BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Sex Broke Friendship based on true story

edited December 2010 in BoyzLove
Kejadian ini aku alami sejak aku masuk di salah satu universitas swasta di Bandung, tepatnya tahun 2004.

Aku sempat berkenalan dengan seorang cowo melalui situs Friendster. Sebut saja namanya Edward. Dia juga kuliah di universitas yang sama denganku, juga satu angkatan, tapi berbeda fakultas. Selama satu semester kami hanya berkomunikasi melalui sms, tidak pernah bertemu karena kesibukan masing-masing.
Dari fotonya aku menyukai dia, tapi aku tidak berharap lebih, karena dari komunikasi kami selama ini, aku tahu dia straight. Aku tidak mau menggantungkan harapan.

Setelah beberapa lama kemudian akhirnya ada kesempatan aku bertemu dengannya di mall, dan setelah itu, kami pun semakin akrab. Semakin hari kami semakin dekat dan aku semakin menyukai dia. Entah mengapa, bagi orang lain Edward tidak begitu ganteng, tapi aku menyukai dia secara fisik. Bagiku Edward ganteng, dan dia romantis.
«1

Comments

  • Aku sempat curiga kalau dia biseksual karena sikap dia.
    Setiap sms yang dia kirimkan, menanyakan kabar, apa aku sudah makan, apa yang sedang aku kerjakan dan perhatian lainnya. Setiap malam dia sms mengucapkan selamat malam dan mimpi indah dengan gambar lucu dan tulisan romantis, begitupun pagi hari sms dia mengucapkan have a nice day. Tak jarang juga dia menyisipkan kata sayang di setiap smsnya. Dan juga, kami mulai menggunakan kata 'aku' dan 'kamu'.
    Hal itu otomatis membuat aku jatuh cinta pada Edward. Tapi aku tetap bertahan pada pemikiranku kalau Edward straight.

    Suatu hari, dia bercerita kalau dia sudah memiliki cewe. Hatiku sakit, tapi ini semua salahku yang tidak bisa menahan perasaanku terhadap Edward.
    Karena kesibukannya yang bertambah, apalagi ditambah hadirnya seorang cewe dalam kehidupannya, membuat Edward lupa kepada diriku. Kadang seminggu tidak ada kabar darinya.
  • Meskipun aku sakit karena Edward telah memiliki belahan jiwa, meskipun aku berniat untuk membiarkan Edward bahagia tanpa diriku, toh dia melupakan aku, tapi aku menyadari aku semakin menyukai dia karena aku merasakan kangen yang luar biasa.
    Aku harus bisa menahan diri untuk menjauh darinya. Tetapi aku selalu saja sms dia menanyakan kabarnya. Dan itu membangun kembali hubungan kami.

    Hubungan kami terus berlanjut pasang surut. Dan berkali-kali aku mencoba membiarkan Edward melupakanku, tapi aku terus mengejar Edward. Atau, Edward yang tiba-tiba sms aku duluan.
    Sering juga Edward mengajakku pergi, tentu saja bersama cewenya. Bagaimana perasaanku melihat Edward bercanda romantis dengan cewenya?
    Bodohnya aku, selalu saja mau ikut, meskipun aku telah berusaha untuk melupakan Edward. Tapi entah mengapa setiap telepon atau sms dari Edward melupakan sakit hatiku, dan aku seakan tersihir untuk kembali membangun persahabatan kami.
  • Selama ini, setiap Edward butuh teman, aku selalu ada untuk dia. Tapi, ketika aku butuh teman, Edward selalu sibuk dengan urusannya. Ini tidak adil. Apalagi, setiap Edward minta aku menemaninya, banyak pengorbananku. Aku harus membawa kendaraanku sendiri.
    Setidaknya dia menjemputku. Tapi aku tidak pernah mengeluh. Asal aku bisa bertemu dengannya, aku bahagia. Sekali lagi, ini tidak adil bukan? Aku terlalu bodoh, menjadi boneka untuk Edward. Tidak pernah sekalipun Edward mau ketika aku meminta dia menemaniku atau ketika aku butuh seorang teman untuk bercerita. Padahal sering kali ketika dia mengajakku makan siang bersama di kampus, aku mau menemaninya. Meskipun aku sudah makan, atau aku harus keluar kelas.

    Edward tidak pernah menyadari begitu besar aku menyayangi dia, bahkan mencintai dia. Biarlah semua berjalan apa adanya. Aku akan terus bertahan, dan akan tetap menganggap Edward sahabat sekaligus kasih tak tercapai. Meskipun aku akan semakin sakit, tapi biarlah, aku tidak mampu menjauh dari Edward.
  • Lebih baik bersama Edward dengan sakit hati daripada tidak bersama Edward, tetap saja sakit hati.

    Sampai suatu saat aku berterus terang kepada dia bahwa aku gay. Dia hanya menganggapku bercanda. 'Terserah kamu mau anggap serius atau tidak. Yang penting aku jujur sama kamu,' ucapku. Akhirnya dia percaya, dia mendukungku dan memperingatkanku agar selalu berhati-hati dalam memilih pasangan hidup cowo.
    Aku berterus terang setelah empat tahun mengenal dan tersiksa olehnya. Dengan dua kemungkinan dan harapan: dia menjauhiku karena aku gay, tapi aku bisa melupakan semua sakit hatiku, atau siapa tahu dia juga biseksual selama ini. Dua kemungkinan yang menguntungkanku yang membuat aku berani untuk mengakuinya.

    Setelah pengakuanku, tidak ada yang berubah. Hubungan kami masih sempat pasang surut.

    September 2008 merupakan bulan yang paling bahagia sekaligus menghancurkan hidupku.
  • Suatu malam di bulan September Edward mengajakku makan malam. Kami berdua tidak terlalu banyak bicara, dan obrolan kami malam itu hanya seputar masalah kuliah, masalah cewenya Edward (yang paling bikin aku bt) dan obrolan ringan lainnya.
    Ketika kami selesai makan dan berniat untuk pulang, aku iseng mengajak Edward ke rumahku, dengan alasan kami sudah lama tidak bertemu dan ngobrol, mumpung ada waktu senggang. Edward menerima ajakanku.
  • ivanuhe wrote:
    Suatu malam di bulan September Edward mengajakku makan malam. Kami berdua tidak terlalu banyak bicara, dan obrolan kami malam itu hanya seputar masalah kuliah, masalah cewenya Edward (yang paling bikin aku bt) dan obrolan ringan lainnya.
    Ketika kami selesai makan dan berniat untuk pulang, aku iseng mengajak Edward ke rumahku, dengan alasan kami sudah lama tidak bertemu dan ngobrol, mumpung ada waktu senggang. Edward menerima ajakanku.
    Trus..??
  • ade_man wrote:
    ivanuhe wrote:
    Suatu malam di bulan September Edward mengajakku makan malam. Kami berdua tidak terlalu banyak bicara, dan obrolan kami malam itu hanya seputar masalah kuliah, masalah cewenya Edward (yang paling bikin aku bt) dan obrolan ringan lainnya.
    Ketika kami selesai makan dan berniat untuk pulang, aku iseng mengajak Edward ke rumahku, dengan alasan kami sudah lama tidak bertemu dan ngobrol, mumpung ada waktu senggang. Edward menerima ajakanku.
    Trus..??
    Ed d grepe trus d perkosa... n jadi benci ma ivan....
  • Sesampainya di rumahku, ternyata kedua orang tuaku sedang pergi. Jadi aku hanya berdua dengan Edward. Tapi aku tidak berpikiran macam-macam. Kami masuk ke kamarku. Untuk mengisi kesepian, aku menyalakan komputerku untuk memutar lagu di mp3.
    Tiba-tiba Edward duduk di sebelahku dan menyandarkan kepalanya di pundakku. Ini hal biasa karena selama empat tahun ini, aku dan Edward terbiasa bercanda saling menggelitik pinggang atau memeluk bahu atau mengelus-elus rambut.
    Aku menghindari sandaran Edward. Aku tidak mau terlalu dekat karena niatku untuk menjadikan Edward sebagai teman, tanpa hal-hal yang bisa membuat aku kembali menyukai dia (sudah ada kemajuan dalam diriku mengurangi kadar kegilaanku terhadap Edward).
    Aku berbaring di kasur membiarkan Edward mengotak-atik komputerku. 'Ga ada yang aneh-aneh ko di komputer aku,' kataku.

    Jam sepuluh malam saat itu, Edward pamit. Sebelum dia keluar dari kamarku, tiba-tiba dia menempelkan pipinya ke pipiku.
    'Dah aku cium ya,' katanya.
    Aku kaget Edward berbuat seperti itu.
  • Karena salah tingkah aku berkata kepada Edward, 'Apaan cuma nempelin pipi aja, bukan cium itu.'
    Edward yang sudah sampai di pintu kamarku kembali menghampiriku dan mencium pipiku.

    Ada apa dengan Edward? Apakah Edward biseksual pikirku.

    Dengan keberanian Edward menciumku, memancing aku untuk membalas ciumannya.
    Aku tarik tangannya dan aku cium pipinya. Edward tersenyum sambil melangkah keluar kamarku.
    Perasaanku terhadap Edward yang selama ini aku pendam tiba-tiba meledak.
    Naluriku, aku tarik tangannya, dan tanpa sadar aku cium bibirnya. Aku tidak memikirkan apapun yang akan terjadi, apakah itu Edward akan marah kepadaku. Tapi Edward diam saja dan tersenyum.

    'Kenapa kamu diem aja?' tanyaku.
    Tanpa menjawab Edward mendorongku ke kasur dan dia menimpaku.
    Kami berciuman cukup lama. Dan ketika aku akan membuka celananya, Edward tersenyum dan menolak.

    'Sorry Edward,' maafku.
    'Jangan dulu. Sory selama ini aku ga berani bilang ke kamu. Aku biseks,' kata Edward.
  • Aku tidak terlalu terkejut karena selama ini aku telah curiga. Tapi saat ini aku mempunyai kepastian tentang siapa Edward, pengakuan dari mulutnya sendiri.
    Malam itu memberi kesan tersendiri untukku, meskipun kami hanya berciuman, tidak melakukan hubungan seksual.

    Sejak saat itu hubungan kami semakin membaik. Perhatian antara kami berdua kepada satu sama lain, layaknya sepasang kekasih.
    Dan baru kali ini Edward membuat aku bahagia.
    Aku kembali menggantungkan harapan, meskipun aku harus berbagi Edward dengan cewenya.

    Hingga seminggu kemudian. Edward mengajakku ke rumahnya dengan alasan rumahnya kosong. Terang saja aku bersemangat. Apalagi undangan Edward kali ini adalah untuk menyelesaikan permainan yang tertunda sejak saat di kamarku.
    Aku datang ke rumah Edward sore hari. Kami berdua ngobrol sambil nonton tv, sambil menyandarkan kepala, sambil berpelukan.
    Sebagaimana layaknya pasangan yang sedang dilanda asmara, akhirnya terjadilah percintaan di antara kami.
  • 'Maaf Van. Ga seharusnya ini terjadi. Aku nyesel, kita temen tapi melakukan hal seperti ini,' kata Edward.
    'Jangan nyesel, aku rela ngelakuin ini karena aku sayang sama kamu,' jawabku.
    'Tapi aku udah punya cowo,' sanggahnya.

    Aku tidak percaya atas apa yang telah keluar dari mulut Edward. Edward sudah memiliki cowo. Itu artinya aku menjadi orang keempat dalam hidupnya saat itu.

    'Janji ya Van, kamu ga boleh suka sama aku, ini cuma having fun doank ya,' katanya lagi.
    Aku tidak percaya atas apa yang telah diucapkan Edward.
    Cuma having fun! Aku ga boleh suka sama Edward? Apa maksudnya? Setelah terjadi percintaan di antara kami, Edward baru berkata seperti itu.
    Sakit hati kembali aku rasakan. Lebih sakit dari sebelumnya. Apa tujuan dia membangun kembali hubungan yang sangat dekat denganku setelah kejadian di kamarku? Apa hanya karena dia ingin bercinta denganku dia mendekatiku?
  • Oh Edward. Aku ini orang yang perasa dan sensitif. Aku bertindak sesuai perasaanku.
    Setelah aku bercinta denganmu, terang saja perasaanku semakin kuat dan aku benar-benar jatuh cinta kepadamu. Tapi saat itu juga kamu melarang aku untuk jatuh cinta kepadamu.
    Aku bercinta dengan segenap hatiku dan cintaku, tapi kamu bilang itu hanya sekedar having fun..

    Sepulangnya aku, Edward sms aku, 'Maaf ya Van buat semua yang udah terjadi. Aku mau kamu melupakan semuanya, dan kita tetep temen.'

    Meskipun Edward berjanji untuk tetap bersahabat denganku, tapi seiring berjalannya waktu melunturkan hubungan kami.
    Sekali dua kali kami pergi bersama cewenya Edward. Sekali dua kali kami saling menanyakan kabar dan bercanda kapan akan mengulangi kejadian seperti waktu itu.
  • Tapi saat ini aku dan Edward benar-benar hilang kontak. Sms terakhir dari Edward aku terima ketika dia mengucapkan selamat tahun baru.
    Aku sudah cukup disakiti dan dipermainkan oleh Edward. Bagaimana perasaanku melihat cowo yang pernah bercinta denganku bercumbu dengan cewenya di depan mataku sendiri?

    Empat tahun aku tersiksa oleh sikap cuekmu, mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Dan ketika kamu membuka diri seolah memberiku harapan, aku merasakan penantianku selama empat tahun ini membuahkan hasil, tapi kamu hanya mempermainkan aku.
    Lebih baik aku tidak bercinta denganmu tapi hubungan kita tetap sebagai sahabat.
    Mengapa kamu lakukan ini?
    Mengorbankan persahabatan kita..
    Yang aku sayangkan, empat tahun bukan waktu yang sebentar.
    Banyak kenangan dalam hidup kita berdua dimulai kita pertama kali kenal, bertemu sampai akhirnya.
  • Kisah ini aku anggap kisah luar biasa karena sejak awal pertemuanku dengan Edward, kami berteman tanpa mengetahui orientasi seksual masing-masing.
    Edward, sahabatku, juga orang yang paling brengsek, sedangkan aku orang yang paling bodoh, telah menutup kisah ini untuk selamanya.
    Aku akan tetap menganggapmu sahabatku. Aku akan selalu ada untukmu kalau kamu butuh teman jalan atau ngobrol, karena aku telah berjanji untuk tidak berubah dan juga telah berjanji untuk tidak menyukaimu. Good bye my friend!

    THE END
  • begitulah akhir cerita nya, kalau persahabatan di bumbui nafsu.
Sign In or Register to comment.