‘Sidang di tunda’, tegas hakim yang menangani kasus ku, sudah 2 kali sidangku tertunda entah apa yang akan terjadi nanti, aku hanya bisa berharap happy ending lah yang bakal terjadi, namun apa-pun keputusannya aku siap menerimanya, karena aku tahu ini semua ulahku sendiri, aku berjalan menuju sel tahanan lagi, sudah hampir 2 bulan aku berada di ruangan yang be rukuran 2 x 2, ruangan ini begitu sempit dan gelap, tidak ada jendela di sisi-sisi temboknya, ada banyak coretan-coretan di didingnya, dan sebuat trali sell yang menjadi pintu buatku, disudut kiri dalam ruangan ini tersedia sebuah tempat tidur yang terbuat dari batu, beralaskan tikar, dan sebuah bantal yang kelihatan sangat kotor, mungkin bantal ini sudah dipakai oleh puluhan tahanan yang lainnya, yang pernah menempati ruangan ini.
Mataku terbuka, kulihat cahaya dari lubang-lubang kecil yang masuk menerobos dari langit-langit ruangan ini, terdengar suara penjaga memangil-manggil para tahanan,
“tahanan dengan nomor 1722567001 bangun waktunya sarapan pagi” teriak salah seorang penjaga tahanan
“ya pak” aku menjawab dengan suara yang besar seperti yang kulakukan hampir setiap paginya,
“waktunya sarapan pagi”jawabnya lagi, sambil membuka gembok jeruji besiku.
Comments
“EL…el cepat sini nak entar makannya keburu abis”
“ia bi…..”balasku dengan nada yang sedikit lebih keras, maklum saja kebiasanya disini kalau waktu makan selalu ribut, jadi kalau mau berkata sesuatu harus dengan suara yang agak besar,
Bibi Elly adalah pekerja di dapur yang sekaligus merangkap menjadi ruangan makan para tahan, namun para penjaga sering juga makan disini, mungkin mereka pikir untuk menghemat uang makan mereka, karena gaji para penjaga tahanan sebenarnya tak seberapa, itu lah sebabnya terkadang para tahanan masih bisa mendapatkan f asilitas yang lebih dari yang sebenarnya ,karena sebagaian dari tahanan mungkin saja memberikan sejumblah uang untuk mendapatkan fasilitas yang lebih, Bibi Elly sudah 30 tahun disini sebagai juru masak tahanan, masakanya memang tak seenak makanan yang ada dirumahku, namun tidak juga buruk, seburuk yang aku hayalankan waktu pertama kali masuk disini, mungkin saja bukannya bibi Elly tidak pandai memasak, namun mungkin saja jatah makanan yang bisa ia masak hanya segitu saja, dia sudah berumur 60 tahun, namun dia kelihatan lebih muda dengan usia seperti itu, matanya lebar dan bulat, hidungnya kecil dan panjang di bagian bawahnya, alis matanya tebal dan hitam, garis-garis keriput sudah banyak di wajahnya, dan tambah banyak lagi apa bila dia senyum, namun dia masih berlesung pipi, badanya masih bagus untuk seroang wanita yang berusia 60 tahun,
“sini makan di belakang saja nak!!!..” bibi Elly menyuruhku untuk makan di belakang bersama para penjaga.