Jangan "ngambek" berkepanjangan terhadap orang yang kamu kasihi
Ini adalah cerita sebenarnya (diceritakan oleh Lu Di dan di edit oleh Lian Shu Xiang) .
Sebuah salah pengertian yang mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga.
Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka, tetapi segalanya sudah terlambat.
Membawa nenek untuk tinggal bersama menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrar cinta yang telah kami buat selama ini.
Setelah 2 tahun menikah, saya dan suami setuju menjemput nenek di kampung untuk tinggal bersama.
Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya harapan nenek, nenek pula yang membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga tamat kuliah.
Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar yang menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga dan sebagainya.
Suamiku berdiri di depan kamar yang sangat kaya dengan sinar matahari, tidak sepatah katapun yang terucap tiba-tiba saja dia mengangkat saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata, "Mari,kita jemput nenek di kampung".
Suamiku berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke dadanya yang bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman di sana.
Aku seperti sebuah boneka kecil yang kapan saja bisa diangkat dan dimasukan ke dalam kantongnya.
Kalau terjadi selisih paham di antara kami, dia suka tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi di atas kepalanya dan diputar-putar sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.
Aku sungguh menikmati saat-saat seperti itu.
Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah.
Aku suka sekali menghias rumah dengan bunga segar,sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata kepada suamiku, "Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga tidak bisa dimakan?"
Aku menjelaskannya kepada nenek, "Ibu, rumah dengan bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih gembira."
Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa, "Ibu, ini kebiasaan orang kota, lambat laun ibu akan terbiasa juga."
Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil membawa bunga, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Setiap membawa pulang barang belanjaan, dia selalu tanya itu berapa harganya, ini berapa.
Setiap aku jawab, dia selalu berdecak dengan suara keras.
Suamiku memencet hidungku sambil berkata, "Putriku, kan kamu bisa berbohong. Jangan katakan harga yang sebenarnya."
Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.
Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan.
Di meja makan, wajah nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya.
Nenek selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan sendok, itulah cara dia protes.
Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun pagi apalagi di saat musim dingin.
Nenek kadang juga suka membantuku di dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; dia suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa untuk dijual katanya.
Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong plastik, di mana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua kumpulan kantong plastik.
Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan pencuci, agar dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali lagi pada saat dia sudah tidur.
Suatu hari, nenek mendapati aku sedang mencuci piring malam harinya, dia segera masuk ke kamar sambil membanting pintu dan menangis.
Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur seperti orangbisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak perduli.
Aku menjadi kecewa dan marah.
"Apa salahku?"
Dia melotot sambil berkata, "Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah makan dengan piring itu bisa membuatmu mati?"
Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg cukup lama, suasana mejadi kaku.
Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak pada siapa?
Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemoohku sewaktu melihat padaku, seakan berkata, "Dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri?"
Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli makanan diluar pada saat berangkat kerja.
Saat tidur, suami berkata, "Lu Di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga kamu tidak pernah makan di rumah?"
Sambil memunggungiku dia berkata tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.
Dan dia akhirnya berkata, "Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama kami setiap pagi."
Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yang serba canggung itu.
Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu perasaan yang sangat mual menimpaku, seakan- akan isi perut mau keluar semua.
Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai di sana aku segera mengeluarkan semua isi perut.
Setelah agak reda, aku melihat suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar mata yang tajam, di luar sana terdengar suara tangisan nenek dan berkata-kata dengan bahasa daerahnya.
Aku terdiam dan terbengong tanpa bisa berkata-kata.
Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!
Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku, nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh. Suamiku segera mengejarnya keluar rumah.
Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku.
Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah banyak mengalah, mau bagaimana lagi?
Entah kenapa aku selalu merasa mual dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang kacau, sungguh sangat menyebalkan.
Akhirnya teman sekerjaku berkata, "Lu Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter."
Hasil pemeriksaan menyatakan aku sedang hamil.
Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu.
Sebuah berita gembira, yang juga terselip kesedihan.
Mengapa suami dan nenek sebagai orang yang berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?
Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya.
Dia melihat ke arahku tetapi seakan-akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya penuh dengan kebencian dan itu melukaiku.
Aku berkata pada diriku sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi.
Padahal aku ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak.
Dan berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku minta ampun tetapi...... mimpiku tidak menjadi kenyataan.
Di dalam taksi air mataku mengalir dengan deras.
Mengapa kesalahpahaman ini berakibat sangat buruk?
Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi, memikirkan sinar matanya yang penuh dengan kebencian, aku menangis dengan sedihnya.
Tengah malam, aku mendengar suara orang membuka laci, aku menyalakan lampu dan melihat dia dengan wajah berlinang air mata sedang mengambil uang dan buku tabungannya.
Aku menatapnya dengan dingin tanpa berkata-kata.
Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu.
Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku.
Sungguh lelaki yang sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta dengan uang.
Aku tersenyum sambil menitikkan air mata.
Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi mencarinya di kantornya.
Di kantornya aku bertemu dengan sekretarisnya yang melihatku dengan wajah bingung.
"Ibunya pak direktur baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit."
Mulutku terbuka lebar.
Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah meninggal.
Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku.
Aku memandang jasad nenek yang terbujur kaku.
Sambil menangis, aku menjerit dalam hati, "Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"
Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa denganku, jika memandangku selalu dengan pandangan penuh kebencian.
Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung.
Suamiku mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak melihat sebuah bus yang datang ke arahnya dengan kencang.
Aku baru mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian.
Jika aku tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar, jika... dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.
Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan penuh dengan bau asap rokok dan alkohol.
Aku merasa bersalah tetapi juga merasa harga diriku terinjak-injak.
Aku ingin menjelaskan bahwa semua ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera mempunyai anak.
Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah menjelaskan masalah ini.
Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya walaupun ini bukan salahku.
Waktu berlalu dengan sangat lambat.
Kami hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain.
Dia pulang makin larut malam.
Suasana tegang di dalam rumah.
Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah cafe, melalui keremangan lampu dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita didalam.
Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra.
Aku tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi.
Aku masuk kedalam dan berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya.
Aku tidak menangis, juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus berkata apa.
Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku, dan segera hendak berlalu.
Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jantungku terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian.
Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak.. mungkin aku akan jatuh bersama bayiku di hadapan mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke rumah.
Seakan menjelaskan padaku apa yang telah terjadi.
Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga sepertinya telah berakhir.
Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.
Aku tahu, dia kembali mengambil barang-barang keperluannya.
Aku tidak ingin menelepon dia, walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan semua ini
Tetapi, itu tidak terjadi.....
Semua berlalu begitu saja.
Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri.
Setiap kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati ini serasa hancur.
Teman- teman menyarankan agar aku membuang saja bayi ini, tetapi aku seperti orang yang sedang histeris mempertahankan miliknya.
Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak bersalah.
Suatu hari sepulang kerja, aku melihat dia duduk di depan ruang tamu.
Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas di atas meja, tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.
2 bulan hidup sendiri, aku sudah bisa mengontrol emosi.
Sambil membuka mantel dan topi aku berkata kepadanya, "Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya."
Dia melihatku dengan pandangan awut-awutan, demikian juga aku.
Aku berkata pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis.
Mata ini terasa sakit sekali, tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.
Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia memperhatikan perutku yang agak membuncit.
Sambil duduk di kursi, aku menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya.
"Lu Ti, kamu hamil?"
Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara kepadaku.
Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yang menglir keluar dengan derasnya.
Aku menjawab, "Ya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah boleh pergi."
Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling berpandangan.
Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, air matanya terasa menembus lengan bajuku.
Tetapi di lubuk hatiku, semua sudah berlalu, banyak hal yang sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali.
Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata, "Maafkan aku, maafkan aku".
Aku pernah berpikir untuk memaafkannya, tetapi tidak bisa.
Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan.
Cinta di antara kami telah ada sebuah luka yang menganga.
Semua ini adalah sebuah akibat kesengajaan darinya.
Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak akan pernah kembali.
Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan untuk terus hidup.
Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah pemberiannya, tidak juga berbicara lagi dengannya.
Sejak menanda tangani surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap tidak berbekas.
Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek.
Malam hari, terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek, tetapi aku tidak perduli.
Itu adalah permainan dia dari dulu.
Jika aku tidak perduli padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan bertanya apa yang sakit.
Dia lalu akan memelukku sambil tertawa terbahak-bahak.
Dia lupa........ itu adalah dulu, saat cintaku masih membara, sekarang apa lagi yang aku miliki?
Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang sampai anakku lahir.
Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untu kanak-anak.
Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan barang-barang.
Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku, tetapi aku tidak bergeming.
Terpaksa dia mengurung diri di dalam kamar.
Malam hari dari kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer.
Mungkin dia lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku.
Bagiku itu bukan lagi suatu masalah.
Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku berteriak dengan suara yang keras.
Dia segera berlari masuk ke kamar, sepertinya dia tidak pernah tidur.
Saat inilah yang ditunggu-tunggu olehnya.
Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit.
Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat dingin yang mengalir di dahiku.
Sampai di rumah sakit, aku segera digendongnya menuju ruang bersalin.
Di tubuhnya yang kurus kering, aku terbaring dengan hangat dalam dekapannya.
Sepanjang hidupku, siapa lagi yang mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?
Sampai di pintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit aku masih sempat tersenyum padanya.
Keluar dari ruang bersalin, dia memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum bahagia.
Aku memegang tanganya, dia membalas memandangku dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai.
Aku berteriak histeris memanggil namanya.
Setelah sadar,dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya...
Aku pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya, tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit saat ini.
Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah mujizat.
Aku bertanya kapan kanker itu terdeteksi?
5 bulan yang lalu kata dokter, bersiap-siaplahmenghadapi kemungkinan terburuk.
Aku tidak lagi peduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan masuk ke kamar nenek lalu menyalakan komputer.
Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku masih berpikir dia sedang bersandiwara. ...
Sebuah surat yang sangat panjang ada di dalam komputer yang ditujukan kepada anak kami.
"Anakku, demi dirimu aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu... itu adalah harapanku.
Aku tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan kekecewaan,
sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu, tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Di dalam komputer ini, ayah mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup yang akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah."
Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup selama bertahun -tahun.
Ayah sungguh bahagia.
Cintailah ibumu, dia sungguh menderita, dia adalah orang yang paling mencintaimu dan adalah orang yang paling ayah cintai".
Mulai dari kejadian yang mungkin akan terjadi sejak TK, SD, SMP, SMA sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap di dalamnya.
Dia juga menulis sebuah surat untukku.
"Kasihku... dapat menikahimu adalah hal yang paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini.
Maafkan salahku, maafkan aku tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya.
Kasihku, jika engkau menangis sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkanku.
Terima kasih atas cintamu padaku selama ini.
Aku tidak punya kesempatan untuk memberikan hadiah-hadiah ini pada anak kita.
Pada bungkusan hadiah tertulis semua tahun pemberian padanya."
Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah.
Aku menggendong anak kami dan membaringkannya di atas dadanya sambil berkata, "Sayang, bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".
Dengan susah payah dia membuka matanya, tersenyum..... anak itu tetap dalam dekapannya, dengan tangannya yang mungil memegangi tangan ayahnya yang kurus dan lemah.
Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di tangan sambil berurai air mata....
Teman2 terkasih, aku berbagi cerita ini kepada kalian, agar kita semua bisa menyimak pesan dari cerita ini.
Mungkin saat ini air mata kalian sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah pesan daricerita ini:
"Jika ada sesuatu yang mengganjal di hati di antara kalian yang saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah, jangan simpan di dalam hati. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi besok?"
Ada sebuah pertanyaan:
Jika kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal yang telah kita perbuat?
Atau apa yang telah kita ucapkan? Sebelum segalanya menjadi terlambat, pikirlah masak-masak semua yang akan kita lakukan sebelum kita menyesalinya seumur hidup.
Comments
(terutama yg ngaku2 terpandang..terhormat...soleha...alim...de el..el... de...el...el......hihihihiihhh....)
Ditanya what's wrong bilangnya nothing's wrong, gak ada apa2 etc tapi muka cemberut dan gak mau bicara berhari-hari. Hate that.
terima kasih telah menulis cerita ini..
ada hikmah yang bisa dipetik..
Kemiskinan memaksanya untuk membuat sendiri kue-kue dan menjajakannya di pasar untuk biaya hidup berdua.
Hidup penuh kekurangan membuat Lie Mei tidak pernah bermanja-manja pada ibunya, seperti anak kecil lain.
Suatu ketika dimusim dingin, saat selesai membuat kue, Siu Lan melihat keranjang penjaja kuenya sudah rusak berat.
Dia berpesan agar Lie Mei menunggu di rumah karena dia akan membeli keranjang kue yang baru.
Pulang dari membeli keranjang kue, Siu Lan menemukan pintu rumah tidak terkunci dan Lie Mei tidak ada di rumah.
Marahlah Siu Lan.Putrinya benar-benar tidak tahu diri, sudah hidup susah masih juga pergi bermain dengan teman-temannya.
Lie Mei tidak menunggu rumah seperti pesannya.
Siu Lan menyusun kue kedalam keranjang, dan pergi keluar rumah untuk menjajakannya.
Dinginnya salju yang memenuhi jalan tidak menyurutkan niatnya untuk menjual kue.
Bagaimana lagi ?
Mereka harus dapat uang untuk makan.
Sebagai hukuman bagi Lie Mei, putrinya, pintu rumah dikunci Siu Lan dari luar agar Lie Mei tidak bisa pulang.
Putri kecil itu harus diberi pelajaran, pikirnya geram.
Lie Mei sudah berani kurang ajar.
Sepulang menjajakan kue, Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itu tergeletak di depan pintu.
Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang membeku dan sudah tidak bernyawa.
Siu Lan berteriak membelah kebekuan salju dan menangis meraung-raung, tapi Lie Mei tetap tidak bergerak.
Dengan segera, Siu Lan membopong Lie Mei masuk ke rumah.
Siu Lan menggoncang- goncangkan tubuh beku putri kecilnya sambil meneriakkan nama Lie Mei.
Tiba-tiba jatuh sebuah bungkusan kecil dari tangan Lie Mei.
Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu, dia membukanya.
Isinya sebungkus kecil biskuit yang dibungkus kertas usang.
Siu Lan mengenali tulisan pada kertas usang itu adalah tulisan Lie Mei yang masih berantakan namun tetap terbaca.
"Hi..hi..hi... mama pasti lupa. Ini hari istimewa buat mama. Aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah. Uangku tidak cukup untuk membeli biskuit ukuran besar. Hi.hi.hi.. mama selamat ulang tahun."
Ingatlah, jangan terlalu cepat menilai seseorang berdasarkan persepsi kita, karena persepsi kita belum tentu benar adanya.
Take time to THINK. It is the source of power
Take time to READ. It is the foundation of wisdom
Take time to be QUIET. It is the opportunity to seek God
Take time to DREAM. It is what the future is made of
Take time to PRAY. It is the greatest power on earth....... .
Conflicts always occur
It is in the resolution of conflicts
that human beings stand out
Every conflict can and should be calmed
by talking about and understanding
one another's needs
and by acting with compassion
to solve the differences
This is how all people should get along
This is how we must get along
People are only complete
when they have a true friend
to understand them
to share all their
passions and sorrows with and
to stand by them
throughout their lives
A friends is
someone who is concerned
with everything you do
A friends is
someone to call upon
during good and bad times
A friends is
someone who understands
whatever you do
A friend is
someone who tells you
the truth about yourself
A friend is
someone who knows
what you are going through
at all times
A friend is
someone who does not
compete with you
A friend is
someone who is genuinely happy
for you when things go well
A friend is
someone who tries to
cheer you up when
things don't go well
A friend is
an extension of yourself
without which
you are not complete
Ibuku hanya memiliki 1 mata.
Aku benci padanya...
Aku merasa malu dgn keadaannya.
Ia memasak utk murid2 & guru-guru utk menopang kehidupan keluargaku.
Suatu ktk saat aku masih di SD, ibu datang ke sekolah utk menyapaku.
Aku merasa sangat malu, tega2nya dia berbuat seperti itu padaku...
Aku mengacuhkan dia, melihat padanya dg pandangan penuh kebencian... & kemudian aku berlari keluar.
Esok paginya, salah seorg teman sekelasku mencemooh :”EEEE, ibumu hanya bermata satu!”
Ingin rasanya aku mengubur diri dlm tanah & berharap agar ibuku menghilang dari dunia ini.
Aku menemuinya & berkata,”Ibu telah membuat aku jadi bahan tertawaan, lebih baik kau mati saja!”
Ibu tdk menjawab....
Aku bahkan tdk berhenti sedetik pun utk memikirkan apa yg tlh kukatakan, begitu marahnya diriku.
Aku sama sekali tdk mempedulikan perasaannya.
Aku ingin keluar dari rumah ibu & putus hubungan dgnya.
Oleh krn itu aku belajar sangat giat... & akhirnya aku mendpt kesempatan utk belajar di Singapura.
Kemudian aku menikah, membeli rumah & berkeluarga.
Hidupku bahagia bersama istri, anak2 & semua kenyamanan hidup yg berhasil kuperoleh.
Kemudian pada suatu hari... tiba-tiba ibu muncul di hadapanku...
Sudah sekian lama kami tak bertemu.
Ia bahkan belum pernah bertemu dg cucu2nya.
Ketika Ibu berdiri di ambang pintu, anak-anakku menertawakannya.
Segera aku membentaknya krn datang tanpa diundang.
Aku berteriak padanya,”Berani-beraninya kamu datang ke rumahku & membuat anak-anakku takut. Pergi dari sini!!! Sekarang juga!!!”
Ibu menjawab dg suara yg hampir tak terdengar, ”Oh.. Maaf.... aku salah alamat...” & ia menghilang dari pandanganku.
Suatu hari aku menerima sepucuk surat undangan utk menghadiri reuni sekolah.
Untuk mencegah agar istri & anak2 tdk ikut, aku berbohong bhw aku akan mengadakan perjalanan bisnis.
Stlh selesai acara reuni, aku pergi ke gubuk tua itu krn rasa ingin tahu saja.
Tetangga memberitahu kalau ia tlh meninggal.
Aku sama sekali tdk meneteskan air mata.
Kemudian mereka menyodorkan sepucuk surat yg sudah lama ibu ingin memberikannya padaku.
Anakku tercinta,
Selama ini ibu selalu merindukanmu.
Maafkan ibu krn tlh datang ke Singapura & membuat anak2mu takut.
Ibu senang sekali mengetahui kau akan pulang utk reuni.
Ttp mungkin ibu tdk akan bisa bangun dr tempat tidur utk menemuimu.
Sekali lagi ibu minta maaf krn tlh membuat kau malu sewaktu kau tumbuh dewasa.
Tahukah kau... ktk masih kecil kau mangalami kecelakaan & kehilangan 1 mata.
Sbg seorg ibu, aku tidak tega melihatmu harus tumbuh dewasa dg 1 mata.
Oleh krn itu aku memberimu sebelah mata milikku.
Saya sangat bangga pd putraku yg bisa melihat seluruh dunia baru ini untukku....dg mata itu .....
Cintaku selalu utkmu...
Yg mengasihimu,
Ibu
Saya pikir, hidup ini kayanya cuma nambahin kesulitan-kesulitan saya aja ! 'Kerja menyebalkan', hidup tak berguna', dan nggak ada sesuatu yang beres!!
Tapi semua itu berubah.... sejak kemarin...
Pandangan saya tentang hidup ini benar-benar telah berubah! Tepatnya terjadi setelah saya bercakap-cakap dengan teman saya.
Ia mengatakan kepada saya bahwa walau ia mempunyai 2 pekerjaan dan berpenghasilan sangat minim setiap bulannya, namun ia tetap merasa bahagia dan senantiasa bersukacita.
Saya pun jadi bingung, bagaimana bisa ia bersukacita selalu dengan gajinya yang minim itu
untuk menyokong kedua orangtuanya, mertuanya, istrinya, 2 putrinya, ditambah lagi tagihan-tagihan rumah tangga yang numpuk!!!
Kemudian ia menjelaskan bahwa itu semua karena suatu kejadian yang ia alami di India.
Hal ini dialaminya beberapa tahun yang lalu saat ia sedang berada dalam situasi yang berat. Setelah banyak kemunduran yang ia alami itu, ia memutuskan untuk menarik nafas sejenak dan mengikuti tur ke India.
Ia mengatakan bahwa di India, ia melihat tepat di depan matanya sendiri bagaimana seorang ibu MEMOTONG tangan kanan anaknya sendiri dengan sebuah golok!!
Keputusasaan dalam mata sang ibu, jeritan kesakitan dari seorang anak yang tidak berdosa yang saat itu masih berumur 4 tahun!!, terus menghantuinya sampai sekarang.
Kamu mungkin sekarang bertanya-tanya, kenapa ibu itu begitu tega melakukan hal itu? Apa anaknya itu 'so naughty' atau tangannya itu terkena suatu penyakit sampai harus dipotong?
Ternyata tidak!!!
Semua itu dilakukan sang ibu hanya agar anaknya dapat ..MENGEMIS...!!
Ibu itu sengaja menyebabkan anaknya cacat agar dikasihani orang-orang saat mengemis di jalanan !!
Saya benar-benar tidak dapat menerima hal ini, tetapi ini adalah KENYATAAN!!
Hanya saja hal mengerikan seperti ini terjadi di belahan dunia yang lain yang tidak dapat
saya lihat sendiri !!
Kembali pada pengalaman sahabat saya itu, ia juga mengatakan bahwa setelah itu ketika ia sedang berjalan-jalan sambil memakan sepotong roti, ia tidak sengaja menjatuhkan potongan kecil dari roti yang ia makan itu ke tanah.
Kemudian dalam sekejap mata, segerombolan anak kira-kira 6 orang anak sudah mengerubungi potongan kecil dari roti yang sudah kotor itu... mereka berebutan untuk memakannya!! (suatu reaksi yang alami dari kelaparan).
Terkejut dengan apa yang baru saja ia alami, kemudian sahabatku itu menyuruh guidenya untuk mengantarkannya ke toko roti terdekat.
Ia menemukan 2 toko roti dan kemudian membeli semua roti yang ada di kedua toko itu! Pemilik toko sampai kebingungan,tetapi ia bersedia menjual semua rotinya.
Kurang dari $100 dihabiskan untuk memperoleh 400 potong roti (jadi tidak sampai $0,25 / potong) dan ia juga menghabiskan kurang lebih $ 100 lagi untuk membeli barang keperluan sehari-hari.
Kemudian ia pun berangkat kembali ke jalan yang tadi dengan membawa satu truk yang dipenuhi dengan roti dan barang-barang keperluan sehari-hari kepada anak-anak (yang kebanyakan CACAT) dan beberapa orang-orang dewasa disitu!
Ia pun mendapatkan imbalan yang sungguh tak ternilai harganya, yaitu kegembiraan dan rasa hormat dari orang-orang yang kurang beruntung ini!!
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa heran bagaimana seseorang bisa melepaskan kehormatan dirinya hanya untuk sepotong roti yang tidak sampai $ 0,25!!
Ia mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, betapa beruntungnya ia masih mempunyai tubuh yang sempurna, pekerjaan yang baik, juga keluarga yang hangat.
Juga untuk setiap kesempatan dimana ia masih dapat berkomentar mana makanan yang enak,
mempunyai kesempatan untuk berpakaian rapi,punya begitu banyak hal dimana orang-orang yang ada di hadapannya ini AMAT KEKURANGAN!!
Sekarang aku pun mulai berpikir seperti itu juga!
Sebenarnya, apakah hidup saya ini sedemikian buruknya?
TIDAK, sebenarnya tidak buruk sama sekali!!
Nah, bagaimana dengan kamu?
Mungkin di waktu lain saat kamu mulai berpikir seperti aku, cobalah ingat kembali tentang seorang anak kecil yang HARUS KEHILANGAN sebelah tangannya hanya untuk mengemis di pinggir jalan..!!
Saudara, banyak hal yang sudah kita alami dalam menjalani kehidupan kita selama ini, sudahkah kita BERSYUKUR???
Apakah kita mengeluh saja dan selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki??
"Life is Beautiful"
"for He has made it beautiful for us"
Warmest regards,
"be thankfull for eachday brings"
Cerita ini adalah "kisah nyata" yang pernah terjadi di Amerika.
Seorang pria membawa pulang truk baru kebanggaannya, kemudian ia meninggalkan truk tersebut sejenak untuk melakukan kegiatan lain.
Anak lelakinya yang berumur 3 tahun sangat gembira melihat ada truk baru, ia memukul-mukulkan palu ke truk baru tersebut. Akibatnya truk baru tersebut penyok dan catnya tergores.
Pria tersebut berlari menghampiri anaknya dan memukulnya, memukul tangan anaknya dengan palu sebagai hukuman.
Setelah sang ayah tenang kembali, dia segera membawa anaknya ke rumah sakit.
Walaupun dokter telah mencoba segala usaha untuk menyelamatkan jari-jari anak yang hancur tersebut, tetapi ia tetap gagal.
Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan amputasi semua jari pada kedua tangan anak kecil tersebut.
Ketika anak kecil itu sadar dari operasi amputasi dan jarinya telah tidak ada dan dibungkus perban, dengan polos ia berkata,"Papa, aku minta maaf tentang trukmu."
Kemudian, ia bertanya, "tetapi kapan jari- jariku akan tumbuh kembali?"
Ayahnya pulang ke rumah dan melakukan bunuh diri.
Renungkan cerita di atas!
Berpikirlah dahulu sebelum kau kehilangan kesabaran kepada seseorang yang kau cintai.
Truk dapat diperbaiki.
Tulang yang hancur dan hati yang disakiti seringkali tidak dapat diperbaiki.
Terlalu sering kita gagal untuk membedakan antara orang dan perbuatannya, kita seringkali lupa bahwa mengampuni lebih besar daripada membalas dendam..
Orang dapat berbuat salah.
Tetapi, tindakan yang kita ambil dalam kemarahan akan menghantui kita selamanya.
Tahan, tunda dan pikirkan sebelum mengambil tindakan.
Mengampuni dan melupakan, mengasihi satu dengan lainnya.
Ingatlah, jika kau menghakimi orang, kau tidak akan ada waktu untuk mencintainya waktu tidak dapat kembali....
Hidup bukanlah sebuah VCD PLAYER, yang dapat di backward dan Forward.....
HIDUP hanya ada tombol PLAY dan STOP saja....
Jangan sampai kita melakukan kesalahan yang dapat membayangi kehidupan kita kelak....... ...
Yang menjadi sebuah inti hidup adalah "HATI"
Hati yang dihiasi belas kasih dan cinta kasih.....
CINTA KASIH merupakan nafas kehidupan kita yang sesungguhnya. ........
Tersentuhkah hati anda?
Kalau YA, artinya anda masih mempunyai HATI
Pengalaman orang lain dapat menjadi hikmah bagi kita.... dan jangan sampai kesalahan orang lain kita ulangi...