Perkenalkan, gw Indra. Satu dari jutaan pria yang mengadu nasib di kerasnya Ibukota.
Perawakan gw tinggi tegap. Well, dengan kulit coklat khas Sumatera, gw punya senyum yang menawan.
Aaah.. Tapi cukuplah kita mendengar tentang gw. Toh bukan itu tujuan gw bercerita.
Gw pengen membagi pengalaman yang bener-bener bikin tubuh gw bergairah. Semangat menggebu. Perasaan asing yang udah lama ga pernah gw rasain.
Pengalaman ini akan gw ceritakan dengan sebenar-benarnya. Seterbuka mungkin. Paling detil nama dan tempat sengaja gw ganti. Lebih untuk menjaga privacy, tanpa mengurangi isi cerita.
Jadi tunggu apa lagi kawan.. Sikaaatt !!
Comments
Semua berawal dari ENTOTS, dating apps yang paling populer di kalangan gay. Pengoperasiannya cukup mudah, layaknya Facebook. Dengan kemampuan super, bisa mendeteksi para lelaki pemuas di sekitar gw.
Setelah ENTOTS terinstall sukses di HP, gw mulai membiasakan diri dengan tampilannya.
Hmm.. Kesan pertama, ini kayak Supermarket yang menyajikan berbagai macam kebutuhan. Ada yang brondong, gadun, kurus, masel, apalah-apalah. Semua tersedia. Namanya Supermarket Kontol!!
Perasaan gw mengggebu-gebu. Dengan singkat gw bikin profil. Aah, cukup yang simple sajalah..
"Fun or Friend. Humble, likable, and easy to get"
HAHAHAA. Kampreett..
Selanjutnya gw langsung scroll, scroll, scroll. Mencari profil yang cocok dengan birahi. Ketemu? Langsung kirim mesej, sembari menyelipkan foto.
Kagak usah nulis mesej basa-basi. Langsung ke inti aja. "Hi, mau fun?"
Setelah mengirim sekitar belasan mesej, gw tinggal makan.
Beres makan, lsg cek ENTOTS. Beberapa ada yang bales. Namun pilihan gw tertuju pada satu profil. Dia balas dgn unik, "Aku orangnya kikuk. Gpp?"
Njiir, gw langsung ngakak. Ngebayangin wajah polos cakep brondong ngucapin gituan bikin hati gw nyeeesss..
Gw cek, usia 22 tahun. Hmm.. Cukup muda..
"I'm introvert and socially awkward. But I'm a good listener", isi profilnya.
Fotonya cakep.. Putih. Pake masker motor menambah tajam sorot matanya. Perpaduan yang pas!
Berikutnya kami lsg ngobrol.
Gw yang awalnya GRENG-MODE, perlahan shifting ke SOFT-MODE.
Gw suka dengan polos-polosnya. Sopan-sopannya.
"Ntar malam premier Warcraft ya Bang..", demikian dia panggil gw.
"Iya bro.. Mau nonton barengkah?", tanya gw spontan. Orang kagak kenal inih. Tak perlulah berjaim ria. HAHAHA
"Yuk Bang..!", jawabnya tak kalah antusias.
Akhirnya kami janjian nobar nanti malam sehabis pulang kantor di Sarinah. Kawasan yang terkenal di tengah Jakarta.
Good.. gw suka orang yang ontime.
Lima belas menit kemudian, di depan gw sudah berdiri seorang pemuda. Dengan celana jeans dan kemeja lengan panjang digulung hingga siku.
Kami bersalaman. Dan gw salah tingkah.
Cakep njiir..
Tanpa masker motor gw akhirnya bisa melihat mukanya utuh. Garis wajahnya tegas. tebakan gw antara Sumatera atau Kalimantan. Yg jelas bukan pahatan Jawa.
Lebih tinggi sedikit dari gw..
"Ayo Bang..", ujarnya membuyarkan kekagetan gw.
Kamipun berjalan ke arah mbak-mbak penjual tiket XXI.
"Warcraftnya mbak. Yang jam setengah delapan", kata gw sembari menunjuk layar monitor di depan mbaknya.
"Full mas.. Adanya jam 9.30. Tapi itu juga tinggal yang bangku satuan"
"Jadi duduknya misah dong mbak?", tanya gw.
"Iya mas. Adanya itu".
Yakalee nonton kencan, duduknya misah. Justru gw dah nyiapin seribu akal buat grepe2 ni bocah ntar. Kwkwkwkk
Ya udah. Akhirnya dgn sangat menyesal kami batal nonton.
Yaah.. such an antiklimaks...
Sekeluarnya dari gedung bioskop gw bingung mau ngapain. Kagak nyiapin back up plan gini nih.
Gw tatap wajahnya minta saran.
Dia sedikit memiringkan kepalanya, sambil melihat ke arah gw. Kayaknya lg mikir.
Aah.. Kamu bro.. Lg mikir aja cakep. Apalagi kalau lagi.. Kyaa..!!
"Apa yah.. Hehe..", dia tertawa kikuk. Sekarang gw bisa ngerasain maksud deskripsi profilnya tadi. Kikuk2 gemesin..
"Makan yuk. Belom makan kan bro?", tawar gw.
"Belom sih Bang.."
"Sate mau? Deket sini ada yg enak bro", ajak gw lebih lanjut.
"Boleh.. Boleh.."
Setelah mendapat meja, gw panggil pelayannya.
"Mas sate 2 yah.."
"Ayam, kambing?", tanya gw padanya.
"Ayam bang"
"Wah sama.. Ayam 2 ya mas", gw memberi instruksi pelayannya.
"Nasi, lontong?", tanya gw lg.
"Lontong aja bang".
"Eeh sama lagi. Pake lontong dua2nya ya mas"
"bumbunya kecap ya mas".
Terus gw melihat ke arah dia meminta jawaban.
"Sama, kecap jg bang.."
Gw ketawa spontan sambil ngeliatin dia. Dan dia salah tingkah. Hanjaai.
"Aquanya satu mas", kata gw ke pelayannya
"Bikin dua mas", sambung dia menyamakan pesanan gw lg.
Kali ini kami ketawa bareng.
---------
"Kira-kira apa yah di pikiran pelayan tadi lihat kita ketawa2 gitu ya bang..?", tanya dia setelah pelayannya berlalu meninggalkan kami.
"Aah.. Paling dipikirnya anak kembar. Hahaha..", jawab gw ngasal.
Dan kamipun saling bertukar kisah..
Tebakanku benar. Dia berasal dari Sumatera. Tepatnya di kota yang banyak mencetak pria2 berkulit putih dan cakep.
Baru setahun di Jakarta dan tinggal dengan kakaknya di sini. Dengan cepat gw bersimpati saat tahu dia sedang melanjutkan kuliah sembari bekerja. Sementara kedua orang tuanya di kampung. Paling suka dengan tipe pekerja keras. Apalagi cakep.
Kwkkwkwk. Asoelah..
Sembari menyantap sate, kami kadang diam. Menikmati macet-macetnya Jakarta di malam hari. Jam pulang kantor. Klakson bersautan tidak mampu mengusik kenyamanan yang kami rasakan.
Well, setidaknya kenyamanan yg gw rasakan..
Ga kerasa sudah hampir dua jam kami di sana. Jam menunjukkan 21.00. Kemacetan mulai berangsur berkurang.
Lama juga kami bercerita..
"Mau jalan2 ga pake motor bro?", ujar gw memecah lamunan dia.
"Hmmm.. Boleh.. Tapi jalan2 kemana bang..?"
"Muter-muter aja.. Mumpung udah ga terlalu macet neeh"
Dia sedikit mengangguk-angguk lengkap dengan senyum kecil.
Aaah. You are awkwardly melting me bro.. nyeess..
Dan kamipun memulai petualangan malam menjelajah Jakarta..
Semilir angin malam menyapu wajah gw. Dengan kecepatan sedang, sepeda motor melaju ke arah Menteng. Menuju kawasan elite Jakarta.
Satu belokan kemudian, gedung-gedung pencakar langit sudah berganti perumahan mewah. Dengan pagar besi yang tinggi, lengkap dengan pos satpam di tiap sisi rumah.
"Di depan ntar jalan Cendana bro..", kata gw membuka percakapan sambil menunjuk ke arah persimpangan depan.
"Jalan Cendana.. Kayaknya pernah dengar Bang.."
"Terkenal banget bro.. Dulu sih.."
Laju motor gw pelanin, sementara gw mulai bercerita tentang Cendana.
Dia menikmati setiap detil penjelasan gw akan daerah ini. Sesekali terdengar gumaman.
Mungkin pikirannya turut melaju bak mesin waktu menuju zaman-zaman keemasan kawasan Cendana. Awal 90an.
Membayangkan betapa ramainya mobil-mobil kedinasan lalu lalang.
Ketatnya penjagaan.
Pesta-pesta malam yang digelar.
Musik-musik lawas dan kontemporer. Diiringi gitar dan banjo.
Semua menggambarkan kemasyuran.
Namun setelah tembok kekuasaan itu runtuh, jalan ini menjelma menjadi jalan biasa. Tak ubahnya jalan-jalan lain di Jakarta yang dapat dilalui siapapun.
Tak ada lagi penjagaan ketat. Pagar kawat simbol pembatas penguasa dan rakyatnya itu telah berganti bunga-bunga beraneka warna.
Yang tersisa adalah bangunan megah tiga lantai. Menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu.
"Bang, itu namanya taman apa..?", Dia menunjuk ke arah kanan depan setelah kita meninggalkan Cendana.
"Naah, itu taman Suropati bro..", jawab gw. "Kalau pagi banyak orang jogging di sini"
"Bagus ya Bang tamannya. Dekat lagi dari mana-mana", kagum dia.
Gw akui taman Suropati ini tertata dengan baik.
Di sepanjang sisi terluar tumbuh pohon-pohon tinggi dan besar. Membuat segar mata memandang.
Selanjutnya terdapat jogging track mengelilingi taman. Makin ke dalam ada bangku tempat duduk-duduk bersantai.
Tepat di tengahnya terdapat kolam jernih, lengkap dengan air mancur. Pada pinggiran kolam ada tempat duduk dari marmer untuk yang ingin menikmati suasana taman di samping air mancur.
Di beberapa titik ada tiang-tiang tinggi. Pada puncaknya terdapat bangunan seperti rumah-rumahan. Di dalamnya banyak bernaung burung-burung. Kalau kita nongkrong di sini agak sore gitu, sering terdengar suara riuh burungnya masuk rumah-rumahan. Kadang mereka terbang di antara pepohonan, hinggap pada bunga-bunga yang banyak tumbuh di sepanjang jalur taman. Atau singgah di rumah-rumahan temannya yang ada di seberang lain.
Sungguh suatu penataan taman yang baik sekali.
"Ramai juga ya Bang malam-malam gini.."
"Iya bro. Kalau malam banyak orang pacaran di sini.."
"Oh gitu Bang.."
"Terus ada suguhan musik klasik dari pengamen sini, kayak yang itu..", dan tampak beberapa orang pemain biola yang piawai sedang memainkan musik-musik klasik. Di sekelilingnya banyak penonton yang duduk menikmati permainan yang gw akui emang bagus.
"Naah lu bisa bawa pacar ke sini bro. Kan romantis banget tuh. Hehehe.."
"Mau bawa siapa Bang. Lha aku ga punya pacar kok..", potong dia cepat.
"Ya siapa tahu. hahaha..", pancingan gw berhasil. Ternyata dia belum punya siapa-siapa.
Keluar dari kawasan Menteng, motor memasuki jalan ke arah Cikini.
Sepanjang jalan disuguhkan lampu-lampu pembatas jalan yang cantik di kiri dan kanan serta trotoar yang tertata rapi dan lebar.
Sungguh kontras dengan kawasan lain di Jakarta yang trotoarnya kadang tidak ada. Kalaupun ada, sudah duluan ditempati pedagang kaki lima. Atau ga sepeda motor, sang penguasa jalan raya.
Tiba-tiba ada sesuatu yang melingkari pinggang gw.
Gerakan halus yang bikin gw sedikit menggelinjang.
Ternyata tangannya sudah memeluk badan gw.
Ada rasa hangat menjalar dari lengan menuju ke arah dada.
Dengan pelan, gw turunkan tangan kiri..
Mulai mengusap-usap punggung tangannya.
Sementara tangan kanan tetap memegang setir motor.
Gw bisa merasakan hangat badannya menyentuh badan gw..
Dada gw pun berdebar halus..
Kalau ada yang namanya reaksi kimia dalam hubungan dua insan, kayaknya ini sedang terjadi deh. Semacam pembentukan senyawa-senyawa kasih yang lembut, namun dengan ikatan kuat saling tarik menarik.
Pelukan ini benar-benar mengajarkan gw apa artinya kenyamanan..kesempurnaan.. (malah nyanyi.. taelaa)
Lalu perlahan jemarinya menyelusup melewati sela jemari gw..
Permukaan telapak tangannya halus.. Beda dengan gw yang agak kasar..
Jempolnya menggelitik area telapak tangan gw..
Meremas-remasnya pelan..
Napas gw tercekat.. Detak jantung gw bertambah cepat..
Dan di depan lampu merah. Kamprrrtt..
Dengan berat hati gw melepaskan jemarinya..
Dan diapun melonggarkan pelukan..
Mulai menjaga duduk..
Layaknya dua pria berboncengan..
Satu menit di persimpangan terasa menunggu antrian kebelet ee (mesti yah analoginya kesana. Lagi romantis-romantisnya woyy)
Saat hijau, dengan cepat gw memacu motor lagi.
Beberapa saat kemudian..
Lengan itu kembali memeluk..
Kesanalah motor gw melintas.
Kerlap-kerlip lampu bioskop. Kerumuman muda-mudi keluar dari gedung teater. Menandakan filmnya baru saja usai.
"Bangunannya bagus ya Bang.. Macam bangunan Belanda.."
"Iye bro. Bioskop ini udah ada dari zaman Belanda emang. Terus lama ga keurus, dipugar dikit jadi agak modern. Cakep deh jadinya..", ujar gw menjelaskan.
"Harusnya gitu ya Bang.. Kalau ditempatku kayaknya ga ada bangunan-bangunan bagus macam gini.."
"Hahaha.. Iya bro.. Mungkin dulunya ada.. Cuman biasalah.. Orang kita susah menghargai sejarah.. Jadinya pada maen ancurin aja.."
"Bener.. Bener banget bang.."
"Pempeknya terkenal banget bro. Namanya pempek Megaria. Kapan-kapan bolehlah kita cobain. Hehehe.."
"Boleh Bang.. Boleh.. Hehe.."
Aaah.. Senangnya hati ini saat mendengar jawaban boleh darinya..
Motor gw mulai menjauhi pusat kota. Ke arah timur.
Memasuki wilayah-wilayah sepi.
"Capek bro?", tanya gw memecah kesunyian.
"Engga bang.. Malah enak.. Adem.."
Daerah timur Jakarta memang tidak se-modern daerah selatan maupun pusat. Di sini masih banyak ditemui rumah-rumah penduduk lokal. Tanah-tanah kosong juga masih ada di beberapa tempat. Suatu hal yang amat langka kalau di pusat.
Tangan yang tadinya memeluk badan gw, perlahan mulai mengendur..
Lalu turun menyusuri perut..
Turun lagi..
Hingga berada di paha gw..
Napas gw yang tadinya udah stabil mulai tak karuan.
Ini di luar perkiraan gw..
Tapi masih berusaha bersikap tenang..
Melajukan motor dengan cool seolah keadaan berlangsung normal.
Terasa usapan-usapan halus..
Ke kiri dan kanan..
Mulai mendekati area dalam paha..
Dan berhenti sejenak disitu..
Betis gw pun mengeras.
Seolah siaga satu menunggu serangan lanjutan.
Dan..
Dengan gerakan amat pelan..
Jemari itu menuju pangkal paha..
Ke arah dalam..
Elusan.. Demi elusan..
Terkadang diikuti gerakan memutar..
Perasaan gw sungguh tak karuan.. Menahan impuls bertumpuk-tumpuk masuk..
Debaran dada.. Debaran dada gw.. Aaakhh.. Ga bisa lagi gw lukiskan bagaimana ritmenya..
Rangsangan ini begitu nyata..
Begitu intens..
Jemari tangannya yang halus menyisiri wilayah paha terdalam tadi..
Sesekali mengenai testis.. Yang sukses membuat gw menggelinjang..
Sekarang paha gw pun ikut mengeras..
Benar-benar enak..
Kejantanan gw tak mau kalah ikut mengeras..
Seolah semua anggota tubuh sepakat menyorakkan..
"INI AMAT ENAAKK!!"
Tangan tadi tidak lagi malu-malu untuk sekadar mengelus..
Sekarang sudah mulai memijit..
Menekan-nekan selangkangan gw yang sudah mengeras, berontak..
Tak ayal lagi kontol di dalamnya berdenyut ereksi amat kerasss..
Motor gw sampai goyang dibuatnya.
Pegangan setir mulai tidak stabil..
Otak gw ga fokus..
Berulang kali gw rapatkan paha menahan rangsangan maha nikmat ini..
Gw udah ga peduli lagi ke arah mana motor melaju..
Sepanjang masih ada jalan di depan, biarlah setir ini yang menuntun gw..
Dan saat tangannya menyapu selangkangan gw dari atas ke bawah, badan gw langsung menggelepar..
Gw melenguh.. Menelan air liur berulang kali..
Dia pun makin berani.
Tangannya sekarang meremas perut gw.
Tidak.. Tidak di luar.
Di balik baju!
Masuk ke dalam.
Dan persentuhan jemari halusnya dengan kulit perut gw sukses membuat badan gw lemas.
Entah kapan tangan itu menyelusup masuk ke balik kemeja. Yang jelas saat ini sudah sukses menginvasi.
Sementara tangan satunya masih sibuk mengacak-acak selangkangan yang sudah ampun-ampunan kerasnya.
Kalau ada orang iseng yang melihat ke arah motor gw, mungkin dia akan melotot kaget. Melihat tubuh gw meliuk-liuk di atas motor.
Bak penari ular dengan iringan musik syahwat.
Sungguh suatu pemandangan ganjil dan sikap bermotor yang tidak umum. HAHAHAAA.
Tapi untungnya tangan kokoh dia sudah mengunci posisi badan gw biar ga kemana-mana.
Ya.. Biar terus dipretelinya sampai TUNTAS!
Tidak kebayang di benak gw kalau pemuda kikuk introvert itu sekarang begitu ganas.
Begitu lapar..
Singa Afrika yang sibuk mengoyak tangkapannya.
Tangan yang malu-malu saat bersalaman tadi sekarang keras dan liat!
Meremas.. Memuntir.. menekan-nekan..
"Aduuh.. Aduuh.."
Erangan kesakitan gw tak digubrisnya.
Bahkan memperhebat serangannya.
Seolah itu adalah yell-yell pemberi semangat.
Mungkin inilah rasanya dilecehkan secara seksual.
Tindakan satu arah, sementara korbannya tidak berdaya..
Tapi masalahnya gw MENIKMATI pelecehan ini..!!
I ADORE IT..
Uuuh...
Ibarat negara terjajah, gw serahkan bendera putih dan kolor putih HINGS gw sebagai tanda penyerahan total.
SILAKAN LECEHKAN GW..
PLEASE..!
habis perut gw diusai-usai, tangan itu naik ke pundak.
Berhenti sejenak di sana.
Maju ke depan..
Membuka kancing baju paling atas.
Menyibakkan kerah.
Mengisolir area leher gw..
Dan...
Aaarrkkhh...!!!
Lidahnya mencocoti leher yang merdeka dari halangan kerah.
Meremang seluruh bulu-bulu di tubuh gw.
Sengatan listriknya berlipat-lipat dari yang tadi.
Leher adalah wilayah sensitif gw.
Dan kondisinya saat ini sudah licin tandas penuh liur.
KAMPREETTT!!!!
Dengan refleks sebelah tangan gw memegang lengannya.
Meremasnya dengan kuat.
Menyalurkan segenap tekanan kenikmatan seksual yang gw terima.
Berharap beban ENAK NIKMAT ini dapat terbagi melalui transfer energi syahwat.
Dan apa itu di depan??
Jalannya ternyata membelok ke kiri.
Dengan posisi memegang setir sebelah tangan.
Dan konsentrasi berada pada titik terendah.
Apa yang anda harapkan akan terjadi..
Yaakk..
Motor kami oleng..
Hampir rebah, karena posisi stang tidak sempurna saat belok.
Pestanya terhenti..
Semua peralatan yang tadi terpasang dikembalikan pada tempatnya.
Tangannya sudah ditarik dari badan gw.
Baju sudah dirapikan..
Dan kesadaran gw pun perlahan kembali datang.
Ternyata kami sudah memasuki kawasan Danau Sunter.
Jakarta Utara.
Jauh juga motor ini membawa kami terombang-ambing dalam lautan MESUM.
"Itu danau Sunter bro.."
"Mana Bang..? Ga keliatan.."
Hebat juga kami yang tadinya berkolaborasi memuncaki klasemen tangga seksual, kali ini bisa nyambung lagi dengan percakapan membumi.
"Itu yang berkilat-kilat di kiri depan.. Itu air bro.."
"Ooo.. Iya Bang.. Sekarang dah keliatan.."
"Rame ya Bang.."
"Banyak yang mancing Bro.. Malam gini kan ikan-ikan biasanya pada keluar.."
"Bukan ikan aja yang keluar Bang kalau malam. Haha.."
Gw ikut tertawa dengan joke dia barusan. Pasti maksud dia adalah kebejadan kami juga keluar..
Boleh juga selera humornya.
Dan kami berdua menikmati indahnya danau Sunter sambil bersenda gurau.
Sebelum memasuki hidangan santap malam selanjutnya.
Karena di depan, gw sudah melihat jalan yang sepi..
Lengang..
Dan itu menandakan satu hal..