktu!” kata anak itu.


Ohh…
Sepertinya memang bermain di warnet…

Dan…

Obi tidak percaya…
Dia bahkan memperhitungkan efisiensi waktu di dalam game ini…

Sekali lagi sulit dipercaya jika dia 10 tahun…

Ahh…
Ingin sekali membuka IG nya sekarang…

Apa daya Obi sudah mager…

Handphone ada di meja belajar yang bagi Obi saat itu, jaraknya seperti Jogja—Bali…

(emang dasarnya pemalas…, hehe…)


“Ohh gitu yaa…” kata Obi. “Kamu tidak punya perlengkapan yang lebih bagus kah? Armor mu belum ditempa. Itu kek ‘kertas’ tau ga, tipis! Kamu bisa mati kalo ada dua monster menyerangmu sekaligus!” kata Obi.
“Aku engga ada modal buat nempanya, kak!” jawab anak itu. “Pengen rasanya punya perlengkapan seperti punya kakak. Itu VIP ya kak?” tanya anak itu. Sepertinya dia mengamati equipment dari karakter Obi.
“Iya. Ini Max VIP. Harus pake uang beneran buat top up nya,” kata Obi.
“Yaahh…” keluh anak itu.


Obi merasa iba dengan anak bernama Renton itu. Bagaimana tidak, persenjataan untuk berburunya benar-benar memprihatinkan. Obi harus mengusahakan sesuatu. Lagian, dia berburu juga buat Obi. Obi membutuhkan banyak kantung hewan untuk dijadikan tumbal. Hanya itu penyempurna senjata kelas legendanya Obi.


“Sebentar yah. Kamu lanjut berburu ajah dulu,” kata Obi. “Santai aja. Aku tungguin. Engga ada yang bakal berani ganggu kamu lagi. Siapa saja yang liat karakterku berdiri di sini, akan lari duluan,” kata Obi.


Renton menuruti pinta Obi. Ia berburu monster dengan jarak yang tidak begitu jauh dari tempat di mana Obi sedang memarkirkan karakter nya.

Obi mengirim pesan kepada Natanael.


“Nael. Kamu masih nyimpen acc Hunter lengkap engga buat level 55-60?” tanya Obi.


Tidak menunggu lama, Natanael membalas pesan Obi.


“Masih,” balasnya


Obi langsung membalas pesan tersebut.


“Sini aku beli. Lengkap sama senjatanya. Sebut aja berapa Gil. Nanti aku bayar. Berapa aja pasti aku ambil,” kata Obi.
“Lho, mau buat apa bang?” tanya Natanael. “Abang kan udah level 79. Job class nya juga beda. Mau bikin akun baru ya?” tanya Natanael.
“Bukan,’ jawab Obi. “Ada satu hunter yang acc nya kek kerupuk. Kasihan aja liatnya. Ngenes,” kata Obi. “Aku beli yah yah yah!” kata Obi.
“Ok. Tunggu,” kata Natanael. “Aku ambil ke gudang dulu,”


Tidak menunggu lama. Obi mendapat sebuah email di dalam game. Isinya adalah acc lengkap hunter untuk level 55—60. Yang lebih mengejutkannya lagi, Natanael tidak meminta pembayaran untuk itu semua.


“Kok engga ditarik Gil sih?” tanya Obi.
“Pake aja bang. Udah engga guna juga buat aku,” jawabnya.
“Hahah, ok!” kata Obi. “Makasih ya!”


Sepertinya solidaritas antar Hunter itu memang ada. Hanya saja Natanael masih malu-malu untuk mengungkapkannya. Ia benar-benar tidak berubah sekalipun sudah menginjak usia 16 tahun. Ya! Dia menjadi remaja seutuhnya sekarang.

Namun walau begitu, ia masih saja menjadi ‘Nael Kecil’ nya Obi—Nael Chacham.

Obi mengamati Renton masih berburu dengan susah payah. Lucu sekali. Kadang dia kabur untuk menyembuhkan dirinya dengan HP Potion. Monster masih bisa menyusulnya karena dia kurang jauh kaburnya. Dia diserang di tempat ia berdiri oleh monster Fire Fox. Kadang dia malah jadi bahan keroyokan 3-4 monster lantaran skill nya tidak sengaja menjadi trigger monster sekitar.


“Renton sini dulu,” kata Obi.


Anak itu menurut. Ia yang tengah sibuk menyerang, berlari ke arah Obi. Empat monster yang ia serang tadi masih mengikutinya karena belum selesai ia bunuh.


“Ya elah diberesin dulu kali mobs (monster) nya. Ga usah ikut dibawa ke sini jugaaaa,” kata Obi dengan emotikon ‘zzttt’ di akhir kalimatnya.
“Hahah,” anak itu hanya tertawa.


Obi meng-casting skill untuk membinasakan mereka. Sekali cast saja. Lenyap semua.

Obi mengirim email ke Renton. Email tersebut berisi attachment acc hunter level 55-60 lengkap dengan senjatanya. Semuanya kelas Epic (hanya level 75—79 saja yang bisa memakai senjata kelas Legendaris.). Dan itu free buat Renton. Dia kaget.


“Kak! Ini kelas Epic Kak! Apa benar ini diberikan untuk Renton?” tanya anak itu.
“Iya. Pake saja. Kamu akan lebih efisien kalo kamu pake acc itu,” kata Obi.
“Waaaaaaa,” seru anak itu. Sepertinya dia kegirangan di seberang sana.


Tanpa menunggu lagi, Renton mengganti persenjataannya dengan persenjataan pemberian Obi. Persenjataan kelas Epic. Satu tingkat di bawah kelas Legenda.

Kini karakter Renton benar-benar berbeda jauh. Ia jauh terlihat lebih gagah dengan sayap epic dan panah yang bersinar. Bisa dipastikan kalo power nya meningkat 5 kali lipat dari acc lamanya.


“Wah. Ini bagus sekali!’ seru anak itu. “Aku harus bagaimana kak untuk berterima kasih sama kakak?” tanya anak itu.
“Hahah, hmm apa yaaa….?” gumam Obi. “Gimana kalo kamu setor kantung hewan Fire Fox sebanyak 15 slot setiap hari. Jangan khawatir. Aku akan beli masing-masing 25k seperti kemarin,” tawar Obi.
“Iya boleh!” seru anak itu. “Aku mau!” tambahnya.
“Ok udah deal yaahh?” tanya Obi. “Lima belas. Itu jumlah kantung kesepakatan kita,” kata Obi.
“Baik! Lima belas!” serunya.
“Oke. Sana mulai cari. Hari ini aku minta 15 kantung pertama. Cobain acc barunya!” kata Obi.
“Baik kak!” kata anak itu. “Terima kasih kakak :’)”


Sungguh menakjubkan. Kini ia bisa dengan mudah berburu Fire Fox. Bahkan kini ia berani melawan 5-6 Fire Fox sekaligus. Mungkin jika ada satu pemain fraksi iblis yang melihatnya, ia akan berpikir dua kali untuk menyerang Renton. Obi hanya bisa tersenyum lega melihatnya.


Kantung kesepakatan kita…
15 biji…

.

..

..

.


Kami memutuskan untuk offline satu setengah jam setelahnya. Renton terlihat sangat terburu-buru sekali. Fix dia bermain di warnet sepertinya.

Obi mengambil handphone Obi. Membuka instagram. Dan mencari akun Renton di sini. Dan…


Alangkah terkejutnya Obi…

Ia benar-benar bocah 10 tahun…

Parasnya tampan sekali…

Berkulit putih…

Berambut hitam dengan style semi undercut…


Renton…

Ini dirimu yang sebenarnya…

Kah…?



Done! Obi menekan tombol follow…


--▬ ஜ۩۞۩ஜ ▬--


[Pertemuan 4—Dia hilang. Renton!]
Ada sekitar 5 harian semenjak Obi menjadi semakin akrab dengan Renton. Dia selalu rutin online dari jam 6 sore. Dan selalu offline jam 8 atau jam setengah 9 malam. Ia tidak bisa online pagi karena harus sekolah. Siangnya, dia harus membantu ibunya. Benar-benar anak yang rajin.

Selama itu pula, ia selalu rutin menyediakan 15 slot kantung hewan Fire Fox untuk Obi. Ia tidak menjual kantung tersebut kepada orang lain. Ia hanya menjualnya untuk Obi seorang. Obi salut sekali kepadanya. Sekali pun ia baru berusia 10 tahun, ia sudah paham dengan arti tanggung jawab dan menepati janji. Obi percaya, jika kelak dia akan menjadi laki-laki yang selalu berpegang teguh kepada prinsipnya. Paling tidak untuk sekarang, Obi menemui satu bibit bangsa yang tidak termasuk ke dalam ‘generasi micin’. Sosok kecil Renton benar-benar membuat Obi berpikir bahwa—‘Bangsa ini masih punya harapan.’.

Jika kalian melihat caption-caption di instagramnya Renton, tidak ada satu pun caption yang bunyinya seperti caption anak-anak alay seperti pada umumnya. Isi-isi quote nya benar-benar terdengar dewasa sekali. Obi nyaris berpikir bahwa itu adalah akun orang dewasa. Namun ia mampu membuktikan bahwa itu benar-benar ia yang menjalankan akun instagramnya tersebut. Ia mengirim tag nama Obi ketika ia selfie di depan kamera. Ia mengirimnya di direct message. Dia benar-benar Renton.

Namun ada satu post lama yang membuat Obi bingung. Sebuah post yang hanya memuat tangan kanannya yang telah basah yang tengah menggenggam sekuntum bunga mawar berwarna putih. Dari kelihatannya, ia benar-benar basah kuyub. Hoodies ia kenakan benar-benar menandakannya begitu. Post itu berbunyi…


“Mungkin Tuhan belum memberikan rezekinya malam ini…”


Dia…

Habis ditolak cewek kah…


Entahlah. Obi merasa cemburu dengan bunyi post tersebut. Namun walau begitu, Obi tetap memberikan like dan bahkan menyimpan post tersebut.

Malam ini Obi, Kevin, Natanael dan Deave tidak berburu point kebangsaan di wilayah merah. Itu karena malam ini adalah jadwal kami untuk perang besar antar fraksi. Memperebutkan wilayah agar kami mendapatkan bonus buff harian dari wilayah yang akan berhasil kami rebut.

Susunannya sederhana. Ada 5 map yang harus kami lindungi karena kami sudah berhasil merebut dan mempertahankan 5 map tersebut. Kami selaku pemain garis depan menugaskan ratusan player lain untuk berjaga-jaga di 4 map selain map kota utama. Lalu bagaimana dengan map utamanya? Tidak usah banyak pemain yang ada di sana. Cukup pasang kami saja—Obi, Kevin, Deave dan Natanael. Sudah! Itu sudah cukup untuk melindungi kota utama yang notabene memberikan buff harian paling besar.

Di tengah-tengah perang besar, ada notifikasi dari sistem yang mengatakan bahwa Renton sedang online. Obi sudah memberi kabar sebelumnya melalui direct message instagram bahwa Obi tidak bisa menemaninya berburu karena ikut event perang besar.

Perang besar hanya berlangsung satu jam saja. Tepat pukul 08.00 waktu server setempat, perang sudah usai. Untuk kali ini pun masih sama, kami fraksi dewa masih diberi kekuatan untuk tetap mempertahankan 5 map untuk dijaga. Obi yakin, jika senjata kelas legendaris kami sudah sempurna, kami akan berusaha merebut kota ke-6 di dalam map. Tapi kami tetap bersyukur—malam ini kemenangan masih milik kami. Aris dan kawan-kawannya tidak berkutik menghadapi strategi kami.

Begitu Obi keluar dari map perang besar, Obi mendapatkan sebuah email yang masuk. Biasanya itu adalah email yang berisi reward dari hasil perang besar selama satu jam tadi. Tapi ini tidak biasa, biasanya harus menunggu selama 10-20 menit untuk pembagian reward lewat email.

Obi membuka email tersebut.

Alangkah terkejutnya begitu Obi melihat isi dari email tersebut. Itu bukan email yang datang dari sistem permainan. Itu adalah email yang datang dari Renton. Dan…


Ada attachment di dalam email tersebut…

Itu…

Acc (perlengkapan tempur/weapon/armor/wing) kelas epic pemberian Natanael…

Ia…

Ia mengembalikannya…


Buat kak Obi,
Kakak, terima kasih banyak sudah mau berteman sama Renton ya kak. Terima kasih juga sudah memberi kesempatan Renton untuk mencoba acc kelas epic. Kalo bukan karena kakak, Renton engga bakal bisa merasakan acc VIP itu kak. Sekarang Renton mau mengembalikan acc pemberian kakak.

Kak, Renton mau pamit sama kakak. Besok-besok, Renton sudah tidak bisa mencarikan kakak kantung hewan lagi. Renton sudah engga main game ini lagi kak. Akun Renton sudah ada yang mau beli. Akun Renton mau dibeli sama temen rumah Renton sendiri. Jadi Renton sudah engga main lagi kak.

Renton minta maaf ya kak kalo udah engga bisa bantu kakak mencarikan kantung hewan lagi.

Renton pamit ya kak! Terima kasih banyak kak!




What the…

Apa yang terjadi…

Kenapa ini tiba-tiba sekali!!

Akun Renton sudah ada yang mau beli…?!

Dia sudah tidak main game ini lagi…?!


Obi benar-benar terdiam. Obi kaget. Obi terkejut. Isi email dari Renton benar-benar membuat Obi merasa terpukul.

Seketika juga Obi langsung offline. Tanpa pamit ke Kevin, Natanael dan Deave yang ada di dalam satu party.

Obi menutup laptop Obi. Mengambil handphone dan membuka instagram. Obi mengiriminya direct message. Obi menanyakan ada apa sebenarnya. Apa memang akunnya mau di jual?

Ada sekitar 10 menit, namun pesan Obi belum mendapat balasan. Obi membuka tab direct message kami sekali lagi. Ternyata tidak hanya pesan yang baru Obi kirim saja yang belum dibaca—pesan Obi yang memberitahu Renton bahwa Obi tidak bisa ikut menungguinya berburu tadi sore sekitar jam-jam tiga-an juga belum di baca.


Ada apa ini…


Obi membuka halaman profil Renton. Di sana ada post baru darinya. Itu hanya sebuah foto bunga mawar berwarna merah yang diletakkan di lantai. Foto tersebut mempunyai caption—


Benar-benar game yang menyenangkan. Terima kasih Eternal. Terima kasih Galileo. Terima kasih Kak!

#eternal #Galileo






Obi melihat waktu di mana post tersebut di publikasikan…


Itu…

Selang lima belas menit sebelum Obi mengiriminya direct message sore tadi!!!

Argghh!!

Kenapa Obi tidak membacanya!!!


Obi tidak tahu ada post dari Renton yang isinya sebuah kata perpisahan. Benar-benar sangat menyesal! Kenapa Obi tidak membuka profil Renton tadi!!


Dan…

‘Terima kasih kak’…

Apakah ‘kak’ yang dimaksud Renton merujuk kepada Obi…?

Obi berteman dengan Renton di Instagram, bukan…

Kami saling follow satu sama lain…

Apakah ‘kak’ di situ merujuk kepada Obi…?

Banyak ‘kakak’ di sana yang dipanggil oleh Renton…

Hei, dia penjual kantung hewan. Bukankah semua ia panggil dengan sebutan ‘kakak’ sewaktu menjajakan kantung hewannya…

Arrgghh!!

Kenapa Obi sangat cemburu membaca caption milik Renton di post tersebut!!


.

..



..

.


Renton tidak bercanda. Ini benar adanya. Ia sudah tidak bermain lagi. Sudah ada 4 hari semenjak ia mengirim email perpisahan kepada Obi. Selama itu pula Obi tidak melihat adanya post atau story ter-update di akun instagramnya dia. Ia layaknya seorang anak yang hilang dari muka bumi. Hilang tanpa kabar. Obi merasa seperti ada separuh hati Obi yang hilang bersama Renton. Entah kenapa setelah menghilangnya anak itu, Obi semakin tertarik dengan Renton. Hati Obi merasa tidak tenang jika Obi tidak melihat Renton. Obi ingin bermain bersama dengannya.

Lihat! Bahkan Kevin menyadari apa yang telah terjadi. Ia mengirim sebuah pesan pribadi di dalam game. Pesan pribadi? Ya benar. Kevin bersama dengan Deave dan Natanael sedang berjaga-jaga di wilayah merah. Sedang Obi…

Obi memisahkan diri dari mereka. Obi berjaga-jaga di hunting point—Obi masih menunggu Renton untuk kembali berburu Fire Fox seperti biasanya.


“Nyet! Elu tuh yah. Dari dulu samaaaa ajah. Cuma karena ditinggal bocah, elu galaunya kek cewek yang ditinggal ma cowok nya,” kata Kevin.
“Ya mo gimana lagi, Vin. Dianya udah ga online lagi. Sedih Obinya nih!” kata Obi.
“Kek gitu di dalam dunia game biasa kali nyet! Kek kita ga pernah ngalamin aja. Lu tau sendiri udah berapa kali anggota guild kita ninggalin kita gitu aja? Lu inget engga, dari sewaktu kita masih ngebolang di warnet jaman-jaman SMP dulu, sampe sekarang. Lu inget kan?” tanya Kevin. “Kita udah sering ngalamin yang kek gini. Jadi jangan dibawa perasaan lah. Biasa aja. Lagian kek ga ada bocah lain aja di sini. Cari lagi lah! Banyak di sini mau bocah apa mau om-om. Banyak!” kata Kevin.
“Tau lah Vin. Obi Cuma mau Renton…” kata Obi.


Saat Obi sedang asik ngobrol lewat pesan pribadi dengan Kevin, ada seorang pemain dari fraksi iblis datang. Levelnya setara dengan level Renton. Bahkan job class nya pun sama—Hunter. Sepertinya ia sedang mengamati Obi. Dan selang beberapa detik, ia mulai melancarkan serangan. Anak panah demi anak panah menghujani Obi. Pemain tersebut mengeluarkan berbagai macam skill yang Obi sudah sangat familiar itu skill apa saja. Ketahuilah, karena kenal dengan Renton, Obi jadi membaca-baca garis skill job class hunter di Wikipedia nya Eternal.

Obi tidak membalas serangan-serangan tersebut. Obi tidak tega. Job class dan level dia sama seperti Renton. Pemain tersebut berhasil mengurangi jumlah darah Obi hingga setengah. Dan begitu memasuki seperempat bar, Obi menggunakan HP Potion untuk mengobati karakter Obi. Begitu saja seterusnya—Obi diam, dia menyerang dengan membabi buta. Jika darah Obi sudah tipis, Obi meminum HP Potion. Ada sekitar 8 kali setelah Obi mengulangi pola ini, pemain dari fraksi iblis tersebut menyerukan sebuah kalimat di tab obrolan world…


“Gila! Darah Obi ga habis-habis. Senjata kelas legenda memang ga bisa ditandingi pake senjata biasa!” katanya. “Ke hunting point kalo mau latihan casting skill. Obi lagi AFK! Kantung pasir gratisan! (baca: away from keyboard)”


Itu bukan AFK. Dia tidak tahu jika Obi selalu menekan shortcut HP Potion.

Tapi sebelum banyak pemain datang ke hunting point. Ada pemain dari fraksi kami yang sudah datang terlebih dahulu. Sebuah skill yang berisi kombinasi elemen api dan es menyerang satu pemain dari fraksi iblis tersebut. Membuatnya mati yak berkutik seketika. Skill tersebut adalah skill milik Arch Mage—itu Kevin.


“Dah deh, dari pada ga niat main kek gini, mending lu offline aja dulu,” kata Kevin. “Tenangin di ri elu. Gua jijik liat elu yang kayak gini,” kata Kevin.
“Ntaran,” kata Obi. “Obi masih nunggu anak itu sebentar lagi,” kata Obi.
“Elu mau tunggu sampe berapa lama juga tuh anak ga bakal balik ke sini nyet! Elu bilang sendiri kalo akunnya udah di jual, ‘kan?” tanya Kevin.
“Eww…” satu pemain dari fraksi iblis yang masih kena death delay masih berada di dekat kami.
“Elu buruan balik ke kota awal mula deh gan, jangan ikut nimbrung sama kami!” kata Kevin. “Ato mo mokad dua kali nih?” ancamnya.
“Wush santai bos, baru kena delay oeeee,” katanya.


Namun ada hal yang benar-benar mengejutkan. Notifikasi dari sistem permainan memberitahu kepada Obi sebuah in game name yang sangat asing di telinga Obi telah online.

Obi memeriksa in game name tersebut. Obi merasa belum pernah sama sekali berteman dengan in game name tersebut. Bahkan Obi bisa yakin, itu in game name yang baru pertama kali Obi lihat selama Obi memainkan permainan online ini.

Obi membuka email, mencocokkan IGN tersebut dengan nama pengirim email. Ternyata itu adalah IGN milik Renton yang sudah dibalik nama. Sepertinya Renton memang menjual akun game-nya.

Obi mengetest apakah itu Renton atau bukan. Obi mengiriminya pesan pribadi.


“Renton ke mana aja? Kenapa lama engga online?” tanya Obi.


Tidak menunggu lama, Obi mendapatkan pesan balasan dari akun Renton.


“Maaf bang, ini bukan Renton. Ini pemilik akun baru. Aku beli dari Renton.” Jawabnya. “Abang kok kenal Renton?” tanya nya.


Dia tidak terkesan asing juga dengan Renton. Obi jadi teringat, di dalam email perpisahannya, Renton berkata bahwa akun nya akan dibeli oleh teman rumahnya. Dialah teman rumah Renton yang ia maksud.


“Kamu temen rumahnya Renton ya?” tanya Obi.
“Iya bang. Temen main di rumah,” jawabnya.
“Boleh aku tahu alamat rumah Renton?” tanya Obi. “Aku ingin bertemu dengan anak itu,” kata Obi.
“Boleh,” jawab anak itu singkat. “Rumahnya di belakang gereja Santo Antonius Kotabaru bang,” kata anak itu. Ia masih menyebutkan alamat lengkap sedetail-detailnya kepada Obi.


Saat mendapatkan alamat Renton tersebut, Obi langsung bangkit menuju meja belajarnya Obi untuk mengambil kertas dan alat tulis. Kali ini jarak Obi dengan meja belajar tidak seperti jarak Jogja—Bali, melainkan hanya satu hentakan langkah saja. Ternyata benar-benar sangat dekat jarak meja belajar Obi.

Obi mencatatnya dengan seksama.


“Terima kasih,” kata Obi. “Aku akan ke rumah Renton sekarang,” tambah Obi.
“Tapi kalo jam segini Renton engga ada di rumah bang,” kata anak itu.
“Aku tau,” jawab Obi. “Di warnet, ‘kan?” tanya Obi memastikan.
“Bukan,” sanggah anak itu. “Dia setiap malam membantu ibunya berjualan,” jawab anak itu.


Ya Tuhan…

Setiap malam membantu ibunya berjualan…

Jadi ketika dia bilang ‘Waktuku tidak banyak’ itu bukan karena ia berlomba-lomba dengan billing warnet…

Itu karena pada jam segini, ia pergi membantu ibunya berjualan…, kah?


“Berjualan?” tanya Obi. “Di mana?” tanya Obi lagi.
“Biasanya sih di perempatan Gramedia bang,” jawab anak itu. “Jam segini Renton pasti ada di sana,” kata Obi.
“Ok. Terima kasih banyak…, ngg…, nama kamu siapa?” tanya Obi.
“Arlan bang!” jawabnya. “Aku temen mainnya Renton,” tambahnya.


Mungkin mereka sepantaran…

Benar kata Kevin, banyak bocah yang memainkan game ini…


“Ya sudah, makasih Arlan. Aku akan ke sana sekarang!” kata Obi.
“Ok bang,” balasnya.


Obi pamitan kepada Kevin yang tengah membuli satu pemain dari fraksi iblis yang menyerang Obi tadi. Nampaknya setelah mati, ia hidup kembali dan ingin membalas dendam kepada Kevin. Namun apa daya, kini ia sekarang malah menjadi mainan bulan-bulanannya Kevin.


“Vin, Obi cabut duluan!” kata Obi.
“Mo ke mana nyet?” tanya Kevin.
“Ada deh,” jawab Obi. “Renton,”


Obi offline….


--▬ ஜ۩۞۩ஜ ▬--


[Pertemuan 5—Dia Renton.]
Obi mengendarai mobil Obi. Menembus jalanan perkotaan. Lampu jalan bertiang unik khas Kota Jogja yang berwarna kekuningan memberi penerangan secukupnya di pembatas jalan dua arus. Dalam perjalanan, yang ada di pikiran Obi cuma satu—Renton. Obi ingin menemuinya langsung. Sekalipun kami sudah berteman di instagram, tapi Obi tidak tenang jika Obi tidak menemuinya.

Malam ini Obi berencana untuk melihat lokasi detail dari rumah Renton. Pelan Obi mengendarai mobil Obi sambil membaca alamat yang Obi tulis pada secarik kertas. Obi sudah berada di kompleks gereja Santo Antonius Kotabaru Jogja. Obi berhenti sejenak untuk melihat nama alamatnya lebih jelas. Arlan memberi detail alamatnya dengan rapi. Hal itu membuat Obi dapat dengan mudah menelaah satu per satu hints yang ada pada alamat tersebut.

Obi kembali melajukan mobil Obi dengan pelan. Tidak menunggu lama di sekitaran kompleks belakang gereja, Obi menemukan rumah yang di maksud di dalam alamat yang tengah Obi pegang ini. Sebuah rumah yang agak terlihat ‘wah’ menurut Obi. Rumah bercat cokelat muda dengan pagar batu paving di depannya. Itu adalah sebuah rumah berukuran sedang dengan konsep desain Modern Tropis yang mengusung tema eco green.

Sempat Obi berpikir, pasti yang mempunyai rumah ini adalah eksekkutif yang kaya raya. Mungkin kedua orang tua Renton hidup dengan bergelimang harta. Namun…, Arlan bilang jika saat ini Renton membantu ibunya yang sedang berjualan di perempatan Gramedia. Eksekutif macam apa yang berjualan di pinggir jalan...? Dipinggir jalan? Obi rasa bukan! Apa mereka mempunyai sebuah toko kah di sekitaran perempatan tersebut?

Obi turun dari mobil tanpa mematikan mobil Obi. Mengamati rumah itu sejenak. Sepertinya saat ini, penghuni rumah memang sedang tidak berada di sana. Mungkin benar Obi harus ke perempatan Gramedia jika ingin berjumpa dengan Renton.

Ketika Obi akan memasuki mobil kembali, di depan pintu rumah tertempel sebuah stiker berwarna biru tua dengan semburat kuning. Di tepinya berborder tebal berwarna putih. Obi sangat terkejut dengan adanya tempelan stiker yang ada di rumah itu. Obi sudah tau betul itu tulisan apa. Tulisa tersebut berbunyi…


“Tanah atau bangunan ini sedang dijadikan agunan di PT. Bank Mandiri Persero Tbk.”





Apa kalian tahu apa itu artinya? Tahukah kalian arti dari agunan? Apa itu agunan? Kalian ingin tahu?

Baiklah. Agunan adalah sebuah jaminan yang diberikan kepada pihak bank dari debitur untuk menjamin kelancaran cicilan dalam kredit multiguna (hutang bank). Agunan inilah yang menjadi ALTERNATIF TERAKHIR sumber pelunasan kredit bagi bank apabila terjadi gagal bayar. Biasanya agunan umumnya bisa berupa sertifikat tanah atau surat BPKB kendaraan.



Jadi sekarang rumah Renton telah menjadi alternatif terakhir sumber pembayaran hutang (mungkin) kedua orang tuanya yang sudah gagal bayar…


Tempelan stiker tersebut sudah tertempel rapi di depan pintu rumah Renton. Obi hanya bisa berdiri sambil bersandar di pintu mobil Obi sambil membayangkan keadaan yang tengah Renton hadapi.


Apa dia sedang berada di tengah-tengah kesulitan finansial…?


Obi harus bertemu Renton! Sekarang!

Obi bergegas memasuki mobil Obi. Obi tidak ingin membuang banyak waktu lagi untuk meratapi keadaan yang menimpa Renton. Berdiri mematung bersandar mobil tidak akan memberikan perubahan apapun.

Obi kembali melajukan mobil Obi.


--▬ ஜ۩۞۩ஜ ▬--


Obi sudah hampir sampai di perempatan yang Arlan maksud—perempatan Gramedia. Ia berkata bahwa Renton berada di sana saat ini. sedang berjualan membantu ibunya. Obi datang dari arah Selatan perempatan. Perlahan Obi melajukan mobil Obi.

Ketika sudah berada di perempatan, Obi semakin memelankan laju mobil Obi. Banyak pengendara sepeda motor di belakang Obi yang riuh membunyikan klaksonnya. Itu terpaksa, Obi harus mem-peta-lokasikan keberadaan Renton di perempatan tersebut. Jika tidak ada, berarti ia membantu ibunya di toko,bukan berjualan di perempatan tersebut.

Namun di saat riuhnya suara klakson kendaraan yang terdengar dari belakang mobil Obi, betapa terkejutnya hati Obi. Bahkan saat itu, hati Obi terasa seperti diiris-iris. Bagaimana tidak…


Obi mendapati Renton sedang berdiri menjajakan dagangannya. Ia mengenakan sebuah masker. Tapi Obi benar-benar bisa mengenali tubuh kecilnya. Hairstyle nya. Bentuk mukanya. Tidak salah lagi—itu Renton! Persis seperti di instagram!.

Melihat Renton untuk pertama kalinya di dunia nyata seperti ini, membuat dada Obi berdesir. Degup jantung Obi semakin kencang begitu Obi melihat sosok kecilnya. Namun di saat yang bersamaan, perasaan miris juga mengalir di dalam hati Obi. Semua perasaan ini bercampur aduk menjadi satu dan menjelma menjadi sebuah setruman bagi tubuh Obi. Obi seperti tidak berdaya melihat Renton dalam wujud aslinya.

Segera saja Obi mencari tempat parkir di sebelah Barat Toko Buku Gramedia.

Setelah memarkirkan mobil Obi sedemikian rupa, Obi bergegas berjalan menuju tempat di mana Renton sedang menjajakan sesuatu.

Dari kejauhan terlihat Renton sedang mendatangi pengendara motor dan mobil satu demi satu. Itu ia lakukan saat lampu lalu-lintas sedang berwarna merah. Ia menjajakan sesuatu. Entah apa yang ia dagangkan saat itu.

Semakin Obi berjalan mendekat, semakin jelas sosok Renton yang ada di sana. Ia sedang menepi di bahu jalan—lampu lalu-lintas sedang berwarna hijau.

Obi berhenti selang 10 meter dari tempat di mana Renton berada. Bagaimana tidak, ini first meet pertama kita di luar dunia game. Ini bukan di dalam Eternal. Ini benar-benar nyata. Dan itu benar-benar Renton! Ia tepat berada 10 meter di depan Obi. Dan Obi tidak tahu apa yang akan Obi lakukan!

Sedari tadi dalam perjalanan, yang ada di pikiran Obi adalah bertemu dengan Renton. Kini Obi sudah bertemu, lalu mau apa lagi? Terlebih, tempelan stiker tadi memberikan impuls kepada Obi. Obi menjadi segan dengan Renton yang hanya berusia 10 tahun. Ia jauh di bawah Obi.

Luar biasa sekali. Anak sekecil Renton bisa membuat perasaan Obi tidak karuan seperti ini. ia menyimpan kekuatan besar di balik tubuh kecilnya.

Lampu lalu-lintas menjadi merah. Semua pengendara sepeda motor dan mobil berhenti. Saat itulah Renton turun dari bahu jalan—menjajakan dagangannya.


“Kakak…, mari kakak…, bunganya kakak…, mari dibeli…., mari kakak….” Suara itu jelas terdengar dari tempat di mana Obi sedang berdiri.


Seketika juga Obi menutup mulut Obi dengan tangan Obi. Seiring dengan itu, hati Obi terasa diiris-iris. Bagaimana tidak, caranya menjajakan dagangannya sama seperti cara ia menjajakan kantung hewan di Kota Perdagangan Etheline. Sesaat hati Obi terasa berat. Ingin menangis rasanya. Tapi tertahan!


Jadi…

Renton membantu ibunya menjual bunga…

Bunga mawar…

Ia berjualan bunga mawar…


Obi jadi teringat saat Obi mendapati salah satu post di akun instagramnya Renton. Obi membuka instagram Obi saat itu juga. Masuk ke profil dan membuka daftar post yang telah Obi simpan. Obi menekan satu gambar. Itu adalah gambar tangan Renton yang tengah masah kuyub mengenakan hoodies. Tangan Renton sedang memegang setangkai bunga mawar yang terbungkus plastik di sisi-sisinya. Obi tersadar background yang ada di bawah bunga itu adalah aspal jalanan. Jika Obi cocokkan, itu adalah tempat di mana sekarang Renton sedang berdiri menjajakan dagangannya.

Di situlah Obi baru ‘ngeh’. Itu bukan status yang Renton buat karena dia putus cinta. Melainkan status yang ia buat karena saat itu Renton sedang sial. Mungkin ia tengah kehujanan saat ia menjajakan dagangannya, dan tidak seorang pun mau membeli bunga yang ia dagangkan sewaktu hujan-hujan tersebut.

Update an status Renton yang terakhir, ketika ia membuat caption perpisahan di instagramnya, status tersebut juga menanyangkan gambar bunga mawar. Mungkin saat ia membuat status tersebut, ia sedang membantu ibunya menyiapkan dagangannya. Membungkus satu demi satu setangkai bunga mawar dengan plastik dan mengikatnya dengan pita kecil berwarna.


Sungguh sulit dipercaya jika usiamu baru 10 tahun…


Ada sekitar lima menit Obi berdiri mematung. Itu waktu yang setara dengan 2 kali lampu merah dan hijau di perempatan ini. Dan selama itu, bisa Obi pastikan—tidak ada satupun yang membeli dagangan Renton barang setangkai pun.

Lampu lalu-lintas kembali berwarna merah.

Kini Obi lihat Renton masih belum putus asa. Ia kembali turun ke jalan…


“Kakak…, mari bunganya kakak…, lima ribu saja…., mari dibeli kakak….” Seru Renton.


Obi masih merasa teriris setiap kali mendengar cara Renton menjajakan dagangannya.

Namun di luar itu semua, Obi sangat salut dengan sosok Renton. Ia anak yang pandai berdagang. Ia anak yang gigih, tidak mudah putus asa sekali pun dagangannya belum ada yang mau beli. Ia mampu membaca peluang. Sebagian ia hanya menjajakan dagangannya ke pengendara kendaraan yang masih muda-muda. Terlebih ke pasangan muda-mudi yang dilihatnya. Bunga adalah sesuatu yang romantis buat mereka. Ia anak yang mempunyai mental kuat. Ia sama sekali tidak terlihat sedih ketika tahu dagangannya belum ada yang beli. Ia juga anak yang memperhitungkan efisiensi waktu. Ia berlomba dengan delay lampu lalu-lintas yang berwarna merah. Dengan waktu yang singkat, dia memperhitungkan kapan ia harus turun menjajakan dagangannya, dan kapan harus kembali ke bahu jalan dalam waktu yang tepat.


Renton…

Di luar Eternal pun kamu sama…

Tidak di sini, tidak di sana…

Kamu benar-benar anak yang mempunyai nilai-nilai di atas…


Lampu kembali berwarna hijau. Itu saatnya bagi Renton naik ke bahu jalan.

Obi merasa iba dengan Renton. Sepertinya dari tadi, tidak setangkai bunga pun laku darinya…

Obi berjalan ragu mendatangi Renton. Ya. Ragu. Ini adalah first meet kita di luar Eternal. Ingat itu.


“D—dek…” panggil Obi. Awalnya Obi ingin memanggilnya dengan namanya—Renton. Tapi entah kenapa malah kata panggilan itu yang keluar.


Renton menoleh. Obi sempat mengira dia akan mengenali Obi begitu kita bertemu.

Namun dugaan Obi salah…


“Halo! Selamat malam kakak?” sapa Renton. “Kakak mau beli bunganya Renton? Satu lima ribu saja!” serunya sambil tersenyum. Ia membuka maskernya. Benar-benar anak yang sopan…


Kala itu Obi benar-benar ingin meneteskan air mata Obi. Bagaimana tidak?! Bagaimana mungkin ia masih bisa tersenyum seceria itu?! Hidupnya miris sekali, bukan?! Di saat anak-anak sebayanya belajar di rumah, atau mungkin sudah tidur, dia masih berada di pinggir jalan mengenakan masker sambil menjajakan daganganya.


Terlebih Obi ingat…

Ingat akan stiker tempelan dari bank ternama itu yang ada di depan pintu rumah Renton…


“I—iya,” sahut Obi. “Aku beli satu…” kata Obi sambil mengeluarkan selembaran uang sepuluh ribuan dari dompet Obi.
“Mau yang warna merah apa putih?” tanya Renton sambil memperlihatkan senyum cerianya.
“Merah saja dek,” kata Obi.


Renton dengan kalem mengambil bunga mawar yang berwarna merah. Usia kami terpaut 9 tahun. Nampaknya ia sudah sering berinteraksi dengan orang yang usianya lebih dewasa dari padanya.


“Ini kakak,” kata Renton. “Silakan,” tambahnya.


Obi mengulurkan selembaran uang sepuluh ribuan yang Obi pegang.


Obi menerima bunga dari Renton…


Renton sibuk memasukkan uang selembaran tadi ke dalam tas kecilnya. Kemudian ia mengeluarkan selembaran uang lima ribuan.

Comments

  • “Silakan kembaliannya kakak. Terima kasih sudah beli bunganya Renton!” serunya. Ia mengulurkan uang kembalian itu untuk Obi.


    Ingin sekali Obi berkata ‘itu buat kamu’, namun pikiran Obi terlanjur kacau. Renton benar-benar tidak mengenali Obi! Sekalipun kita sudah berteman di instagram! Apa Renton tidak pernah membuka halaman profil Obi di sana? Sehingga ia asing dengan Obi?

    Ada jeda keheningan setelah Obi menerima kembalian tersebut. Itu antara Renton bingung dengan apa mau Obi, dan Obi bingung apa yang akan Obi lakukan. Dan jeda keheningan itu mulai membuat kami berdua merasa canggung. Transaksi sudah selesai. Lalu mau apa lagi?

    Obi mengambil inisiatif terlebih dahulu.


    “T—terima kasih kembali, dek…” kata Obi.


    Obi berbalik arah dan mulai berjalan.


    Segini saja kah…

    Segini sajakah pertemuan Obi dengan Renton…

    Miris sekali kamu Bi…


    Langkah Obi terhenti.

    Obi menengok ke arah Renton. Renton merapikan dagangannya. Bersiap-siap menunggu lampu merah kembali.

    Obi kembali berjalan ke arah Renton. Ia tahu—Renton menoleh…


    “Renton, kakak sudah berjanji untuk membeli 15 slot kantung hewan mu. Maka kali ini kakak akan menebusnya dengan membeli 15 tangkai bunga dari mu. Kakak ingin membeli 15 tangkai bunga lagi. Kakak akan memborong daganganmu!” kata Obi. “Tapi kali ini kakak tidak akan meminta potongan harga. Kakak akan membelinya dengan harga utuh. Dari setiap tangkai bunga yang Renton jual, kakak akan menambahkannya 5000 pada setiap tangkai tersebut. Anggap saja itu hutang kakak karena kakak telah memotong harga kantung hewanmu 5000 Gil tiap kantungnya!” kata Obi lugas. Tanpa jeda. Tanpa cacad.


    Lampu lalu-lintas kembali berwarna merah. Namun Renton masih terpaku di tempatnya berdiri. Ia hanya bisa mengedipkan matanya berulang-ulang. Nampak jelas sekali dia tidak paham apa yang Obi ucapkan barusan.


    “Ahh sudahlan…” kata Obi. Obi mengeluarkan uang dengan nominal 150 ribu rupiah. “Ini, aku beli semua bunga milik Renton. Aku ambil lima belas tangkai lagi,” kata Obi sambil melayani sendiri apa yang Obi ingin beli. Renton menerima uang tersebut sambil kebingungan. Sepertinya kejadian ini begitu cepat untuknya. “Terima kasih Renton,” kata Obi setelah mengambil semua bunga milik Renton.


    Percuma…

    Sekalipun Obi memanggil namanya…

    Dia belum mengenali Obi…

    Dia Renton…, bukan?




    Obi berbalik arah kembali. Mulai berjalan meninggalkan Renton. Tapi…


    “Tunggu!” seru Renton. “Kak Obi…? Kak Obi ya?” tanya Renton.


    Akhirnya…


    Obi menoleh. Tanpa menjawab pertanyaan Renton. Obi mendatangi Renton dan memeluk tubuh kecilnya. Tangan kanan Obi penuh dengan bunga mawar. Bunga-bunga tersebut menempel di punggung Renton. Membuat Renton wangi dengan aroma bunga mawar.

    Benar-benar tidak disangka-sangka. Dua pemain game Eternal kini sedang berpelukan di samping perempatan di dunia nyata. Obi tidak mempedulikan puluhan pengendara yang tengah terheran-heran melihat Obi tengah berpelukan. Mungkin menurut mereka, mereka mengira sedang ada acara ‘Tali Kasih’ atau semacamnya.


    “Iya ini kakak, Renton…” kata Obi.


    Tubuh kecilmu hangat sekali…


    ..
    .


    --▬ ஜ۩۞۩ஜ ▬--


    Obi membawa Renton ke sebuah kedai Pizza Hut yang ada di sekitar perempatan tersebut—Kedai Pizza Hut Jl. Jend. Sudirman Jogja. Obi memesan satu loyang large pizza, dua pasta dan dua minuman. Ada lebih dari 10 tangkai bunga berada di atas meja kami. Itu adalah bunga-bunga yang Obi beli dari Renton tadi.

    Renton memakan pizza nya dengan lahap. Tampak ia paham sekali bagaimana caranya memakan pizza dengan benar.

    Sewaktu berdua, Renton memperkenalkan dirinya sekali lagi. Nama lengkapnya benar-benar sama persis seperti nama akun yang ada instagramnya—Renton Galileo.

    Kami tidak membahas banyak hal. Renton mengatakan bahwa ia menjual akun game nya karena memang pada awal temannya memintanya bermain game tersebut sampai level 60. Dan sesuai kesepakatan, temannya—Arlan, membeli akun Renton. Renton bilang ia mendapatkan penghasilan dari akun tersebut sebanyak dua ratus ribu saja.

    Dia juga mengatakan bahwa laptopnya dijual oleh ibunya ketika ia sudah selesai menyelesaikan ‘pesanan’ akun yang dipesan oleh temannya. Ia menceritakan bahwa ia dan ibunya terjerat hutang yang jumlahnya lumayan besar. Hutang itu adalah hutang milik sang ayah yang sudah wafat karena sakit kanker. Semasa ayah Renton masih hidup, beliau bekerja sebagai dosen matematika di salah satu universitas negeri di Jogja ini. Sedang ibunya adalah guru musik di SMA negeri. Tidak heran jika namanya adalah Galileo. Seorang anak yang lahir dari ‘ahli matematika’ dan ‘musisi’.

    Renton menceritakan, sewaktu masa-masa pengobatan ayahnya, mereka membutuhkan biaya banyak sampai-sampai harus mengajukan pinjaman di bank. Renton tahu bahwa ayahnya menggadaikan sertifikat rumahnya sebagai jaminan pinjaman tersebut. Namun sayang Tuhan berkehendak lain, Tuhan mengambil nyawa ayah Renton.

    Beliau wafat dengan meninggalkan hutang yang terbilang cukup besar. Untuk menutupi hutang tersebut, sang ibu harus bekerja ekstra. Pagi sampai siang mengajar, siang sampai sore merangkai bunga, sedang malamnya mereka jual. Seperti itu kesehariannya setelah kepergian sang ayah. Renton yang menjadi anak tunggal dari mereka, harus merasakan pahitnya tempaan dunia.

    Renton mengatakan, beberapa minggu setelah kepergian ayahnya, debt collector sering sekali datang bertandang ke rumah Renton untuk sekedar menagih hutang. Kerap sekali ibunya dimarah-marahi oleh debt collector tersebut. Renton hanya bisa menangis ketakutan melihat ibunya harus menundukkan muka di depan para bajingan tersebut. Hutang mereka menunggak.

    Pada akhirnya pihak bank mengeluarkan keputusan terakhir, yakni melelangkan agunan/jaminan yang telah disepakati sewaktu sang ayah mengajukan kredit ke bank. Oleh sebab itulah kini rumah Renton ditempeli stiker seperti tadi.

    Obi hanya bisa terhenyak mendengar cerita Renton. Dan percayalah, dia menceritakannya dengan lantang, tanpa intonasi sedih sedikitpun. Kecuali di bagian pintu rumah yang ditempeli stiker seperti tadi.

    Terkahir yang dia ceritakan benar-benar membuat hati Obi serasa ingin berhenti berdetak—besok pagi ia harus pindah rumah karena rumah yang mereka tinggali sudah masuk ke pelelangan. Kata ibunya, sudah ada yang beli rumah itu dari pihak bang. Otomatis mereka sudah tidak bisa tinggal d rumah itu kembali. Sang ibu berkata, mereka akan tinggal sementara dengan kerabat mereka yang ada di Tangerang Selatan. Mereka akan pindah ke sana besok pagi. Meninggalkan Kota Jogja. Meninggalkan kenangan-kenangan yang ada di sini. Meninggalkan semuanya.

    Sesak sekali hati Obi mendengarnya. Renton adalah milik Kota Jogja, besok ia harus pindah ke Tangerang Selatan.


    “Renton mau tambah?” tawar Obi.
    “Renton sudah cukup kak,” kata Renton. “Kalo boleh, apa Renton boleh membungkus sisa pizza ini untuk ibu? Seharian ini kami hanya makan mi instant,” kata Renton.


    Obi tersenyum mendengar Renton. Pasti butuh keberanian yang besar untuk memohon seperti itu.


    “Tidak, ini Renton habiskan saja,” kata Obi. “Nanti kakak beli dua loyang lagi untuk Renton bawa pulang,” kata Obi.
    “Terima kasih kak,” kata Renton malu-malu.




    ..

    .


    --▬ ஜ۩۞۩ஜ ▬--


    Jam menunjukkan pukul 20.30 WIB. Obi harus segera mengembalikan Renton ke perempatan Gramedia. Obi tidak ingin membuat ibu Renton merasa khawatir. Kami keluar dari kedai Pizza Hut. Sesuai janji Obi, Renton menenteng dua kotak berisi masing-masing satu loyang pizza hut ukuran large. Ia terlihat sangat senang. Obi juga menyempatkan diri membelikan Renton kuota. Dia berkata bahwa kuotanya telah habis. Oleh sebab itu dia tidak bsia membuka instagram.

    Kami di sambut dengan suka cita oleh Ibunda Renton. Nampaknya beliau telah selesai menjajakan bunga nya. Masih ada beberapa sisa bunga di sana, tapi tidak banyak. Beliau orang yang cantik. Kini jelas sekali dari mana asal ketampanan Renton. Dan dari cara beliau bertutur kata, Obi bisa tahu jika beliau adalah orang yang ramah dan penyabar. Obi heran, debt collector mana yang berani membentak-bentak ibunda Renton yang terlihat sangat ramah seperti ini.

    Malam itu Obi mengantar mereka pulang dengan mobil Obi. Sesampainya di rumah Renton, Obi ditawari untuk menginap saja—menemani Renton barang semalam, mengingat besok Renton sudah harus berangkat ke bandara pagi-pagi buta untuk mengejar penerbangan ke Tangerang Selatan. Namun Obi menolaknya dengan halus. Kurang etis bagi Obi jika Obi harus menginap di sana. Malam ini adalah malam terakhir mereka menghabiskan malam di Kota Jogja. Obi tidak ingin merusak moment berharga mereka. Lagi pula, jika Obi sampai menginap di sana, itu hanya akan membuat Obi merasa berat ditinggal pergi oleh Renton.

    Ibunda Renton tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Obi. Terlebih ketika Renton bercerita kepada ibundanya bahwa Obi mentraktir dia pizza, membelikan kuota, dan bahkan memborong dagangan Renton.

    Kini tiba waktunya buat Obi untuk berpamitan. Obi menyalami ibunda Renton dan bahkan mencium tangan beliau. Tidak lupa Obi memeluk tubuh kecil Renton sekali lagi. Obi memberanikan diri memberikan ciuman sayang di pipi kanan Renton. Dia adalah satu dari sekian banyak pemain di fraksi kami—fraksi dewa, yang masih terbilang anak-anak.

    Obi berpesan kepada Renton agar tetap tegar menjaga ibunya.

    Lihatlah! Bahkan ketika mobil Obi melaju perlahan, Obi masih bisa melihat mereka berdua melepas kepulangan Obi. Terlebih Renton, tangannya tidak berhenti melambai-lambai ke arah mobil Obi. Percayalah, itu hanya akan membuat Obi semakin sesak.

    Obi menangis di dalam mobil. Menangis karena bisa merasakan susahnya hidup mereka. Menangis karena bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Menangis karena Obi harus berpisah dengan Renton malam ini juga.

    Obi tidak bisa mengemudi dalam keadaan seperti ini. Obi menghentikan mobil Obi di gereja Santo Antonius Kotabaru. Obi ingin mendoakan Renton dan ibundanya.


    “Bapa…, berilah kemudahan hidup untuk mereka berdua…, kasihilah mereka sebagaimana Engkau mengasihi kami…, dan jagalah mereka sebagaimana Engkau menjaga kami…, amen…”


    Doa ku untuk Renton…

    ..
    .

    --▬ ஜ۩۞۩ஜ ▬--


    [Sabtu, 4 Februari 2017—Epilog.]
    ..
    .

    (Please, enter your username and password to login)


    Obi masih saja mengabaikan suara client game yang memaksa Obi untuk segera melakukan proses login.


    Renton Galileo…

    Namamu masih terasa segar diingatan Obi…


    Sosok kecil yang menginspirasi…


    TRUINGGG~


    Terdengar suara notifikasi dari instagram.

    Obi membukanya, sebuah direct message…


    Kakak! Kakak apa kabar? Renton sudah dapat rumah di sini. Lain waktu kalo kakak sempat, kakak main ke sini yaaaa. Renton akan menunggu kakak. Oh iya kak! Sekolah Renton sekarang jauh lebih bagus dari sekolah Renton yang ada di Jogja. Sekolah Renton di sini besaaaarrr sekali. Renton sekolah di Kharisma Bangsa School of Global Education kak! Renton sudah dapat banyak teman di sini. Bunda juga sudah bisa mengajar lagi di sini kak. Kami sudah tidak berjualan bunga lagi kak!

    Kakak, kakak jangan lupa sama Renton ya kak! Renton pengen kakak maen game lagi bareng sama Renton. Kapan-kapan kita main bareng lagi ya kak! Kakak jaga kesehatan di sana. Renton mau sekolah dulu. Jangan lupa kakak main ke Tangerang Selatan ya kak! Renton sama bunda nunggu kakak di sini.

    Salam Renton,




    (Please, enter your username and password to login)


    Obi menutup Lit laptop Obi dan langsung membungkam mulut Obi dengan tangan kiri Obi. Sontak Obi menangis sejadi-jadinya dengan suara yang diredam dengan tangan Obi. Menangis keras tanpa suara.... hanya hembusan-hembusan sengkalan nafas yang keluar dari hidung Obi….

    Obi mengambil puluhan bunga mawar hasil pembelian dari Renton yang sudah mengering… walau pudar, wanginya masih ada…


    Renton Galileo…

    Renton…

    Kakak sayang kamu….


    .

    .

    .

    .

    .
    —SKO Special Edition Obi’s 20th Birthday: Eternal Galileo. —
    --▬ [Fin] ▬--

  • Halo!

    Obi mengucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman forum BF yang sudah meluangkan waktu untuk membaca SKO SE nya Obi. Tidak lupa juga Obi ucapkan banyak terima kasih untuk teman-teman moderator forum BF tercinta ini karena telah memberi Obi kesempatan untuk menuliskan karya tulis Obi di sini.

    Cerita SKO SE di atas dibuat dalam rangka memperingati hari ulang tahun Obi ke 20 yang jatuh pada tanggal 9 Oktober kemarin. Jika teman-teman ingin membaca dalam format draft yang lebih rapi, teman-teman bisa mengakses URL ini [ https://goo.gl/tkxJyV ]. Masuk dengan password cielphantomhive. Di sana sudah disertai gambar illustrasi cerita SKO SE ini.

    Cerita ini hanyalah cerita fiktif. Obi meminta maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan pada penulisan kata/tempat.

    Sekali lagi terima kasih banyak ya teman-teman.


    [Salam Hangat dari Obi W. Despenta, Writer | Editor | Publisher | Founder of SKO]. (✿ *´ `*)
Sign In or Register to comment.