It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
by fik.love.chubb
Malam yang semakin larut membawa pikiranku melayang-layang entah kemana. Aku sendirian di kamar kos baruku menatap langit-langit kamar yang masih sedikit kotor oleh jaring laba-laba. Aku belum sempat membersihkannya karena sejak pindah kesini aku langsung disibukkan dengan tugas-tugas OSPEK yang menyusahkan. Ada yang penting, tapi sebagian besar dari tugas itu adalah tugas yang sangat tidak penting. Merepotkan memang. Namun, apa dayaku sebagai mahasiswa baru disini. Senior adalah benar atas segalanya. Belum lagi ketika mereka mengatakan bahwa ancaman kesulitan mengurus administrasi akademik menanti apabila kami tidak mengumpulkan tugas, apalagi dengan lancang tidak mengikuti OSPEK. Kadang aku berpikir darimana datangnya statement itu? Dosen? Staff? Atau rektor? Impossible! Tidak mungkin niat kami untuk menempuh pendidikan tinggi akan dipersulit pihak universitas dengan acara pembodohan seperti yang akan aku lalui satu minggu ke depan ini. Sangat mengada-ada. Ya, aku telah mendengar banyak cerita tentang OSPEK universitas yang lebih parah daripada ketika aku baru masuk SMA dulu. Tapi, aku pikir waktu pasti terus berjalan. Semua itu akan aku lalui juga pada akhirnya.
Ketika aku sedang melamun menjengkelkan apa yang akan aku hadapi besok tiba-tiba terlintas beberapa pertanyaan bodoh di pikiranku. Pertanyaan itu telah membuatku cukup bodoh untuk memikirkan jawabannya sehingga sampai pukul 01.00 dini hari ini aku belum juga bisa menidurkan organ aktif tubuhku agar dapat beristirahat.
Apakah yang akan terjadi di kampus besok?
Sudah siapkah aku melalui hari-hari baru di kampus nanti?
Dan satu pertanyaan yang selalu membuatku gelisah ketika aku mencoba untuk memikirkan jawabannya sambil membayangkan masa laluku ketika di SMA.
Apakah kehidupan asmaraku akan berubah menjadi indah disini?
Ya. Belum satu kali pun aku memiliki seorang pacar. Entah apa yang ada dipikiranku dulu sehingga sampai tamat dari SMA pun aku belum juga pernah mencicipi yang namanya pacaran. Padahal Rais, yang notabene adalah anak paling kuper dan cupu di kelasku ketika SMA, sudah dua kali menjalin kasih dengan cewek yang berbeda. Rais bukan anak yang pintar, bukan juga anak yang bodoh. Tidak ganteng sekaligus tidak jelek. Biasa saja. Mengenakan kacamata minus 2 dan rambut dipotong pendek menyerupai anggota TNI namun tidak terlalu pendek juga. Selalu mengenakan sepatu untuk atletik jika ke sekolah, atau bahkan ketika les UN, padahal pada saat itu tren sepatu kets sedang meraja lela.
Namun, ada karakter khusus yang dimiliki Rais yang tidak aku temukan pada sebagian cowok lain di sekolahku dulu, termasuk aku tentunya. Rais adalah anak yang sopan, tidak banyak ulah, dan dapat menerima siapa saja yang ingin menjadi temannya. Benar-benar super! Bahkan ketika Dena mengajaknya untuk berbicara, berdua saja tentunya, dia tidak menolaknya sama sekali. Dena? Nama yang bagus sungguh. Namun, mengejutkan apabila melihat wujud wanita bernama Dena itu. Sangat sangat tidak menarik, lebih dekat dengan kata menjijikkan. Rambut keriting pendek yang selalu terlihat lepek, kulit wajah berminyak (Sangat! Dan jangan sampai kalian menyentuhnya), mata yang terlihat sembab seperti orang bangun tidur, dan bertingkah sok tahu dan sok kenal dengan anak-anak sekolah lain. Pokoknya nggak bange! Aku pun segera mencari 2788 alasan untuk pergi ketika tiba-tiba terdengar suaranya memanggil-manggil namaku. Gigi taringnya terlihat telah ompong satu. Aku ingat kejadian itu. Aku menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri ketika anak-anak geng CINTA (Cahya, Isni, Nora, Tia, dan Abdel) menendang kakinya ketika ia baru keluar dari toilet putri hingga tersungkur dan giginya membentur lantai hingga patah. Sungguh tidak berperasaan. Aku sebenarnya juga tidak menyukai tingkah laku Dena yang terlalu ngeksis bahkan melebihi Tiara, cewek paling cantik di SMA, yang tingkah lakunya biasa-biasa saja. Tapi, aku juga tidak pernah berpikiran untuk melakukan hal sekejam itu kepada Dena. Sungguh!
Rais selalu meladeni setiap cewek-cewek yang ingin curhat tentang masalah percintaan mereka. Sedikit aneh sih karena Rais adalah seorang cowok. Lagipula kadang Rais tidak mengenal cowok yang mereka bicarakan. Kemudian Rais dapat mengenal karakter cowok itu hanya dari cerita cewek-cewek yang curhat ke dia. Bukan tanpa alasan Rais sering dikunjungi oleh cewek-cewek di SMA karena Rais kerap kali membuat hubungan client dan pasangannya menjadi harmonis kembali dengan wejangan-wejangannya. Mungkin kalau ada jurusan Kedokteran Cinta di perguruan tinggi, itulah yang cocok untuk Rais yang nantinya bergelar drC. Rais Susilo, Sp.P.H. (Dokter Cinta Spesialisasi Patah Hati). Haha.. Akan terdengar sangat lucu pasti. Namun, Rais tetap anak yang sopan. Bukan lantas dia jadi menggila dengan menyarankan clientnya, yang rata-rata berparas cantik itu, untuk memutuskan cowoknya dan memilih Rais sebagai penggantinya. No No No! It’s really really not Rais. Sampai ketika seorang cewek bernama Galuh datang mendekatinya untuk bercerita.
“Rais, kamu tahu kan? Aku datang kesini pasti karena aku ada problem.” Suara lembut sekaligus terbata Galuh menandakan bahwa ia sedikit canggung untuk menceritakan masalahnya kepada Rais.
“Oh ya? Masalah apa tuh? Aku lihat Galuh selalu ceria kok klo di kelas. Kok tiba-tiba datang trus bilang klo lagi ada masalah? Mau cerita?” Rais mencoba untuk membuat Galuh nyaman menceritakan masalahnya.
“Jadi.. Ehmm.. Eee.. Duh, Rais aku malu banget buat cerita hal ini ke kamu. Aku tahu temen-temen aku yang lain suka cerita ke kamu. Tapi, aku bener-bener malu nih buat cerita. Ehmm.. “ kali ini suara Galuh benar-benar menunjukkan bahwa moment untuk menceritakan masalahnya nanti akan menjadi sangat berat baginya.
“Lho, Galuh. Setiap orang kan pasti punya masalahnya sendiri-sendiri dan jika kita tidak bisa menyelesaikan masalah itu sendirian, kenapa kita tidak meminta bantuan orang lain yang kita percaya? Nah, sekarang Galuh percaya ga sama bang Rais?” Rais menggodanya sambil mencolek pinggulnya dan mengerdipkan sebelah matanya ke arah Galuh. Seketika itu terlihat wajah Galuh sedikit rileks setelah menerima perlakuan nakal Rais yang kerap kali dilakukannya kepada client-clientnya yang lain. Namun, tidak pernah ada satupun client yang merasa terhina dengan perlukannya itu. Malah cewek-cewek itu menjadi semakin rileks dan dapat menyampaikan masalahnya dengan tenang ke Rais.
“Ihh.. Kamu genit ihhh..” Jerit manjanya melahirkan senyum simpul yang cukup manis untuk seorang gadis pendiam sepertinya.
“Jadi, gini. Aku tuh dari dulu belum pernah pacaran kan. Tapi, tiba-tiba sekarang aku suka sama seseorang gitu. Anaknya baik banget trus sopan juga. Tapi, dia sering banget dikerubunin cewek-cewek sekolah. Aku serasa ga ada harapan gitu sama dia. Lagian, aku baru kali ini ngobrol serius sama dia. Jadi, aku takut buat bilang ke dia klo aku tuh suka sama dia.”
Kali ini? Baru kali ini ngobrol serius sama dia? Ohh my.. Apakah waktu itu Rais salah dengar ya? Mungkin Galuh tadi bilang baru sekali? Atau sesekali? Atau dua kali? Nggak! Dia bilang baru kali ini. Right now! So..? OMG! Sontak ekspresi Rais berubah menjadi kaget setengah tak percaya terhadap apa yang baru saja didengarnya. Kelihatan sangat di wajah Rais dan kiranya Galuh menyadari hal itu.
“Ya, Rais. Aku suka kamu!” itu benar-benar suara lembut penuh cinta yang keluar dari bibir Galuh.
OMG! @%$^@((#)#^*!!^@#$@#@(!
Aku tersentak dari memori 13 Februari 2003 itu. Hahaha.. Aku selalu iri dengan skenario cinta pertama Rais. Waktu itu Rais menceritakannya kepadaku dengan penuh gebu dan sangat terlihat jelas wajah bahagia seorang pangeran yang telah menemukan putri tidurnya. So sweet!! Sedangkan aku? Hal seperti itu sama sekali belum pernah menyentuhku di kehidupan nyata. Mungkin di mimp. Tapi entahlah. Mungkin karena aku terkenal pendiam dan kaku terhadap makhluk Tuhan yang bernama wanita. Jadi, cewek-cewek di sekolahku juga enggan untuk mendekatiku. Mereka takut nanti malah aku cuekin. Namun, kenyataannya selalu begitu. Ketika itu tidak pernah terlintas di pikiranku untuk menjalin hubungan serius, walau masih sebatas pacaran, kepada seorang wanita. Entah mengapa. I didn’t know the reason. Really!
Oh tidak!! Apa yang aku lakukan?
Besok hari pertama aku masuk kuliah. Tidak seharusnya aku terlambat. Lebih-lebih besok adalah hari pengenalan kampus Universitas Gadjah Mejeng bagi mahasiswa baru oleh senior-senior jurusanku. Aku ga mau terlihat mengantuk oleh mereka karena aku tidak cukup tidur malam ini. Bisa-bisa vonis berjalan bebek dan menyanyi, atau yang lebih buruk dari itu, akan dijatuhkan kepadaku. Tidak! Akan sangat buruk untuk mengawali kehidupanku di kampus. Aku harus istirahat. Terhitunglah domba di pikiranku untuk membuaiku tidur. Kebiasan yang aneh memang. Terlalu kekanak-kanakan. Whatever, cara itu cukup ampuh untuk membuatku tertidur saat suasana hati seperti ini sedang melanda.
Satu domba…
Dua domba…
Tiga domba…
Empat domba…
Domba satu dan domba dua lagi kawin. Domba tiga dan domba empat menikmati permainan mereka sambil menyantap rumput-rumput pendek di hadapannya dan sesekali meneteskan liur. Ahh… What’s wrong with me?
Lima domba…
Enam domba…
Tujuh domba…
Delap domb…
Sem dom…
Pu do..
!@*#(@)$#&@(!)#(&#
Zzzzzzzzzzzzzzzz…………!!!!!!!
***