BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

One Night Love

edited May 2010 in BoyzLove
dilarang memperbanyak, mencetak, menerbitkan tulisan ini tanpa izin dari penulis! harap dimengerti dan dimaklumi. cerita ini untuk publikasi terbatas dan hanya untuk kalangan tertentu. terima kasih.

Heavenski

«1

Comments

  • ONE NIGHT LOVE


    Chapter 1

    Muse, Falling Away With You, Ia menarik nafas. Tidak yang terlalu indah untuk dibahasakan, semua terlalu jauh. Cinta seperti lintah, ia merutuk, terlalu banyak menghisap darah. Ia melirik jam tangannya, terlambat. Asap rokok ia hempaskan kuat-kuat membentuk gelembung-gelembung yang semu di gelap malam bangku taman tempatnya duduk. Layar hape nya berkedip-kedip, ada SMS masuk. “Sdh sampai, dimana?” keparat. Ia membatin, aku sudah menunggu lama sejak tadi. Ia berdiri, memandang berkeliling. Seorang berseletalan lengkap kantoran dengan tas samping tampak sedang mengedarkan padangan. Ia mencampakkan rokok yang ada dimulutnya dengan kasar. Menginjaknya sampai mati, petugas taman tidak akan suka itu, persetan, siapa yang perduli. Ia berdiri, mendekati pemuda bersetelan itu. Ia tahu, ia harus tersenyum. Sialan. Sialan. Sialan. Ia tidak bisa berhenti memaki.

    Chapter 2

    “Do you looking for me?” aku sedikit kaget, berbalik kearah suara berat dibelakangku, menemukan senyum yang tidak terlalu lebar. Dahiku berkerut, “No…Yes…No..!” aku bingung menentukan pilihan, “Aku piker, Yes I do!” aku tidak gagap, hanya sedikit gugup. Dia cocok dengan apa yang digambarkannya. Sangat cocok, tapi tidak terlalu cocok dengan apa yang ada dalam gambaranku. Apa aku berharap lebih? Of course, Ya, tapi kita lihat saja. “Lan!” ia menjulurkan tangan, aku tidak menemukan keraguan, tidak menemukan tanda depresi, tanda gugup dimatanya, tepatnya tidak menemukan apa-apa. “Just, Lan!” dia seperti membaca kebingunganku, “me, Sev!’ aku menyambut ulurannya. Hah.. kita tahu, kita berdua sama-sama tidak jujur. Kembali ke Shakespeare, apalah arti sebuah nama, apalagi dalam kehidupan yang aku pikir tidak terlalu manis ini.

    “jadi, apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?” ada senyum nakal memancing pada pemuda itu, Lan. Aku memandang berkeliling, “yang jelas kalau kita mau melakukan sesuatu..!” aku menyentuh ujung kemejaku, tanggung, “tidak disini!” cukup sulit aku melanjutkannya. Lan menaikkan alis, “aku tahu tempatnya!” wow.. dia tidak suka basa-basi.
  • Chapter 3
    Diresepsionis Hotel, Lan memesan kamar, ia berbicara ringan dengan gadis cantik yang ada dihadapannya. Tidak terlalu tergesa-gesa, dimataku, Lan terlatih berbicara dengan seorang gadis. Aku duduk di sofa lobi hotel, menunggu proses. Lan menjentikkan tangan, memberi kode. Aku berdiri. Berjalan mengikutinya, saat melintasi meja resepsionis, sang gadis cantik yang tadi berbicara dengan Lan mencuri pandang padaku, aku tidak tahan untuk mengerutkan alis. Apa dia tahu apa yang akan kami lakukan? Yes, aku menjawab sendiri sebab sesaat kemudian ada senyum canggung dibibir gadis itu, senyum canggung bukan untukku, melainkan untuk udara yang ada dihadapannya, disusul kemudian bisikin kepada teman yang ada disampingnya.

    Aku berjalan disamping Lan, berpikir apa dia sadar kalau beberapa saat yang lalu, dia menjadi objek opini gadis resepsionis.

    “Barusan pulang kantor tadi?” Lan bertanya tanpa menoleh kearahku, “Kamar kita dilantai 3, kita sebaiknya tidak usah naik lift, kita naik tangga biasa aja!” ia menimang kunci yang ada ditangannya. Apakah aku harus menjawab pertanyaannya atau statement sih yang pertama dia katakan tadi? “Ya, aku baru saja pulang kantor, aku lembur!” Ia membalikkan badan, “Hey, jangan terlalu tegang donk!” sesaat ada senyum tipis dibibirnya, yang kemudian tersapu ekpresi kaku yang sulit dibaca, “atau kita batalkan saja?” sedetik hatiku berteriak, YA! Aku pulang saja. Tapi, aku menarik nafas dalam, “beri aku sedikit…” aku mengibas-ngibaskan tanganku, “kita lanjutkan saja” menyentuh ujung kemejaku, “aku hanya sedang berpikir..” tanpa menungguku menyelesaikan kalimat, dia melangkah mendahaluiku. Kami sekarang sudah berada dilantai 2 hotel. Kami berjalan tidak terlalu lama dalam hitungan waktu yang sebenarnya tapi bagiku, sudah seperti seminggu, semakin dekat dengan kamar yang telah di booking Lan, aku semakin tegang. Gugup.
  • Chapter 4

    Sev, nama apa itu. Ia bohong, tidak berbeda dengan aku, pikirnya. Lidahnya terasa pahit, ia tidak sabar ingin merongoh sakunya, membakar rokok, ia menahan diri. keparat ini, ia melirik Sev, apa yang sedang dipikirkannya sekarang? Dia matanya, Sev tidak ubahnya seperti kambing yang kedinginan, terlihat gugup. “Barusan pulang kantor tadi?” tentu ia sudah tahu jawabannya tapi, dengan jawabannya. Ia meringkik gugup. Ia sedikit goyah. Sejenak ia menemukan selintas bayangan takut dimata Sev, barangkali ini semua akan membunuhnya. Ia menawarkan aternatif. Dan Sev menanggapi aternatif itu dengan kata-kata yang membuatnya hampir menyemburkan tawa.

    Dilantai dua, Ia sengaja memperlambat langkahnya, sambil sesekali melirik Sev mereka melangkah dalam diam. Lari lah cowok bersetelan, aku hanya akan memandangimu kalau kau lari! Ia tertawa-tawa dalam hati.
  • Chapter 5

    Lan sudah melangkah lebih dulu kedalam kamar yang tertata rapi itu, aku memperkirakan sewanya permalam. 4 langkah aku masuk kedalam Lan berbalik berjalan kearahku, menutup pintu. “Kreek!” “Brakk!” punggungku menimpa pintu, tahu-tahu lidah Lan sudah masuk kedalam mulutku, bermain selama beberapa detik, Ia mengeluarkannya kemudian, memberikan senyum yang terlalu dingin, lalu berjalan menuju tempat tidur. “Aku ingin mandi dulu!”

    Suara air bergemericik, aku tidur telentang diatas tempat kasur, meluruskan pinggang, mencoba rileks, mengeluarkan baju kemejaku yang mulai tadi pagi tertata rapi, dimasukkan kemudian dibalut ikat pinggang. Aku sedang berusaha untuk rileks. Tadi siang aku masih sibuk mempersiapkan presentasiku desain interior dikantor, menerima telpon dari Sara, gadis yang sudah bersamaku semenjak kelas 1 SMA, banyak hal yang telah kami alami, kemudian terpisah pulau tapi kami masih berpikir, diam-diam berpikir, berspekulasi, mungkin kami akan berjodoh.

    Air sudah berhenti bergemericik semenjak beberapa menit yang lalu, lalu suara engsel, sontak aku duduk. Lan keluar dari kamar mandi, memakai handuk, dan sibuk berusaha mengeringkan rambur dengan tangannya.

    “ng mandi?” Ia bertanya padaku, aku sedikit menurunkan mata, menunduk. Meringkas penilaian dalam kepalaku. Tinggi, bermata gelap, tidak terlalu putih yang membuatnya terlihat seksi, bibir tipis, hidung mancung dan alis yang hampir bertemu di dua mata. Dengan body yang standar penuh dan gempal, dia tahu cara menjaga penampilan dibandingkan aku. “Ng mandi?” dia bertanya tepat didepan wajahku, aku hampir terlonjak kaget, sontak aku menggeleng.

    Ekpresi wajah Lan berubah datar, tidak terbaca, perlahan dia melepas handuknya, membuatnya sekarang benar-benar telanjang. Aku panik, aku tidak tahu apa wajahku sedang pucat atau menjadi merah. Ia mendekat. Memasukkan lidahnya kedalam mulutku. Memainkannya dengan dorongan-dorongan halus, dilepas, kemudian dimasukkan kembali. Nafasnya memburu panas diwajahku, aku sudah mulai mendidih.

    Dia mendorongku kasar, naik diatas tubuhku, berat.. dia menciumi leherku, membuka kancing kemejaku dengan agak tergesa-gesa. Aku merenggangkan kaki membiarkan kemaluannya menimpa kemaluanku dengan leluasa. Lan mengisap putingku, aku nyaris berteriak, aku hanya melenguh, mendesah. Kemudian tangan kanannya beralih ke ikat pinggangku, dalam hitungan detik, ia menyentuh milikku yang sudah mulai agak tegang. Aku mengigit bibir. Lan menarik-narik kemaluanku dengan mulut penuh mengisap putingku, aku mendesah dengan nafas panas.

    Dan, ia menarik tubuhnya dariku, menjauh, mengambil handuknya. Menatapku, aku tidak bisa berkata apa-apa, hanya menatapnya juga, Lan bergeser, kemudian berbaring memejamkan mata diatas bantal, membiarkanku yang terheran-heran dengan pakaian yang acak-acakan. Aku mendengar tarikan nafasnya.
  • Chapter 5

    La membenarkan letak kepalanya dibantal, mengedip-ngedipkan matanya perlahan. Brengsek, aku tadi bermain terlampau cepat! Lan melirik sosok disampingnya, wajah Lan yang keras melunak melihat Sev yang menatap langit-langit dengan kedua tangan perlahan-lahan membenarkan resleting celananya yang ternganga. Shit, milik dia cukup besar

    “Who are you, Sev?” ia merutuk, sedikit tidak percaya dengan apa yang dia tanyakan. “aku sudah menceritakan semuanya!” suara Sev tampak sedikit bergetar, “sebelum kita sampai disini, aku sudah memberitahumu dalam semua kesempatan saat kita chat!” Lan mengelus jidatnya, “kau benar..!”

    “tapi, ceritakan lah lagi secara langsung, aku ingin mendengarnya!” pelan, suara Lan seakan-akan hanya seperti sebuah desahan. “hahh… itu tidak penting bukan” ada nada tinggi disuara Sev, “aku sendiri tidak memintamu untuk bercerita banyak!”

    Lan tidak mendengarnya, “kenapa kau diamkan saja saat orang itu melakukan itu padamu? Dan kau malah seakan-akan menikmatinya?” saat ia bertemu mata dengan Sev, ia menemukan goresan tajam dibola mata Sev, kemudian Sev memalingkan wajahnya kearah yang berlawanan darinya. Seakan terpaku, Sev sama sekali tidak bergerak. Keparat ini, apa yang dia sembunyikan? Sekilas ia terlihat manis dan polos tapi dia tidak sedangkal itu, Lan membuat kesimpulan.
  • heavenski wrote:
    dilarang memperbanyak, mencetak, menerbitkan tulisan ini tanpa izin dari penulis! harap dimengerti dan dimaklumi. cerita ini untuk publikasi terbatas dan hanya untuk kalangan tertentu. terima kasih.

    Heavenski


    duhhh segitunya... serasa pengarang terkenal
  • BAGUS .. .
    Tapi keder BacaNya!
  • Chapter 6

    Orang itu datang bersama Abang, dia temannya. Orang itu masuk kedalam kamar seorang anak kecil. Sosok kecil itu Cuma bisa merasakan tubuh kelas 5 SD ku diangkat dan dibaringkannya perlahan. Orang itu menaruhnya diatas tubuhnya yang besar, orang itu mengeluarkan kemaluannya yang besar dan penuh rambut dan menyuruh si anak kecil untuk meremas-remasnya. Orang itu memintanya penuh rayuan, tertawa-tawa. Dan sosok kecil itu sama sekali tidak melakukan perlawan. Ia seakan-akan menikmatinya.

    Dan saat anak kecil itu kelas 2 SMA, diantara cintanya dengan seorang gadis yang bernama Sara, dia menemukan cinta yang lain untuk sahabat yang dekat dengannya pada saat itu. Belakangan, ia menyesali cintanya pada temannya itu yang membuat semuanya berantakan, dia memang tidak pernah membuat pengakuan tapi dia merasakan goncangan atas perasaan yang sulit ia terima.

    Lan, kau sudah tahu itu brengsek, aku tidak akan pernah bisa bercerita lebih detail, itu hanya sedikit sisi. Ada banyak hal yang telah aku lakukan yang aku kira sangat wajar dan belakangan aku tahu itu kurang ajar. Aku banyak melakukan kesalahan yang tanpa aku sadari mengantarku pada sisi seperti sekarang ini, yang dengan mudah menerima ciumanmu, yang dengan suka rela menerima kau memasukkan tanganku menggenggam kemaluanku

    Apa lagi yang kau ingin tahu? Penghianatanku terhadap Sara kah? Aku tahu aku tidak bisa melupakannya, aku tahu aku punya cinta terhadap gadis jangkung dan cantik itu. Aku tahu aku dan gadis itu sama-sama berpikir kami akan bisa berjodoh. Aku tahu aku dan gadis itu merasa cocok dan akan bisa saling setia. Tapi, apa kah semua itu cukup? Apa semua itu terlihat mudah? Apa hidup adalah sesuatu yang segampang itu? Setidaknya untuk kehidupanku.
  • Chapter 7

    Ia berdiri, mengikat handurknya, “AKU TIDAK BISA MELAKUKAN INI!” Lan berkata dengan suara setengah nyaring. Sev sontak duduk dan memandangi punggung Lan yang membelakanginya. “Oke, lalu kenapa kau membawaku sampai kesini? Bukannya kau tadi yang sangat yakin?”

    “Keparat Kau!” Lan menuding kearah wajah Sev, “Apa kau pikir aku ini pelacur murahan?” ia menemukan sunggingan senyum dari wahah Sev, Lan sudah sampai dibatas, dia tidak sedangkal yang terlihat. “Apa aku pernah mengatakan itu?” Lan mengangkat dagu, “Oke, lalu kenapa kau membawaku kesini? Bukankannya kau tadi yang sangat yakin?” Ia menirukan kata-kata Sev, dengan sangat mirip, “Kau bajingan!” Lan tidak tahan untuk tidak memaki, “Kau pikir kita kesini karena kemauanku saja. Keparat kau! Kita sampai disini karena kita sama-sama mau melakukannya!”

    Sev masih duduk, suaranya agak bergetar entah karena apa, “kalau kata-kataku itu membuatmu marah, aku minta maaf!” Lab mendengus, “Damn you, kau pikir segampang itu kah?” Sev mengejap-ngejapkan matanya, wajahnya tampak lelah, “Aku tidak tahu apa yang membuatmu marah!”

    Ia mendekat, menarik kerah baju Sev, “AKU HANYA MEMINTAMU UNTUK BERCERITA, BERCERITA ULANG, AKU BAHKAN TIDAK MEMINTA BAYARAN ATAS MALAM INI, HOTEL TIDAK MASALAH AKU YANG BAYAR, AKU HANYA MEMINTA KAU BERCERITA TAPI KAU TIDAK MAU. KAU BRENGSEK, KAU KEPARAT, KAU BAJINGAN!” ludah Lan menghambur kewajah Sev bersama dengan makiannya.

    “AKU TANYA SEKALI LAGI? APA ITU PENTING!”

    “OH BAJINGAN, GAY SIALAN BRENGSEK., ITU SANGAT PENTING!” Lan berteriak

    Sev mengepalkan tangannya, bibirnya bergetar, “aku dilecehkan teman abangku saat aku dibawah umur dan aku menikmatinya, aku menggenggam kemaluannya dengan erat, Penisnya sangat besar, kokoh dan berbulu, aku menggenggamnya, dan aku menyesal waktu itu aku lari dari kenikmatan yang di bawa oleh om sialan itu!” Sev berkata nyaris didepan hidung Lan, dia berkata dengan ekspresi jijik, “saat tidur dengan sepupuku yang lebih tua, aku menggosok-gosok kemaluannya dengan kakiku. Dan di hari yang lain, aku mengintip kemaluan suami kakak sepupuku, mengintip kemaluan teman Abangku yang lain dan sudah punya istri, dan aku bahkan mengintip kemaluan Abangku sendiri. aku melakukan semua itu sebagai anak yang terhormat!”

    Tidak cukup sampai disitu, Sev mendekat kewajah Lan, seakan-akan ingin memasukkan wajahnya kedalam bola mata Lan, “Kelas 3 SMP, temanku memasukkan kemaluannya kedalam anusku, kami bergantian melakukannya tapi sayangnya tidak bisa masuk!” nada jijik didalam suara Sev bertambah bersama getaran, wajahnya sudah tampak sulit dikenali, “Aku sempat memasukkan kemaluan temanku itu kedalam mulutku, walau hanya beberapa saat sebelum ia menariknya!”

    Ia diam, matanya berkunang-kunang, ia ingin Sev menghentikan kata-katanya dan menjauhkan wajahnya. Ia merasa cukup menegarkan hati mendengar kata-kata Sev yang penuh kebencian, amarah, jijik dan juga putus asa.

    “Kemudian, aku mengintip kemaluan sahabatku yang merupakan pacar teman baikku, kelas 2 SMA. Memasukkan lidahku kedalam mulutnya saat dia tertidur dan menggosokkan kemaluanku kepantatnya, setiap kali kami tidur bersama!” wajah Sev berubah menjadi seperti penyangkalan yang panjang, kemudian tumpah dalam semua pengakuan, “dan sahabatku itu ternyata tahu, jadi setiap kali ia tidur bersamaku ia memakai celana berlapis-lapis. Dia tidak pernah mengatakannya pada orang lain, dia tahu siapa aku, dia tidak pernah meminta orang-orang untuk menjauh atau berhati-hati padaku. Sebab, aku adalah pria terhormat!”

    “Dan sekarang kenapa kau sangat ingin tahu secara langsung dan menyiksaku untuk mengulang cerita yang sudah kau tahu?” kali ini, Sev diposisi penyerang, menagih kata-kata dari Lan dengan tatapan matanya yang seperti sayatan-sayatan pisau yang siap menyakiti. “Pelacur sialan, kenapa kau ingin tahu, HAH?” tekanan suara Sev semakin dalam, Lan belum mempersiapkan jawabannya tepatnya dia tidak tahu bagaimana menjawabnya.

    “Pelacur, kuberi tahu kau sesuatu!” Sev sudah kian menyerang, “Kau ingin mendengar itu berulang-ulang biar jiwa pecundangmu itu merasa terpuaskan pada kesadaran bahwa kau brengsek dan tidak sendirian!” Sev mendengus, “Kau setan keparat yang merasa senang jika tidak sendirian dineraka jahanam!”

    Sev membalikkan badan setelah puas memandangi Lan yang berdiri kaku. Sev menyambar Tasnya disisi tempat tidur. Lan, ia memutar-mutar bola matanya, dengan dahi sedikit berkerut. Bersuara, “hey bajingan berhenti kau!” Sev yang berjalan kearah pintu tidak berhenti.

    Ia melangkah lebar, berjalan kearah Sev, menarik pegelangan tangan Sev membawanya berhadap-hadapan, “kita belum selesai!” katanya datar. Lan menarik kerah baju Sev, membawa wajah Sev yang dengan dagu terangkat kedekat wajahnya. Ia menyambar bibir bawah Sev, memasukkan lidahnya lagi, lebih dalam, sampai seperti hendak kehabisan nafas, Sev seperti seakan-akan meronta kemudian didorong Lank keras, jatuh ditempat tidur.
  • Chapter 8

    Kali ini, Ia menjadi lebih ganas. Ia menarik kancing baju kemejaku dengan kasar sehingga kancingnya lepas dari jahitannya. Menyambar baju kaos dalamku, menarik rambutku. Aku terengah-engah diantara deru nafasnya yang memburu. Ia terus menghimpitku, melindas tanganku dengan kudua tangannya. “Lepaskan!’ denguhnya, menarik bajuku lepas.

    “akh…!” ia menggosok-gosokkan selangkangnya kedalam selangkangku yang terbuka lebar dan masih bercelana. Ia masih belum mau kesana. Dia menciumku, memasukkan lidahnya sangat dalam, mengambil nafasku, bola mataku naik keatas merasakan caranya lidahnya menggelitik mulutku. Aku kewalahan. Dia terus melumatku, menjilatku, “Enakkan brengsek!’ ungkapnya. Mengisap putingku, menggigit ujungnya perlahan, terus bermain diseputar dadaku, mengisap leherku, putingku, dadaku sampai berwarna merah. Aku meringis keenakan.

    Lidahnya yang seperti lidah ular panjang tapi besar dan tebal kini turun keperutku, aku merasa sedikit geli. “Klekk!” ia membuka ikat pinggangku, aku tidak mau terlalu banyak mendesah, hanya menggigit bibir, dia menarik celanaku.

    Aku sudah tidak berpakaian lagi. Tidak mengenakan apa-apa lagi.
    “rambut nya terlalu tebal tapi malah terlihat seksi dan alami!’ suaranya terdengar berkomentar. Lan kemudian memasukkan kemaluanku, penisku ujungnya kedalam mulutnya dengan bunyi decatan. Penisku terasa panas mengembang, membesar. Dia memainkan lidahnya diatas ujung kemaluanku lalu, “Happ!” seluruh kemaluanku yang telah membesar dimasukkannya kedalam mulutnya secara menyeluruh, semuanya, “Akhhh!” kali ini aku tidak tahan, aku melenguh. Punggungku melengkung menahan getaran nikmatnya.

    Air ludahnya tampak bergelantungan dipenisku, dia memainkannya, memarik-narik penisku dengan tangannya, kemaluanku yang sudah licin oleh air liurnya dengan mudah berada disela-sela tangannya. Aku membuka menutup mata, menahan gejolaknya.

    Kemudian Lan naik keatas tubuhku, berbaring kesampingku, “lakukan hal yang sama untukku!” aku pun menghisapnya, dan dia meremas-remas rambutku saat aku mengisap kemaluannya yang besar. Aku tidak bisa memasukkan kemaluannya yang besar kesuluruhannya kedalam mulutku. Aku tidak terlatih.

    “Are you ready for this?” ia memain-mainkan ujung penisnya yang besat diantara belahanan pantatku, aku menggangguk, nafasku tak tertahankan, tak beraturan. Keringatku sebesar biji jagung keluaran membasahi wajah dan tubuhku. Aku melirik tubuhnya juga, tubuh kami mengkilat basah oleh keringat.

    Terjadilah, “Akhh…aduh!” ia memasukkan kemaluannya baru separo, “jangan dimasukkan semua, sakit!” aku mengeluh. Tapi diluar itu semua terasa enak. Aku mulai merasa melayang. Lan mulai menarik dan mendorong, “kita lakukan dengan perlahan…akhhhh…!’ ia berkata dalam desahan. “Tahan…akhh..!’ aku ikutan mendesah, dia telah memasukkan semuanya. Nafasku tertahan, “kau berkeringat, aku suka menjilat keringatku!” dia mulai menjilati leherku, menarik rambutku. Lalu ia menarik kemaluanku, mengocoknya, aku merasakan kenikmatan ganda. Beberapa kemudian milikku yang sudah menegang mengeluarkan air mana, air sperma. “akhh…!’ badangku semakin basah oleh keringat.

    Aku merasakan badangnya menegang, dan didalam sana, kemaluan Lan yang besar juga menegang, penistrasi yang dia lakukan semakin cepat, kemudian, ia melepasnya dengan cepat dan “Akh!” aku merasakan hangat dibelakangku.

    Ia mendesah basah dan berbaring disampingku. Mengatur nafas.
  • heavenski wrote:
    dilarang memperbanyak, mencetak, menerbitkan tulisan ini tanpa izin dari penulis! harap dimengerti dan dimaklumi. cerita ini untuk publikasi terbatas dan hanya untuk kalangan tertentu. terima kasih.

    Heavenski



    Juga dilarang dibaca dikomentari atau lain lain, cerita ini bukan untuk publikasi dan hanya untuk dibaca sendiri. terima kasih.
  • heavenski wrote:
    dilarang memperbanyak, mencetak, menerbitkan tulisan ini tanpa izin dari penulis! harap dimengerti dan dimaklumi. cerita ini untuk publikasi terbatas dan hanya untuk kalangan tertentu. terima kasih.

    Heavenski

    heran yach....???!!!
    klu memang ini cerita hanya untuk kalangan tertentu harus anda lebih tau diri atau lebih mengerti diaman anda harus memasang atau menuliskannya....
    karena jika anda memasangnya disini anda sudah salah tempat...
    ini bukan untuk kalangan TERTENTU seperti yang anda fikir.....
    karena disini untuk semua kalangan.....
    terima kasih.....
  • heavenski wrote:
    dilarang memperbanyak, mencetak, menerbitkan tulisan ini tanpa izin dari penulis! harap dimengerti dan dimaklumi. cerita ini untuk publikasi terbatas dan hanya untuk kalangan tertentu. terima kasih.

    Heavenski


    :lol: :lol: :lol:
  • heavenski wrote:
    dilarang memperbanyak, mencetak, menerbitkan tulisan ini tanpa izin dari penulis! harap dimengerti dan dimaklumi. cerita ini untuk publikasi terbatas dan hanya untuk kalangan tertentu. terima kasih.

    Heavenski


    klo ini menyinggung, mohon dimaafkan
    tapi gw juga minta tolong, jangan terlalu sensi donk jadi cowox

    ini kan ng ada maksud apa2

    klo ng mau baca, silahkan, mau baca silahkan...
    "itu aja kok repot!"
  • heavenski wrote:
    heavenski wrote:
    dilarang memperbanyak, mencetak, menerbitkan tulisan ini tanpa izin dari penulis! harap dimengerti dan dimaklumi. cerita ini untuk publikasi terbatas dan hanya untuk kalangan tertentu. terima kasih.

    Heavenski


    klo ini menyinggung, mohon dimaafkan
    tapi gw juga minta tolong, jangan terlalu sensi donk jadi cowox

    ini kan ng ada maksud apa2

    klo ng mau baca, silahkan, mau baca silahkan...
    "itu aja kok repot!"

    cuma lucu aja.... :)
Sign In or Register to comment.