Besok, hari selasa tanggal 18 Nov 08, akan diadakan diskusi FDG soal kekerasan yang dialami oleh kelompok homoseksual. Acara ini diadakan oleh Komnas Perempuan (KP).
Sebelumnya juga Komnas Ham melakukan hal yang sama. Malah akan membangun jaringan kelompok "minoritas" untuk penegakan hak - hak asasi manusia.
Dalam setahun ini banyak sekali isu - isu homoseksual menjadi diskusi yang dalam dibeberapa tempat. Misalnya sekarang ini sedang berlangsung pelatihan soal gender dan seksualitas di UGM Yogyakarta. Sebelumnya Gaya Nusantara juga melakukan hal yang hampir sama.
Baru saja di UI juga selesai acara isu keberagaman seksual yang diadakan oleh Fakultas BUdaya UI. Banyak melibatkan lembaga - lembaga homoseksual untuk bicara.
Minggu lalu juga ada diadakan seminar seksualitas di Hotel Sahid.
Dan sekarang Desantara minta aku koordinir pembuatan jurnal perempuan dan budaya. tema nya adalah isu homoseksual dalam konteks budaya Indonesia.
Intinya banyak sekali sekarang lembaga yang melakukan kegiatan2 berkaitan dengan isu homoseksual.
Belum lagi sudah banyak lembaga - lembaga baru. yang fokus untuk isu homoseksual. Dari mulai aceh sampai beberapa kota. Misalnya Violet Grey di Aceh, Lestari di Kediri.
Saya pikir ini menjadi tanda positip untuk majunya gerakan homoseksual. Walau aku tahu akan semakin kuat juga kelompok yang menolak. misalnya UU Porno yang menyebutkan homoseksual menyimpang. memang itu adalah konsekuensi dari sebuah pergerakan.
Tapi saya cuma ingin sampaikan kita sebagai kelompok gay.
Kita harus bisa membaca situasi ini. bagaimana kita bersikap dan apa yang mesti kita lakukan bersama. Sebagai kelompok gay. Baik untuk antisipasi atau untuk melakukan perlawanan. Intinya kita tidak bisa hanya ke pub dan ketawa - tawa saja. karena diluar sana sudah banyak fakta isu ini dibicarakan. Walau dugem juga bukan hal yang salah.
Seperti ide teman - teman membuat majalah homoseksual ini sebuah kemajuan yang luar biasa.
Kalau misalnya majalah itu terwujud dan bisa operasi. Aku yakin akan sangat memberikan kontribusi yang sangat luar biasa.
Gerakan homoseksual di Indonesia akan banyak terbantu dengan majalah tersebut.
Walau lagi - lagi aku sadar sekali bahwa tekanan penolakan akan besar juga dengan keberadaan majalah itu nantinya.
Tapi asal kita melakukan dengan soft dan santun yakinlah kelompok menolak akan juga melakukan hal yang santun untuk melawannya.
Kalau PKS misalnya buat dialog atau membuat media tandingan soal homoseksual. Itu malah justru keberhasilan kita. Karena kita dapat respon dari kelompok yang sangat menolak. Biarkan publik yang menilai mana yang rasional dan mana yang tidak.
Sekali lagi, maju terus teman - teman. jangan pernah gentar untuk merebut keadilan tersebut.
Ingat kata seorang pejuang ham di Jakarta kepada ku. katanya kepada ku, Toyo, bahwa Hak asasi manusia itu tidak datang dari langit dan datang sendiri.
Tapi harus direbut dan diperjuangkan.
Makanya terus Toyo dan teman - teman mu perjuangkan hak - hak kelompok homoseksual.
Aku ingat itu. Dan aku akan rebut itu, walau aku tahu itu butuh waktu panjang dan energi yang besar.
Mari teman, kita bergandengan tangan, kita rebut hak - hak kita bersama.
Ciptakan Indonesia menjadi negara yang menghargai perbedaan.
Pasti bisa kita wujudkan kalau kita bersatu. Kerah kan sesuatu yang kamu bisa untuk merebut keadilan itu. Tapi ingat harus dengan kasih dan tanpa kekerasan, seperti yang dilakukan oleh Mother Teresa dan Mahatma Gandhi.
Wasalam
Toyo
Comments
Hidup buat Mas Toyo...
tapi harus diingat beragam pandangan akan memberikan sorotan tajam ketika hal ini di cuatkan kepermukaan...
konstelasi politik sewaktu-waktu dapat berubah dan menyudutkan kaum gay...maka dari itu saya sarankan agar pergerakan ini melihat kepastian kondusifitas bangsa...jangan sampai jadi korban tameng segelintir orang yang berdasi aja...
salam...
Acara itu dihadiri oleh LSM - LSM LGBT dan individu LGBTIQ di Jakarta. Difasilitasi oleh dosen krimonolog UI, yang kebetulan dia Lesbian. Juga dihadiri oleh Mbak Nana (ketua komnas Perempuan).
Dasar pikirannya adalah komnas perempuan akan membuat laporan tahunan kekerasan terhadap perempuan. Jadi kegiatan ini dapat menjadi masukan untuk dapat memasukan kekerasan yang dialami oleh LGBTIQ dalam laporan Komnas perempuan tersebut. Laporan itu akan diberikan oleh semua lembaga publik di Nasional dan International.
Tapi pertemuan itu bukan hanya pertemuan awal saja. Tapi kita mendesak akan Komnas perempuan juga punya komitmen dalam jangka panjang.
Sehingga karena mandat komnas perempuan adalah untuk penghapusan kekerasan terhadap perempuan.
Makanya diskusi awalnya adalah membahas siapa sih yang disebut perempuan?
Menarik diskusi ini, karena ternyata dari hasilnya bahwa perempuan tidak hanya dilihat dari kontek biologis saja tetapi juga sosiologis dan psikologis. Kayak kita di forum ini lah, secara phisik punya penis. Tapi sering sikap dan diri kita merasa perempuan misalnya.
Ini yang disampaikan dalam diskusi tersebut. Walau tidak ada kesepakatan bersama bahwa siapa itu perempuan?
Intinya bahwa perempuan biarkanlah diri sendiri yang menilainya apakah dia perempuan atau tidak. Yang penting tidak ada diskriminasi terhadap perempuan tersebut.
Walau LBH APIK, Ardhanary Institute memilih untuk menyebutkan perempuan dalam konteks biologis. Tapi lagi - lagi ini pilihan lembaga untuk mendefinisikan ini.
Karena banyak rupanya lesbian yang butch tidak nyaman dirinya disebut perempuan. MIsalnya merasa asing dengan komnas perempuan tapi disisi lain banyak waria yang merasa dirinya perempuan. Tapi yang merasa diri laki - laki tidak nyaman dengan kelompok perempuan. Sedangkan yang merasa diri perempuan (waria) tidak diterima dalam komnas perempuan atau organisasi perempuan. Ini jadi menarik karena ada fakta seperti ini. Kadang kita lupa dari perhatian kita.
Kemudian juga dibahas soal bentuk - bentuk diskriminasi yang dialami oleh kelompok LGBTIQ selama ini. Teman - teman banyak cerita pengalamannya dari mulai diskiriminasi dari tempat kerja, negara, sekolah, keluarga, masyarakat, tafsir agama, sesama pasangan gay sampai soal diri sendiri.
Sehingga dikelompok diskriminasi yang dari internal dan ekternal. Mislanya yang internal banyak gay masih merasa berdosa, salah, menyimpang dan kadang bingung dengan dirinya.
Selain itu antar kelompok gay, kita sering merasa lebih baik dari yang lainnya. Misalnya heteroseksual lebih baik dari biseksual, biseksual lebih baik dari gay, gay Top lebih baik dari gay verstile, gay verstile lebih baik dari gay Bottom. Kemudian bottom lebih baik daripada waria.
Hal - hal seperti ini menunjukkan dalam kelompok gay sendiri terjadi pengkotakkan dari. Merasa lebih baik dari yang lainnya.
Misalnya macho lebih baik dari feminin.
Menurut diskusi itu menunjukan bahwa selama ini hubungan gay "terjebak" dalam konsep heteronormatifitas.
Artinya kita masih menilai bahwa laki - laki lebih baik dari perempuan, maskulin (macho) lebih baik dari feminin. Makanya apabila ada laki - laki feminin, lemah lembut dan bottom maka dia akan lebih rendah dengan laki - laki gay yang top dan macho. Tanpa kita sadari ternyata kita terjerat dalam sekat - sekat budaya partriarki tersebut.
Satu lagi komnas perempuan selama ini kurang begitu perhatian dengan isu LGBTIQ. Tapi menurut ketua KP bahwa sekarang mulai akan fokus untuk isu LGBTIQ. Karena diakui bahwa kelompok LGBTIQ sangat rentan terhadap kekerasan. Kecuali yang masih in the closet, biasanya lebih "aman" dalam publik tapi mungkin tidak dalam hati setiap gay.
Kedepannya memang pertemuan akan lebih matang misalnya soal bagaimana strategy yang harus dibangun bersama.
Mungkin itu saja teman - teman informasinya. memang ini masih panjang untuk melakukan perubahan bersama.
Tapi minimal kita harus lakukan dengan pelan dan strategis.
Salam
Toyo
Saya sangat setuju dengan mas toyo
apapun resikonya harus dicoba utk membuka wawasan masyarakat yg msh awam, utk menghindari salah paham
secara fakta sbetulnya banyak kasus dimana gay mjd korban pemerasan, penganiayaan....tapi justru mereka tdk brani lapor karna malu, hingga korban makin banyak
si pemangsa pun makin berani karna kaum gay dianggap kaum yg dipojokkan, tidak ada yg membela
makanya pembelajaran masyarakat itu perlu agar mereka lebih punya wawasan yg benar akan gay
juga utk menghindari aksi2 kekerasan masyarakat yg notabene kurang wawasan sehingga punya persepsi yg salah thd kaum gay
trims bung toyo
satu langkah lagi aku,
‘kan mengulang semuanya
bertemu raga dan wajahmu,
‘kan mengingatkan penyesalanku
mimpiku yang selama ini,
‘kan menjadi kenyataan
entah apa yang terjadi,
kau hilang di kedua tanganmu
reff:
sendiri… biarkan aku sendiri
sendiri… oh.. oh..
sendiri… biarkan aku sendiri
sendiri… oh.. oh..
bila kuberi kau kasih,
kau berikan caci maki
dan itu terus berlanjut,
tak akan pernah berhenti
setiap aku berusaha,
mengalihkan pandanganku
disaat itu kau ‘kan beri,
kasih yang aku dambakan
back to reff.
satu langkah lagi aku,
‘kan mengulang semuanya
bertemu raga dan wajahmu,
‘kan mengingatkan penyesalanku
mimpiku yang selama ini,
‘kan menjadi kenyataan
entah apa yang terjadi,
kau hilang di kedua tanganmu
reff:
sendiri… biarkan aku sendiri
sendiri… oh.. oh..
sendiri… biarkan aku sendiri
sendiri… oh.. oh..
bila kuberi kau kasih,
kau berikan caci maki
dan itu terus berlanjut,
tak akan pernah berhenti
setiap aku berusaha,
mengalihkan pandanganku
disaat itu kau ‘kan beri,
kasih yang aku dambakan
back to reff.
satu langkah lagi aku,
‘kan mengulang semuanya
bertemu raga dan wajahmu,
‘kan mengingatkan penyesalanku
mimpiku yang selama ini,
‘kan menjadi kenyataan
entah apa yang terjadi,
kau hilang di kedua tanganmu
reff:
sendiri… biarkan aku sendiri
sendiri… oh.. oh..
sendiri… biarkan aku sendiri
sendiri… oh.. oh..
bila kuberi kau kasih,
kau berikan caci maki
dan itu terus berlanjut,
tak akan pernah berhenti
setiap aku berusaha,
mengalihkan pandanganku
disaat itu kau ‘kan beri,
kasih yang aku dambakan
back to reff.