It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kmrn nyetak foto2 toples temen2 yg punya fitnesan...
btw lt 3 biasa aja; waiter gak toples kok; juga gak gtu2 amat...
cuman emg ada waiter yg plu bgt..;kliatan...
trus juga ada transaksi bawah tangan antar 2 pihak di kontyer lubrikant;;;;gak tau beli apaan...; hahaha curiga gw...
di lt dasar ada spb nya yg eye catching hehhe.........
kmrn nyetak foto2 toples temen2 yg punya fitnesan...
btw lt 3 biasa aja; waiter gak toples kok; juga gak gtu2 amat...
cuman emg ada waiter yg plu bgt..;kliatan...
trus juga ada transaksi bawah tangan antar 2 pihak di kontyer lubrikant;;;;gak tau beli apaan...; hahaha curiga gw...
di lt dasar ada spb nya yg eye catching hehhe.........
Pemiliknya ya?kan sekarang juga jual jamu di Kotabaru?
Keknya emang waria. Ada foto dari jauh kek Alm. Ibu Tien Suharto
Pas dideketin tnyata foto ownernya
Rekomen gw, Mirota yang di Kaliurang. Beberapa pegawai nya terlalu ganteng untuk jadi pegawai, artis sinetron aja lewat kali
Ada satu yang gantengnya parah..! yang pake anting hitam di kuping kiri, badan, muka, kulit udah kek model asli/seleb
gw kmrn ngobrol ama waiter nya yg juga model di postkad nya;
gw tanyain' gk foto2 lagi mas;..yg itu keren...
kt nya udh nggak;..udh bnyk kerjaan dan sibuk..
gk tau yg pasti nya...
nm nya hendro;
bodi nya tinggi gede kyk satpam...
gw cuman mampu sight seeing doang...
sekarang sih dijakarta...
kalo dulu gue sering makan di lantai paling atas.. mkanananya sih biasa, tapi pelayannya luar biasa..
belom lama juga sempet maen ke House of Raminten di daerah kota.. satu owner juga sama mirota.. makanannya sih biasa.. tapi pelayannya itu looh.. aduuuhh gue jadi berasa pengen topless kalo disitu... )
Angkringan adalah salah satu tempat makan yang namanya sangat familier dengan jogja, hampir di setiap penjuru kota bisa ditemukan gerobak panjang yang ditutupi terpal dan berisi banyak nasi bungkus dan gorengan.
Angkringan sangat terkenal dengan produk yang namanya nasi kucing. Nasi kucing adalah sebungkus makanan yang terdiri dari satu sendok (centong) nasi dan biasanya terdiri 1 macam lauk. jaman dahulu lauk itu biasanya hanya dengan teri atau sambal teri (maka dari itu dinamakan nasi kucing), namun saat ini telah muncul berbagai macam variasi mulai dari sambel tempe, sambel teri, kering tempe, sambel goreng ati, jamur, kering kentang, dll.
Nasi Kucing Original
Disamping itu ada lagi berbagai lauk tambahan yang disediakan di tengah meja gerobak seperti sate usus, gorengan tahu,tempe, krupuk, kacang, sate jamur. sedangkan minuman standarnya pasti ada es teh,kopi,susu,kopi susu dan jahe susu.
Angkringan dikenal karena satu hal yaitu murah nya. Dahulu setiap makan di angkringan cukup dengan 5000 sudah mendapatkan 2 nasi kucing, gorengan,sate usus dan es teh tapi saat ini dengan harga tersebut sudah dapat makan dengan tahu/tempe + es teh di salah satu rumah makan padang dengan inisial MM? dan nasi yang ada di rumah makan padang itu lebih banyak dari pada dua bungkus nasi kucing belum lagi bisa disiram kuah yang sangat gurih.
Perubahan hal tersebut yang mengubah pola pandang bahwa makan di angkringan saat ini sudah tidak termasuk murah dan paradigma angkringan sebagai tempat yang tidak nyaman menjadi berubah apabila anda melihat di seputaran jl. mangkubumi yogyakarta.
Salah satu yang menarik minat banyak orang bahkan wisatawan domestik adalah angkringan di trotoar kantor koran Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (angkringan utara). Perhatikan orang-orang yang makan disana, bukan lagi mahasiswa dengan baju lusuh atau karyawan kantor yang kelelahan setelah bekerja seharian(tapi gajinya pas pasan) melainkan mahasiswa yang menggunakan mobil, bersih, ganteng, cantik, dan terlihat berkecukupan. Mobil mobil dengan nomor registrasi kota lain. Selain orang datang untuk makan ada juga yang datang untuk sekedar berkumpul dan sharing ilmu atau sering disebut kopi darat member online forum.
Lesehan Angkringan KR Mangkubumi
Mereka rela duduk lesehan di atas tikar yang sudah tidak lagi bersih. Hanya untuk makan sepiring nasi bungkus seharga 2500 dan segelas es teh serta berbagai makanan pelengkap lainnya.
Paradigma nya sudah benar benar berubah hampir 180 dari tempat berkumpul orang untuk mencari makan murah karena mereka hanya punya uang pas-pasan menjadi sebuah tempat yang nyaman untuk bersosialisasi, diskusi, berkumpul dengan berbagai variasi makanan yang semakin banyak dan yang jelas tidak lagi murah.
Secara finansial angkringan merupakan salah satu penghasil uang yang cukup menggiurkan sehingga banyak orang membuka angkringan di berbagai kota namun kembali lagi harganya disesuaikan dengan kota bersangkutan. Kebetulan di Jakarta ada sebuah angkringan yang menjual 1 bungkus nasi kucing+3 gorengan+es teh seharga Rp 10.000,-
Tags: angkringan kr mangkubumi, es tape, angkringan, nasi kucing
Share
Wisnu Widya Tama
23 May 2012 01:42:11
0
Sudah saya buktikan mas Andre…..Dulu sepiring nasi + pecel ayam + es teh manis harganya 1500. Plus tambah nasi jadi 1650. Nah, kalo makan Kucingan biaya jadi meledak 3000 an, soalnya apa aja dimakan…Wkwkwkwkw…
Suka
Balas |
A
Hendri Yanto
23 May 2012 03:17:19
0
Wah! jadi tambah kangen nih aku ama Jogja, apalagi waktu di Jogja aku paling suka tuh makan di Angkringan yang merupakan tempat favoritku dan ada singkatannya tuh yaitu KFC (Kentucky Fried Cangkaringan). Cukup satu bungkus nasi kucing seharga Rp. Lumayan lah tuk ngeganjal perut hitung-hitung ngirit he..he..maklumlah Mahasiswa prihatin, sehingga badan kurus kering deh. Itu dulu beberapa tahun yang lalu ya sekitar 10 tahun yang lalu, dah lama juga ya nggak kerasa perasaan baru kemaren deh. Lho kok jadi curhat.
Oh ya nambahin juga, di daerah Kebayoran Lama juga ada lho Angkringannya dan juga daerah BSD City sektor 1 tepatnya diperempatan halte busway BSD yang terkenal dengan perumaha elitnya. Yang makan or beli pada pake mobil mewah dan juga banyak pula chinesenya yang beli lho nggak percaya coba aja datang kesana. Sambal uleknya PEDEEEEEEEEEEEEESSSS BUAAAANGEEET, hampir seminggu 2 kali pasti aku makan kesana. Sekali makan plus dibungkus bisa habis sekitar Rp. 50.000,- nah kalau dulu sewaktu kuliah di Jogja Rp. 500 doang nah sekarang beberapa kali lipatnya.
Maaf jadi keterusan berbagi ceritanya. Salam Angkringan aja!
Suka
Balas |
Tanan Rivani
23 May 2012 05:51:26
0
Angkringan memang mahal. Apa lagi bagi orang yg kuat makan spt saya. Jaman kuliah dulu, ga cukup 4 bungkus kalau makan angkringan. Pasti habis 6 bungkus dan beberapa gorengan (jaman saya nasi kucing masih 250-500 rupiah perbungkusnya).
Dari pengalaman pribadi saya sendiri, malah lebih murah makan di warung biasa. Warung biasa makan nasi sayur hanya Rp. 1500,00 (tahun 2001-2004). Minumnya air putih (gratis). Sekarang jadi mahal mungkin karena sudah jadi gaya hidup.
Salam Kompasiana.
Yusticia Arif
23 May 2012 08:56:40
0
haiyo jelas Mas…makan nasi kucing gitu nggak bakalan cukup kalo cuma satu, apalagi untuk laki-laki, minimal 2 gorengan, kemudian nyomot klethikan sebagai teman ngobrol, belum kalo nambah menu sate-sate yg bermacam-macam gitu, ujung2nya kita tergoda nyicipin semua makanan yg disajikan….10 ribu bisa nggak cukup tuh…heheheh, belum kalo angkringannya menyediakan susu segar, spt Warung SSS Jogja….bisa tambah jebol tuh kantong….
Salam Ngangkring dari Jogja….
@gray_side @tobleron @Irawan01 @bondi @ghaniprijatna @blueguy86 @bintang5 @Agustde99 @createsometrouble @zimad @seek_you @gray_side @maiky_bsx
@alabatan @happylanderz @alex1982 @har_in @Boyzt @erf_rey22 @Boyorg @mllowboy @awi_77 @Adhrii @tommywebby @lain @alex1982 @Charon
@dilemma_man @ @yusef_chang @mllowboy @awi_77 @tommywebby @lain @alabatan @samme @devano_mahiswara @boljugg @BBB @tyo_g @carpediem1977
@ben_salvador @shinshin @arcoiluz @simelekete @andromeda @alfaharu @mr.pokerface4242 @ @ryan_feelgood
@michell @metropolichz @rich @Maure123 @peacelover @bi_ngung @keep @joejoe131980 @bunny.blue @goyescas @ALI99 @k-leon @yogan28 @nukakarakter
@Putihaja @lenterahijau @syahrian @pria2dunia @escargots_lune @shouga @bujangbt @rahasia_nakal @boycurrant @cleosa_ @nip_eel @dundileo
@muscleworshipper @dikagrogol @ZORROBAYA @marc0fel1x @AwanSiwon @sly_mawt @WYATB @andrognesios @jericho1 @alexxx @stevfire @peacelover
@bintang5 @xchoco_monsterx @charmed @Eugenic @lain @MBona @dhepil @semua @hari_12x @riorony @mike_Li
REP | 23 May 2012 | 06:24 Dibaca: 1471 Komentar: 19 3 dari 3 Kompasianer menilai menarik
Sumber gambar: 4.bp.blogspot.com
Misal Anda mendarat di Bandara Guangzhou pada suatu malam. Ada sopir taksi yang bersedia mengantarkan Anda ke hotel dengan biaya $20. Tetapi di tengah jalan yang sepi, sopir taksi menghentikan mobilnya dan meminta tambahan $10 jika Anda ingin tetap diantarkan hingga sampai di hotel. Manakah yang Anda pilih :
A. Membayar biaya tambahan
B. Keluar dari mobil dan mencari kendaraan lain
C. Mengatakan pada sopir Anda setuju dengan persyaratannya, namun ketika sampai tujuan, Anda mengecamnya karena tidak beretika dan hanya membayar $20
Pertanyaan tersebut muncul pada bab ke 22 yang merupakan bab terakhir dari buku Abal-abal Produk Cina (judul asli Poorly Made In Cina) yang ditulis oleh Paul Midler. Midler yang warga negara Amerika Serikat mengambil studi sarjana mengenai sejarah dan sastra Cina, sedangkan studi pasca sarjananya mengenai administrasi bisnis. Latar belakangnya tersebut menyebabkan dirinya dapat berhubungan dengan pemilik pabrik di Cina, yang kebanyakan tidak bisa berbahasa Inggris, dengan importir yang berasal dari Amerika. Buku ini menarik untuk dibaca karena berdasarkan pengalaman nyata Midler, dan mudah membayangkan sulitnya situasi yang Midler alami.
Midler dipercaya oleh importir Amerika untuk mencari pemasok barang yang mereka butuhkan, dimana Cina merupakan pasar yang menarik karena harga yang ditawarkan sangat murah. Mungkin ketertarikan para importir Amerika sama dengan rasa penasaran yang saya alami, apa yang menyebabkan produk Cina bisa begitu murahnya hingga merajai pasar dunia.
Bagian-bagian awal diceritakan tentang Paul yang untuk pertama kali ditugaskan untuk meninjau pabrik yang akan menjadi calon pemasok perusahaan toiletries di Amerika. Para importir tersebut memang berlomba-lomba untuk mendapatkan pemasok terbaik di Cina (dengan harga terbaik pula) namun mereka masih enggan untuk datang langsung ataupun berlama-lama di negara tersebut.
Oleh karena itu orang seperti Midler dianggap sebagai penyelamat, yang dapat menjembatani keinginan perusahaan dengan kemampuan pabrik. Setelah mereka tahu dengan jelas keadaannya, barulah mereka datang untuk melakukan pemeriksaan dan bernegosiasi..
Pemilik pabrik di bab pertama sangat serius sangat menunjukkan proses produksinya saat Midler berkunjung untuk pemeriksaan pertamanya. Kebersihan, kecepatan produksi dan keramahtamahan membuat Midler merasa harus menyampaikan kesan positif tersebut kepada rekanannya di Amerika. Pabrik terlihat sangat sibuk dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, cukup untuk memenuhi pesanan yang akan diberikan.
Namun saat Midler ditinggalkan sendirian di ruang tunggu, timbullah keinginannya untuk berjalan-jalan sejenak, tanpa diketahui oleh pemilik pabrik. Alangkah kagetnya ia mendapati pabrik yang semula tampak sibuk, ternyata hanya berupa ruangan kosong dengan seorang pekerja sedang menyapu ruangan tersebut. Ketika hal ini diketahui pemilik pabrik, dengan tergopoh-gopoh mereka meminta Midler kembali ke ruang tamu dan mengatakan para pekerja sedang istirahat-meskipun jam istirahat sebenarnya telah lewat.
Kabar tersebut ternyata tidak menyurutkan rekannya di Amerika untuk memulai negosiasi. Hal itu malah dianggap ’berarti mereka ingin sekali bekerjasama dengan kita, sampai mereka menciptakan drama tersebut’. Negosiasi pun akhirnya berjalan dengan lancar, dan perusahaan Amerika tersebut merasa puas dengan harga yang ditawarkan, meskipun tetap ada pertanyaan ’bagaimana mereka bisa memberikan harga dengan begitu murahnya?’. Tenaga kerja memang murah, tapi bukankah di negara berkembang, termasuk Indonesia juga sama?
Pertanyaan tersebut terjawab di bab-bab berikutnya. Di Cina sedikit sekali terdapat penemuan-penemuan yang dihasilkan. Keahlian yang mereka miliki adalah ’meniru’, sehingga yang mereka butuhkan hanyalah contoh produk, yang dengan cepat bisa mereka tiru, ditambah dengan penyesuaian di sana-sini supaya harganya bisa lebih murah. Karena itu mereka senang sekali bila mendapat pelanggan dari Amerika atau Eropa, karena disanalah banyak penemuan berasal. Untuk mendapatkan pelanggan tersebut, mereka tidak mempermasalahkan jika mendapat laba nol, namun terjadi transfer pengetahuan dan teknologi.
Untuk negara-negara penghasil penemuan tersebut mereka menjual produk asli dengan harga murah, sedangkan untuk negara berkembang mereka menjual produk tiruan dengan harga dua kali lipat. Dari sanalah meereka mendapatkan keuntungan yang besar. Cina sendiri tidak memiliki perlindungan terhadap hasil karya, seandainya ada tuntutanpun mereka dapat berkelit bahwa yang mereka lakukan tidak salah. Masalah peniruan ini bahkan terjadi antar perusahaan di Cina sendiri. Para pemilik pabrik memiliki mata-mata di perusahaan pesaing, sehingga mereka dengan cepat bisa mengetahui apa yang sedang diproduksi oleh perusahaan pesaing tersebut.
Hal lain yang membuat harga dapat sedemikian murah adalah masalah kualitas. Sulit sekali untuk menjamin kualitas yang dihasilkan akan sama dengan kualitas yang dijanjikan. Kontrak dapat dilanggar, karena importir dari Amerika kesulitan untuk mencari pabrik baru, sehingga harus tetap bertahan dengan pabrik lama. Hal ini dikarena kebanyakan pabrik saling mengenal dan mendukung, sehingga mereka akan saling memberi informasi. Kemudian mencari pabrik baru dan proses negosiasi paling cepat membutuhkan waktu 6 bulan, padahal barang harus sudah dikirim dalam waktu 2 sampai 3 minggu mendatang.
Sebelum kontrak ditandatangani, produk memang telah diuji oleh pihak ketiga. Namun pastilah yang dikirim adalah produk yang benar-benar bagus, dan untuk produksi berikutnya tidak dilakukan pengujian. Selain itu pabrik - pabrik di Cina juga telah mengenal lab penguji yang ’tidak begitu tinggi standarnya’. ISO yang didapatkan hanya didapatkan dari kunjungan sehari dua hari, tidak dilakukan pemeriksaan detail pada produk, namun hanya melihat prosedurnya. Yang paling banyak terjadi dalam pengalaman Midler menangani banyak pabrik di Cina adalah penggantian bahan baku, kemasan dan label yang tidak sesuai denan persetujuan awal. Itupun mereka lakukan tanpa proses diskusi dengan pelanggan.
Permasalahan mulai muncul saat produk tersebut sampai di tangan konsumen akhir, yang mengeluhkan sabun cair mereka berubah menjadi jelly pada musim dingin, di label tertera gambar ceri namun aromanya adalah kenari, atau tutup botol yang sulit untuk ditutup. Contoh lainnya adalah susu bermelamin maupun mainan dengan kandungan cat timah yang berbahaya bagi kesehatan. Pertanyaannya, mengapa pihak importir ataupun pihak ritel tidak melakukan pengujian independen begitu barang sampai? Pengujian tersebut menelan biaya yang tidak sedikit, dan tidak ada satu pihakpun yang mau mengeluarkan biaya tersebut.
Selain itu jika dilakukan pengiriman kembali produk cacat tersebut ke Cina, kerugian hanya menjadi tanggungan pihak importir karena pabrik bersikeras ’saat di pabrik tidak ada masalah seperti itu’. Kalaupun pihak importir memaksa mereka untuk menjaga kualitas, maka itu dianggap sebagai ’masalah baru’ yang menyebabkan timbulnya ’kenaikan biaya’, sehingga pihak importirlah yang lagi-lagi harus menanggung kenaikan harga.
Di luar kelemahannya, pabrik di Cina tentu memiliki kelebihan, yang membuat para pelanggan dari seluruh dunia tertarik untuk menjalin kerjasama dengan mereka. Selain harga murah, para pemilik pabrik sangat terbuka dan ramah terhadap orang asing. Midler yang iseng-iseng datang ke suatu pabrik karena taksi yang dia tumpangi melewatinya, disambut langsung oleh pemilik pabrik, yang bersikeras mengajaknya berjalan-jalan keliling pabrik, dan tak lupa memaksa Midler untuk membawa contoh produknya. Mereka juga bersedia berinvestasi sesuai dengan keinginan pelanggan, agar menarik pelanggan lainnya.
Secara rutin di Guangzhou diadakan pekan raya Kanton, yaitu pameran semua kategori utama pabrik ekspor selama beberapa minggu, yang mendatangkan pengujung dari luar negeri. Mereka datang karena daripada harus terbang ke seluruh penjuru Cina untuk mencari calon pemasok, lebih baik mendatangi pmaeran tersebut dan bertemu dengan banyak pemasok. Namun pengunjung harus berhati-hati, karena kadang bukan pabrik yang berpromosi, melainkan agen (seperti makelar) yang tentu saja menaikkan harga awal pabrik. Mereka juga memiliki kebiasaan daur ulang limbah yang mereka lakukan sebenarnya bukan karena sadar lingkungan, namun karena dengan melakukan hal itu mereka bisa menghemat.
Pertanyaan di awal ulasan ini menggambarkan rumitnya hubungan dengan pihak pabrik (sopir taksi) dan importir (Anda). Jika Anda menjawab A yaitu memberikan tambahan $10, maka di dunia bisnis cepat aatu lambat Anda akan bangkrut. $10 memang angka yang kecil, namun Anda akan menghadapinya lagi yaitu kenaikan harga di menit-menit terakhir. Bila Anda menjawab B, keluar dan mencari taksi lain, sulit sekali mencari pabrik lain yang tepat di situasi yang mendesak, akhirnya Anda pun akan bangkrut.
Jawaban C mungkin paling baik, tapi ingat sopir taksi itu akan tetap berusaha mendapatkan $10, dia tidak berkeberatan untuk diskusi panjang di kantor polisi sampai pukul 4 pagi, atau sampai Anda menyerah. Masalahnya, sanggupkah Anda menghadapi semua kerumitan ini?
JUDUL BUKU : ABAL-ABAL PRODUK CINA
PENULIS : PAUL MIDLER
PENERJEMAH : IRYAN SYAHRIR DAN DIENI PURWANDARI