BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

CERITA FIKSI

edited December 2008 in BoyzLove
Cerita fiksi, iseng2 aj dah buat. cm belum jd semuanya neh, maklum klo kepotong2.

mulai aj :

“He’s called Jima”

Brian Kinney, ia kebingungan, terjebak antara hiruk pikuk cinta yang rumit dan dilemma yang sangat berat. 2 tahun yang lalu ia bertemu dengan Jima pada juni 2006 dan sekarang ia harus mengakhirinya bagaimanpun juga. Jima dengan tampilannya yang membuatnya tidak bisa berkutik selama satu menit terus menghantui hari-harinya bahkan hidupnya.
Namun, ia bertekad untuk menaklukan kutukan Jima untuk dirinya, ia haus akan keberadaan Jima namun ia tahu setahun yang lalu ia telah melakukan kesalahan yang sama di tempat yang salah, di waktu yang salah dan di posisi yang salah. Ia haus akan memperbaikinya hingga sekarang dan ia tahu itu.
Dapatkah ia berhasil ? Sedangkan tantangan dan masalah menghantuinya sepanjang waktu. Apakah ia bisa bangkit? Cerita ini layak untuk dibaca karena cerita ini menyajikan kisah yang sangat berbeda dari yang lain. Cerita ini berlatar di Queensland, Australia. Hingga tokoh-tokohnya dan sistem pemerintahan.

CHAPTER 1
18th June 2006, Brian Kinney telah mengikuti hari ke 2 kompetisi olahraga di Queensland Collage. Hari-harinya sedikit membosankan dan ia menuju pintu keluar dari sekolahnya. Pada saat yang bersamaan ia melihat cowo yang seksi dan ia menyapanya, namun ia tidak begitu mengenalnya tapi pada saat itu, cowok itu membalasnya dan dengan perasaan yang mendegu-degup dan dibumbui rasa bersalah Brian malah meneruskannya. Hanya sekedar basa basi, ia menanyainya tentang jurusan mata kuliahnya dan dengan cepat orang itu mengundang ke dalam dunianya. Brian berbincang bincang sekitar 5 menit dan dengan cepat Jima mengajaknya ke tempatnya, mungkin menurut Brian tempatnya biasa biasa saja namun daya tariknya sangat memikat dan Brian tak berkutik beberapa menit namun ia kembali sadar ke dalam dunia nyata.
Brian berpikir bahwa Jima pun menilai sama tentang dirinya. Jima dengan ekspresi yang memikat, mengajaknya untuk keluar bareng setidaknya berdua. Sebuah kesempatan yang besar bagi mereka berdua khususnya Brian. Suatu hal yang baru dan istimewa namun secara tak sadar Jima perlahan lahan ikut merasakannya juga. Mereka bersantai-santai di tempat Jima namun pikirannnya masih terbayang akan hal yang manis dengan Jima.
Pukul 03.35 PM. Brian segera pulang melewati jalanan yang ramai di Queensland dengan imajinasinya yang masih membayangi Jima. Dan rasanya Jima’s Factor masih terngiang di pikirannya.
Tapi Brian optimis bahwa semuanya akan berjalan sesuai rencana walau keraguan masih tersisa di dalam pikiran Brian. Keesokan harinya ia tetap memikirkannya hingga sisa-sisa kekagetan dan rasa bersalah tetap nyata berkembang biak di dalam pikirannya. Ia tetap pergi ke Queensland collage pada pagi itu.
Ia mencoba untuk mengobrol dan berusaha mendekati Jima, kebetulan ia mengikuti acara renang di kuliahnya. Jima terlihat diarah jam 4 / tenggara, ia tengah asyik bersantai walau teman-temanya sibuk mengobrol sana-sini.
“Hai, bukannya kita bakal pergi neh? Aku cari – cari kamu di kampus pagi tadi.” Brian menyahutnya. “ Mm, ak ada renang N gimana kalo kita pergi ke tempat temen aku, mau ikut ?” Tanya Jima dengan suara yang memikat bagaikan desahan yang sempurna. Hasrat Brian mulai memuncak dan tak karuan, jantung berdetak cepat bagaikan mobil formula-one. “Ya, napa nga?” Balas Brian.
Mereka berdua sedang dalam perjalanan ke tempat Arrie Mcnail, teman Jima, hanya beberapa mil dari kampusnya. Perasaan Brian tak karuan, gugup, senang, terkesima, berhasrat tinggi ingin rasanya berduaan denganya. “Oyah, aku ada cemilan, mau?” Jima menawarkan dengan senyuman manis dan tak banyak omong. “Yeah,thanks”. Brian berusaha untuk tak kelihatan gugup.
Tiga puluh menit kemudian mereka sampai di rumah Arrie Mcnail, looks like ordinary tapi aura’nya begitu dingin hingga membuat hasrat dan bulu kuduk berdiri. Mereka tengah bersantai2 layaknya para remaja pada umumnya. Dan itu membuat Brian makin menggebu gebu ingin menghabiskan waktunya dengan Jima exclusively secara personal.
Sign In or Register to comment.