Tadi saya berselancar sebentar ke situs Surya online, dan menemukan berita unik “Dukun Cilik Jombang, Mengaku Punya Tugas Menutup Semburan Lumpur Lapindo“, dan pada berita tersebut telah timbul perdebatan apakah kekuatan supranatural Muhammad Ponari (10 tahun) mampu menyumpat semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo. Muhammad Ponari merupakan seorang bocah yang menjadi ‘dokter ajaib’ ketika ia menemukan dan memiliki “batu ajaib”. Bocah kecil asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, dikabarkan telah menyembuhkan ribuan pasien.
Setiap hari ribuan orang mengantri untuk diobati oleh Ponari sejak subuh hingga sore hari. Hal ini membuat Ponari menjadi anak super sibuk di Indonesia. Ia ‘rela’ tidak mengenyam pendidikan seperti teman-temannya dan hanya mendapat pendidikan pada malam hari oleh beberapa guru sekolahnya. Saking hebatnya penyembuhan ala Ponari, ribuan orang yang sanggup mengantri hingga berjam-jam dan berhari-hari. Karena lamanya harus mengantri, maka dikabarkan telah ada dua orang pasien Ponari yang tewas akibat mengantri lama.
Polemik : Rasionalitas Vs Supranatural
Kekuatan penyembuhan Ponari melalui ‘batu sakti’nya menimbulkan perdebatan sengit, apakah pantas kita mempercayai hal-hal yang ‘absurd’ secara rasionalitas sains. Sedangkan bagi mereka yang mempercayai kesembuhan dari ‘batu sakti’ Ponari, berargumen bahwa itulah kekuatan Tuhan yang hadir melalui sang bocah kecil atau juga mereka sangat percaya dengan kekuatan ‘batu sakti tersebut”.
Jika beradu argumen, maka untuk sementara orang sains (rasionality) kalah dengan orang yang percaya dengan kekuatan ’supranatural’ (kekuatan magic). Mereka yang percaya secara rasionalitas harus melakukan uji coba atau eksperimen untuk menyanggah pendapat para ‘magic power’-ers, sehingga mereka (rasionalitas) butuh waktu untuk menjelaskan fenomena yang unik ini. Sedangkan para ‘magic power’-ers dapat mudah berargumen dengan landasan iman atau fenomena luar yang dapat terlihat. Para magic power’-ers tidak butuh waktu yang lama untuk menjawab dan berargumen, tinggalkan mengeluarkan senjata paling ampuh, “ada kekuatan Tuhan disana”.
Bagi para rasionalitas (ilmu pengetahuan dan sains), senjata kedua yang paling ampuh untuk mencounter para ‘pemuja magic” adalah dengan membiarkan (bahkan mendorong) Ponari melakukan aksinya di lumpur Lapindo. Apakah Ponari akan berhasil atau sebaliknya era “magic” hanya menerima tamparan malu?
Unik
Khusus untuk artikel kali ini, saya tidak mengemukakan opini dan ulasan pribadi saya. Saya hanya ingin melihat sejauh mana sikap, pola pikir, dan keyakinan masyarakat Indonesia saat ini dalam menanggapi fenomena unik. Apakah masyarakat Indonesia cenderung bersikap mencari sebab dan alasan dari suatu fenomena atau mereka yang hanya percaya pada fenomena unik dengan dasar keyakinan atau iman.
Untuk itu, saya harap anda menyampaikan komentar dan tanggapan, apakah Anda adalah seorang yang lebih rasionalis, supranaturalis, keduanya atau bukan keduanya?
Sumber Bacaan:
Polisi Izinkan Dukun Cilik Jombang Kembali Buka Praktik, Ponari Dikenal Penakut oleh Teman-temanya
Sisi Lain Dukun Cilik Jombang, Mengaku Punya Tugas Menutup Semburan Lumpur Lapindo
Update (7 Feb 2009) - landasannya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Menanggapi komentar dari Sdr. Maddidjara, tentang rasionalitas (pendapat, noun), rasionalisme (paham/teori, noun), empiris (adjective), empirisme (paham/teori, noun), naturalisme (paham, noun), supranaturalisme (paham)
Rationality (rasionalitas) –> pemikiran yang sistematis dan logis yang masuk akal (dapat ditelusuri, dicari sebabnya secara nalar). Sehingga setiap fenomena selalu dapat ditelusuri secara logis dan sistematis. Setiap fenomena dapat dijelaskan secara logis dan sistematis, meskipun pada saat tersebut belum terjawab. Contoh : teori relativitas Einstein memang aneh di zamannya, namun baru bisa dibukti setelah beberapa dekade kemudian. Se-supra-supra naturalis keadaan, tetap menjadi obyek yang rasional bagi rasionalis.
Magic power- (kekuatan magis) –> fenomena kekuatan gaib. Atau “Magic power-er” dalam konteks pemikiran berarti mereka yang lebih percaya sesuatu yang aneh/unik (karena tidak tahu sebabnya) sebagai kekuatan magis. Fenomena supranatural masuk dalam magic power. Contoh: di era prasejarah, mereka meyakini petir sebagai kekuatan kekuatan magis. Namun, seorang yang selalu berpijak pada rasio akhirnya menemukan bahwa petir merupakan fenomena tumbukan antara awam bermuatan positif dan negatif,
Sedangkan naturalisme, berarti sesuatu yang alami. Meskipun petir itu natural/alami, bagi kaum ‘magic power’-ers tetap saja menggangap itu hal yang magis, beda dengan kaum rasionalis yang selalu bertanya ‘ada apa dibalik itu?”.
Empirisme merupakan aliran atau pemahaman sesuatu berdasarkan pengalaman / empiris. Ilmu yang diperoleh melalui pengalaman kehidupan (pengalaman empirik).
Ruang lingkup dari seorang ilmuwan selalu melihat “sebab-proses-akibat“, analisis dan percobaaan yang menghasilkan kesimpulan. Sehingga rasionalitas sangat dibutuhkan dalam saintis.
Sedangkan kaum “magic” melihat “akibat” [adakalanya masuk ke proses], analisis (anggapan), lalu muncul kesimpulan. Kaum magis menyimpulkan sesuatu tanpa sistematis yang logis. Lebih cenderung to the point.
Sehingga, kaum ‘magic’ selalu menang dalam segi waktu dibanding ‘rasionalis’. Sedangkan apa yang diperoleh dari rasionlis akan disadap oleh ‘magic’ dikemudian hari.
Comments
Negara lain mah udah pada pergi ke planet...lhaaa kita masih jalan di tempat
sebenarnya apa dukun itu murah?