It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Mataku terbuka, kulihat cahaya dari lubang-lubang kecil yang masuk menerobos dari langit-langit ruangan ini, terdengar suara penjaga memangil-manggil para tahanan,
“tahanan dengan nomor 0022567 bangun waktunya sarapan pagi” teriak salah seorang penjaga tahanan
“ya pak” aku menjawab dengan suara yang besar seperti yang kulalkukan hampir setiap paginya,
“waktunya sarapan pagi”jawabnya lagi, sambil membuka gembok jeruji besiku.
“EL…el cepat sini nak entar makannya keburu abis”
“ia bi…..”balasku dengan nada yang sedikit lebih keras, maklum saja kebiasanya disini kalau waktu makan selalu ribut, jadi kalau mau berkata sesuatu harus dengan suara yang agak besar,
Bibi Elly adalah pekerja di dapur yang sekaligus merangkap menjadi ruangan makan para tahan, namun para penjaga sering juga makan disini, mungkin mereka piker untuk menghemat uang makan mereka, karena gaji para penjaga tahanan sebenarnya tak seberapa, itu lah sebabnya terkadang para tahanan masih bisa mendapatkan f asilitas yang lebih dari yang sebenarnya ,karena sebagaian dari tahanan mungkin saja memberikan sejumblah uang untuk mendapatkan fasilitas yang lebih, Bibi Elly sudah 30 tahun disini sebagai juru masak tahanan, masakanya memang tak seenak makanan yang ada dirumahku, namun tidak juga buruk seburuk yang aku hayalankan waktu pertama kali masuk disini, mungkin saja bukannya bibi Elly tidak pandai memasak, namun mungkin saja jatah makanan yang bisa ia masak hanya segitu saja, dia sudah berumur 60 tahun, namun dia kelihatan lebih muda dengan usia seperti itu, matanya lebar dan bulat, hidungnya kecil dan panjang di bagian bawahnya, alis matanya tebal dan hitam, garis-garis keriput sudah banyak di wajahnya, dan tambah banyak lagi apa bila dia senyum, namun dia masih berlesung pipi, badanya masih bagus untuk seroang wanita yang berusia 60 tahun,
“sini makan di belakang saja nak!!!..” bibi Elly menyuruhku untuk makan di belakang bersama para penjaga.
“Hi El gimana kasusnya udah nemuin titik hijaunya?” Tanya salah satu penjaga tahanan
“belum bang..”jawabku dengan lesu, sambil melahap makananku,
“ jadi bagaimana kelanjutannya?, tanyanya lagi
“mungkin……..ada dua kemungkinan” balasku, aku hanya memutar-mutar sendokku di piring, rasanya perutku sudah sangat kenyang, selalu saja seperti ini apa bila aku berbicara mengenai hukuman yang akan menimpa diriku.
“ kemungkinan apa?,tanyanya lagi dengan sedikit heran, sebenarnya dia sudah tahu hukuman seperti apa yang akan menimpa diriku,
“ ya kalau ngak di penjara seumur hidup, ya di hukum mati”, jawabku dengan nada yang gemetar, tanpa sadar air mataku sudah mengalir membasahi pipiku, Adrian dan para penjaga lainnya tiba-tiba berhenti makan dan memandangiku dengan wajah penuh rasa iba.
“ El kami akan selalu membantu kamu,dan melalkukan apapun yang kami bisa lakukan untuk mebantu kamu,selama kamu masih ini” tegasnya,
Kedua temanya pun mengagukan kepala sebagai isyarat bahwa mereka juga hendak membantu aku,
Aku hanya mengangukkan kepala dan terseyum sebagai ucapan terimah kasih buat mereka, karena selama ini mereka sangat banyak membantuku dalam banyak hal, misalkan dari kelonggaran waktu pegunjung apa bila ibu atau keluargaku datang, atau keringanan saat bekerja, karena disini kami tidak hanya makan dan tidur saja, kami juga disuruh bekerja dan mempunyai jadwal, misalnya kami harus mencuci piring, membersihkan wc atau kamar mandi penjara, dan lain sebagainya, hal ini adalah kegiatan rutin selama berada dalam tahanan, Adrian adalah salah satu penjaga di sini usianya cukup muda di bandingkan yang lainya, dia telah berada disini kurang lebih 6 tahun lamanya, dia berasal dari bali, wajahnya cukup tampan dengan sorot mata yang tajam, dia sangat baik kepadaku, mungkin saja karena aku juga merupakan tahanan yang termuda disini atau ada sesuatu yang lain sehingga dia akrab denganku.
“namaku Steny aku adalah lawyer baru kamu mengantikan pak gustav…”ia mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan
“ namaku noel…” balasku dengan nada datar, sembari berjabatan tangan dengannya
Ini pengaracara yang ketiga, menangani kasus ku, aku sudah bosan dengan pengacara karena aku tahu hukuman seperti apa yang akan menimpa diriku, jadi aku selalu berpikir untuk apa keluargaku menyewa pengacara karena hanya akan membuang-buang uang saja.
dilanjut ya? gue tunggu