Cinta Rumput Kertas
(Ini gua ambil dr situs cerpen net)
Apa analogi untuk seorang waria? Gadis kekasihku menjawabnya, “Rumput kertas.”
Enam bulan terakhir ini, semenjak semester lima masa kuliah, aku menjalin hubungan terlarang dengan kakak angkatanku, bernama Dimas. Dimas adalah seorang pemuda alim, pintar, pendiam, berprinsip, dan kaku. Awalnya aku tak menyangka ia mau menerimaku, yang notabeninya adalah orang yang disebut “monster” di kampusku. Ia hanya memberitahuku, bahwa aku adalah seseorang yang unik. Itulah yang membuatnya tertarik.
Selama menjalin hubungan cinta dengan Dimas, aku merasa Tuhan menjawab doa-doa kesendirianku, setelah IA mengambil ibuku dan membuat ayahku membuangku karena aku waria, aib keluarga. Malamku tak lagi sepi. Hariku tak lagi sunyi. Dimas mengisi kisah hidupku yang sesunyi kutub selatan sebelumnya.
Meski harus berpacaran secara sembunyi-sembunyi, aku menjadi manusia paling bahagia saat bersamanya. Sayang, selamanya Cinderela di cerita dongeng adalah seorang wanita. Dan Adam tercipta hanya untuk Hawa, karena Hawa adalah tulang rusuknya. Kedatangan Jasmin Aminah Umar, gadis cantik, alim, berjilbab, dan pintar di antara aku dan Dimas, membuat Dimas tersadar bahwa ia adalah kumbang untuk bunga di taman, bukan untuk rumput kertas. Dalam waktu yang begitu cepat, Jasmin berhasil membuat Dimas jatuh cinta, dan mengembalikan jiwa lelaki sejatinya. Selang beberapa hari, Dimas mengaku padaku kalau ia jatuh hati kepada Jasmin. Di suatu malam, ia memelukku dengan erat sembari menangis, untuk memintaku melepaskannya, karena dia benar-benar jatuh cinta kepada Jasmin, yang telah memintanya untuk menjadi kekasihnya. Bagai disambar petir dan diterjang tsunami, aku hanya membelalakkan mata, menatap diriku pada cermin. Di cermin, aku melihat seorang monster yang kalah, tak berdaya, dan tak memiliki hak untuk melarang kekasihnya meninggalkannya. Aku adalah dosa dan neraka untuknya. Lalu, kumandang adzan Maghrib menyertai keikhlasanku untuk melepas Dimas, demi mencapai surganya.
Sepeninggal Dimas, hidupku kembali hampa. Rasanya seribu kali lipat lebih hampa dibandingkan kehidupanku sebelum mengenalnya. Dan karena tak mau terlalu larut dalam kesedihan, akupun berkonsentrasi dengan menyibukkan diri pada pekerjaan baruku, yaitu menjadi cleaning service di asrama mahasiswa kaya di lingkungan kampus, demi mengumpulkan uang untuk biaya skripsiku nanti.
>>>>
Sudah beberapa minggu aku tak mendengar kabar Dimas dan kekasihnya, karena aku juga tak mau mendengarnya. Sampai sebuah berita menghebohkan muncul di surat kabar harian kampus. Jasmin digosipkan berprofesi sebagai “ayam kampus” paling terkenal di kampusku. Bukti foto saat Jasmin masuk ke sebuah hotel bersama seorang pria di surat kabar tersebut, sontak membuat orang membelakkan matanya karena tak percaya, gadis sealim Jasmin bisa melakukan hal setabu itu. Dengan bercurai air mata. Jasmin yang mengaku telah difitnah, didzolimi ketua redaksi surat kabar harian kampus yang notabeninya adalah mantan kekasihnya, menghimpun seluruh anggota organisasi Islam di kampus untuk membelanya, dengan melakukan demo pembersihan nama baik di area kampus selama tujuh hari. Dan aksinya itupun berhenti, dengan pernyataan tertulis yang dikeluarkan pihak rektorat kampusku, bahwa berita yang memberitakan tentangnya seorang “ayam kampus” adalah tidak benar. Tak hanya itu, pihak rektorat juga memberi teguran keras kepada tim redaksi surat kabar harian kampus. Kealiman dan kecantikan Jasmin telah berhasil membuat semua pihak mempercayainya, memihaknya dan membelanya, kecuali Dimas, kekasihnya sendiri.
Pagi-pagi buta, Dimas meneleponku dengan suara gundah. Ia memintaku datang ke flat asramanya. Awalnya aku ragu untuk datang menemuinya, namun mendengar nada keputus-asaannya, aku tak tega. Ia merana, dan membutuhkanku.
Sebelum matahari terbit, aku tiba di flat asrama Dimas yang pagi itu sangat berantakan. Semalaman ia mengobrak-abrik seluruh isi flat asramanya menjadi bak kapal pecah. Saat melihatku, ia hanya diam dengan ekspresi kalah. Hanya menatapku seperti elang melihat seekor ular. Lalu tanpa berkata apa-apa, aku mendekatinya, menjamah wajahnya dengan jemari tanganku. Setelah itu, kami berpelukan hingga kurasakan terik mentari yang menyengat di punggungku, lalu terdengar ketukan pintu yang sangat keras yang disusul suara Jasmin memanggil.
Sontak, Dimas terlihat panik. Ketakutan.Ia menyuruhku sembunyi di dalam lemari bajunya, karena ia tak mau Jasmin melihatku. Aku yang tak menyangka Dimas bisa besikap seperti itu padaku, hanya menurut, dengan duduk menyiku, membisu, di balik gantungan baju-bajunya dalam almari sempitnya. Setelah itu, aku hanya bisa mendengar pertengkaran hebat antara Dimas dan Jasmin di dalam kamar, yang diakhiri dengan suara ciuman, suara pelukan, dan suara desahan orang bercinta.
Sendiri, dalam almari baju Dimas yang gelap, aku hanya bisa menyandarkan diriku ke dinding alamari, karena tubuhku terasa lemas, sembari menyumbat kedua telingaku. Aku menangis lirih tanpa ada yang peduli. Tak ada yang peduli.
Lalu, tiba-tiba aku mendengar “suara asing” berbisik lirih padaku:
“Selamanya, kumbang hanya menghisap madu tumbuhan segar, bukan rumput kertas di selokan.”
Setelah itu, aku tersadar. Seburuk apapun Jasmin, dia bisa menjadi surga untuk Dimas. Dan sesempurna apapun diriku, aku akan tetap menjadi neraka untuk Dimas.
Ini bukanlah sikap pesimistis, namun ini sikap realistis.
SELESAI
(diambil dr situs Cerpen Net)
So Excellent story about homosexual's love
Comments
Tp k0k g adil getu y0w critanya..
Sesempurna apapun kta kok msh tetep g bisa nyaingin yg asli??
Da yg bisa nerangin keadilan bwt kta gag?kok gw jd bingung
trnyata g da keadilan bwt kaum kta yach..
Au ah tmbh binun..
.
Eh,ngmng2 sbutan kaum gay apaan yach?klo waria rumput kertas..kta apaan dunk?kumbang kertas??
-g pntng yach ^^
hehe..
wonder what it looks like Lol......
tp neh crita emang bgz bgt d....
sundul ah sundul .. biar nggak tenggelam ..
BAKAR! BAKAR! BAKAR!
BAKAR si rumput kertas!!
*sambil melakukan tarian pemuja berhala*
Ah terlalu menyayat hati
tapi klo sama waria ya ttp neraka