Teman - teman, anggota Pansus RUU Porno sekarang lagi rapat soal RUU Porno. Seperti RUU ini akan tetap disyahkan walau ada beberapa pasal yang berubah.
Tolong SMS sekarang kepada anggota Pansus. sampaikan kepada pansus bahwa Pasal 4 soal penyimpangan seksual yang didalam penjelasannya dikatakan bahwa homoseksual adalah penyimpangan seksual.
Sampaikan melalui SMS kepada anggota pansus RUUP bahwa penjelasan pasal 4 itu salah, karena menurut
Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III) pada bagian F66, menekankan bahwa orientasiseksual salah satunya homoseksual tidak boleh dianggap gangguan jiwa (penyimpangan).
PPDGJ III ini adalah buku panduan untuk psikolog dan psikiatri yang dikeluarkan oleh Depkes dan WHO pada Tahun 1993. Yang juga diakui secara International (dalam versi englishnya DSM IV).
Menurut mbak Eva, untuk meng sms anggota pansus supaya mereka tahu bahwa penjelasan pasal 4 khusus untuk homoseksual adalah salah.
1. Eva Sundari (anggota Pansus PDIP), hp 0*8*1*2*3*1*1*4*6*3*1
2. Dewi (Anggota PDIP), 0*8*1*6*1*8*3*5*0*9*3
3. Agung Sasongko (PDIP), 0*8*1*2*2*6*5*1*3*7*0
4. Ibu Badriyah ( PKB ), 0*8*1*1*9*4*8*8*1*2
5. Balkan Kaplale ( Demokrat), 0*8*1*8*3*8*9*1*0*0*1
6. Yoyoh Yusroh (PKS), 0*8*1*3*8*5*5*1*0*2*2*2
7. Chairunisa (Golkar), 0*8*1*1*4*2*3*8*6
8. Tamburaka , 0*8*1*3*1*0*1*0*8*0*0*4
9. Zubairi Hasan (PPP), 0*8*1*3*1*9*2*2*1*1*4*4
NB : Tolong kirimkan info ini dengan bahasa santun jangan pakai maki - maki atau marah2, dan yakinkan kepada pansus bahwa penjelasan pasal 4 adalah salah.
Mudah2an ini cara efektif memberikan pendidikan pada anggota DPR yang OON itu.
Menurut mbak Eva (PDIP), waktu dia usulkan untuk dihapus penjelasannya banyak anggota pansus menolak. Tapi PPP malah justru mendukung dihapus. Sehingga menurut mbak EVa kalau bisa di SMS soal informasi ini mudah2an anggota pansus jadi mau menghapusnya. Biar gak ketahuan GOBLOK nya anggota DPR itu.
Teman - teman tolong ya sms nya..
Jika SMS jangan lupa tekankan soal PPDGJ III nya biar ada rujukannya.
Salam
Toyo
Comments
gak ah ga sopan toyo.
lagian ... di sini juga banyak lho anggota DPR ... dan ada juga anggota DPR yang perhatian sama mas toyo, kan???
(walaupun gua setuju sering juga gua kesel ama mereka-mereka ... tapi yah ... itulah ... for better for worse ... mereka wakil rakyat ... )
Pokoknya sms ya..
Salam
Toyo
1. Pasal 14 sudah dihilangkan mengenai seni dan budaya.
2. Adanya pemberatan pidana untuk para pelaku yang menggunakan anak sebagai objek dan industri ( minimal 1 dan 2 tahun).
3. Adanya penegasan pasal proteksi anak dipasal 4, walau gagal minta diskripisi persenggamaan di buang.
4. Pornografi untuk "konsumsi" milik pribadi sudah tidak lagi dikiriminalkan dalam RUU ini dan dijamin dalam UU.
PDIP masih keberatan dengan :
1. Pasal 4 mengenai penjelasan yang menyatakan homoseksual sebagai penyimpangan seksual.
2. Pasal 1 masih ada elemen gerak tubuh dan pertunjukan sehingga tidak taat asas.
3. Pasal 21 - 23 mengenai peran serat masyarakat, karena akan mendorong anarkis dan polisi moral.
Informasi ini hasil SMS dengan Mbak Eva Sundari.
Btw, Teman - teman di Jakarta besok tanggal 30 Okt jam 13.00 akan melakukan konpersi pers di Gedung Pers DPR RI. Narasumber Mbak Eva, NKS dan UMI (LBH Apik).
Dari informasinya RUU ini akan disyahkan sebelum DPR Reses, yaitu kemungkinan tanggal 30 Oktober 2008.
Teman - teman ini urgent sekali, tolong sms lagi anggota pansus. bahwa sekarang soal homoseksual sudah mulai dibicarakan walau masih alot. tapi sms yang kita lakukan sangat efektif menurut anggota dari PDIP.
SMS lagi ya teman, tapi sedikit menekan ya. Tetap dengan sopan..
Saya sms dengan menulisnya :
Bapak dan Ibu Pansus RUUP, isi RUUP jika mau disyahkan tetap menjunjung tinggi bidang ilmu Psikologi dan Psikiatri, Artinya dengan tidak menyatakan bahwa homoseksual sebuah penyimpangan seksual yang ada dalam penjelasan pasal 4 RUUP.Karena sudah jelas dalam buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa ( PPDGJ) III di Indonesia pada point F66 dengan jelas meneyebutkan bahwa orientasiseksual salah satunya homoseksual bukanlah penyimpangan seksual. PPDGJ III ini adalah hasil riset yang sangat panjang dan secara akademis dapat dipertanggungjawabkan. Serta secara resmi dikeluarkan oleh DEPKES dan WHO pada tahun 1993. Saya berharap konsultasikan dahulu dengan ikatan Psikologi dan Psikiatri Indonesia tentang hal ini. Supaya RUU ini tidak terjadi kesalahan fatal yang akhirya melecehkan bidang ilmu psikologi dan psikiatri. mohon diperhatikan, wasalam. Toyo
Itu isi sms yang saya kirim ke Pansus RUUP. Teman - teman tolong sms ya, teman - teman bisa mempersingkat atau membuat kalimat yang lainnya. Untuk homoseksual memang baru sekarang diadvokasi karena kemarin kita coba colling down dulu. Saat nya ini kita akan meyerbu untuk RUU ini khusus untuk homoseksual
PDIP, PPP, PDS dan PKB sudah sepakat kalau penyimpangan dihapuskan. Heran juga ya PPP mau menghapuskan, tapi katanya alasannya sangat vulgar menyebutkan homoseksual dalam RUU ini, hehehehe.
Wasalam
Toyo
Saya sekarang jadi tahu kemana harus menginformasikan bahwa sesungguhnya proses dikeluarkannya homoseksualitas dari DSM pada tahun 1973 itu cacat secara ilmiah, sehingga seharusnya homoseksualitas itu tetap berada dalam DSM. Homoseksualitas dikeluarkan dari PPDGJ karena para psikiater di Indonesia sendiko dawuh saja tanpa berusaha menelaah sejarah dan proses pnormalisasi homoseksualitas di DSM itu. Jadi, para anggota pansus bisa punya lebih banyak lagi argumen yang valid guna mempertahankan UU yang baru disahkan ini. Sekali lagi, terima kasih buanyak
Kamu bisa buktikan secara ilmiah secara resmi dari institusi bahwa homoseksual masih layak dianggap menyimpang?
Saya jadi heran ama anggota forum ini, sudah jelas - jelas dia gay. Suka ama cowok tapi masih saja menghujat diri nya sendiri.
Sebenarnya menurut PPDGJ III yang dianggap homoseksual menyimpang adalah orang yang gay, suka masuk forum gay, suka alat kelamin laki - laki tapi dia mengaggap dirinya salah atau menyimpang. Dan orang seperti ini lah yang dianggap menyimpang seksual nya.
Lah kamu sekarang dimana posisinya, kalau gay dan kamu menolak dirimu gay. Maka kamu memang menyimpang :):)
Salam
Toyo
EMANGNYA ANDA SIAPA??? PSIKOLOG ? PSIKIATER ? LULUSAN MANA ? ANGKATAN TAHUN BERAPA ?
JELAS-JELAS PARA PAKAR KESEHATAN DUNIA TELAH MENG-EXCLUDE HOMOSEKSUALITAS DARI PENYIMPANGAN SEKSUAL ATAU PENYAKIT JIWA. ANDA INGIN MENCIPTAKAN STREAM BARU ??? COBA KEMUKAKAN DULU DASAR PIJAKAN ANALISIS ILMIAHNYA ??? 8) 8) 8)
JELAS-JELAS PARA PAKAR KESEHATAN DUNIA TELAH MENG-EXCLUDE HOMOSEKSUALITAS DARI PENYIMPANGAN SEKSUAL ATAU PENYAKIT JIWA. ANDA INGIN MENCIPTAKAN STREAM BARU ??? COBA KEMUKAKAN DULU DASAR PIJAKAN ANALISIS ILMIAHNYA ??? 8) 8) 8)[/quote]
O saya tidak menyangkal bahwa para pakar kesehatan sedunia telah mengeluarkannya dari daftar gangguan jiwa. Yang saya pertanyakan adalah dasarnya. Kalau kita bicara ilmu, mari kita bicara secara ilmiah: Hasil riset mana yang digunakan? Dimana letak kekuatan dan keterbatasannya?
Pada tahun2 tersebut, apakah tidak ada riset2 yang hasilnya menyimpulkan sebaliknya? Saya yakin pasti ada, karena 4 tahun sesudah pengeluaran itu, 69% psikiater di USA masih beranggapan bahwa homoseksualitas adalah bentuk adaptasi patologis. Tidak mungkin psikiater sebanyak itu mengambil sikap demikian murni karena sentimen pribadi atau homophobik, kan?
Dalam dunia ilmiah, pro-kontra itu biasa, Bung. Jadi bersiaplah dengan perbedaan pendapat. Bukankah para gay ingin diterima salah satunya atas nama toleransi atas perbedaan? Kenapa tidak mau menerima perbedaan pendapat?
Kita ni bergerak di tujuan yang sama, yaitu memperjuangkan kebahagiaan orang-orang yang tertarik pada sesama jenis, cuma arahnya yang berbeda. Jika menurut anda kebahagiaan adalah ketika masyarakat bisa menerima mereka sebagai kaum gay, terserah saja. Tapi kalau ada yang ingin dimotivasi untuk ke arah sebaliknya, masa dilarang?
Coba buka hasil riset tahun 1991 di Belanda oleh NEMESIS (sering dikenal sebagai Dutch Study), hasil risetnya menegaskan bahwa di atmosfer yang bebas homophobia pun ternyata para gay pun masih memiliki tingkat prevalensi masalah kejiwaan yang lebih tinggi daripada populasi umum. Ini mengindikaiskan bahwa ada suatu intrinsic disadvantage dari homoseksualitas sendiri.
Meski demikian, saya tidak melihat anda perlu sewot dengan simpulan riset ini. Toh perbedaan simpulan antar hasil2 riset itu hal yang amat biasa di dunia ilmiah, dan tidak akan sampai menimbulkan kiamat bagi pergerakan gay yang anda tekuni.
Dengan kecaman2 anda, justru saya bertanya2, sebagaimana pertanyaan seorang aktivis lesbian Camille Paglia: "Apakah identitas diri para gay sedemikian rapuhnya, sehingga tidak sanggup menerima kemungkinan adanya sebagian dari komunitas gay yang ingin mengubah orientasi seksualnya?" Jika anda ingin diakui dan diterima atas nama keragaman, mengapa sekarang anda memusuhi keragaman bersikap dalam komunitas anda? Toh, belum ada RUU yang menyatakan bahwa orang yang memiliki ketertarikan seksual pada sesama jenis harus membenarkan segala perilaku sekusla dengan sejenis.
kembali lagi soal Gay, kalau anda katakan bahwa ada orang yang tidak setuju dengan gay, itu syah2 saja. Tapi jangan ketidaksetujuan itu sampai mengakibatkan kekerasan baik phisik maupun non phisik. Itu masalah nya, jadi jangan anda katakan bahwa gay itu tidak boleh dan kemudian membuat kebijakan yang melarang gay hidup di indonesia. Itu yang saya tolak..
Kalau misalnya anda tidak setuju, silakan saja. Mau anda sangat setuju juga gpp. Tapi keputusan itu jangan sampai anda keluarkan dalam bentuk kebencian dan akhirnya melarang kehidupan gay. Itu yang saya maksud dengan tidak toleran.
Jadi kalau anda bilang keberagaman, mesti jelas dulu. Kalau misalnya FPI mukulin orang trus saya diam saja dengan atas nama kebearagaman. Itu mah salah besar, FPI harus dilarang karena sudah melakukan kekerasan... Mudah2 kamu paham apa itu keberagaman..Pokonya selagi tidak mengandung unsur kekerasan pada pihak lain, maka kita akan membiarkan dan melindunginya..Kayaknya gay yang pacaran dengan istri orang saya termasuk menolak karena melakukan kekerasan pada perempuan. jadi anda gak bisa katakan ini bagian dari keragaman, ini kekerasan. beda keberagaman dengan kekerasan..
Kalau untuk konteks gay, memang benar bahwa banyak gay yang bingung dengan dirinya sendiri.
menurut ilmu psikologi inilah yang disebut dengan persoalan seksualitas. Kayak anda itu loh, suka masuk forum ini tapi masih mengaggap gay salah dan bingung dengan gay nya.
Tapi tetap juga suka ama co, mau ninggalin gak bisa tapi merasa dirinya salah sebagai gay.
memang ini tidak melanggar UU sih, dan harus dihargai keputusan itu.
Tapi menurut ilmu psikologi orang2 seperti ini telah mengalami gangguan jiwa yang harus dibantu. Ini yang menuut kamu bahwa gay banyak mengalami gangguan, jadi bukan gay nya tapi sikapnya yang masih mengalami gangguan. jadi bedakan kedua hal tersebut.
Jadi bukan yang salah orientasinya (gay) nya tapi sikap penerimaan diri itu yang menjadi masalah. maka ketika seseorang damai dengan orientasiseksualnya maka dia tidak layak disebut dengan menyimpang. Tapi kalau dia gay tapi tetap menolak dirinya gay, maka orang seperti ini lah yang dianggap menyimpang.
Jadi sekarang anda masuk dibagian mana? Kalau memang anda masih bingung dengan diri sebagai gay, emang perlu pergi ke Psikolog untuk "menyembuhkan" sikap anda dalam melihat diri sendiri. Saya punya rekomendasi Psikolog yang bagus loh menurut aku :):)
Tapi pernah tidak anda bertanya, kenapa kalau seorang gay dan lesbian banyak yang bingung dengan orientasiseksualnya? Kenapa tidak untuk heteroseksual? Pernah tidak anda berpikir itu?? Kalau kamu ada waktu baca tentang buku teori soal HETEROCENTRIS, jadi tahu jawabannya. kenapa kamu masih bingung dengan ke gay an mu sendiri?? :):)
Salam
Toyo
(btw, bisakah kita batasi pembahasan ini agar tidak sampai kemana2? poligami, misalnya) :?
Cobalah dibaca kembali uraian saya beberapa potingan terdahulu: Adakah anjuran untuk melakukan kekerasan terhadap gay? Kalau kembali ke kata2 anda, soal nilai, seandainya ada orang yang memegang nilai bahwa perilaku seksual dengan sesama jenis itu terlarang, dimana letak salahnya? Toh, itu sebuah nilai juga, sama halnya dengan anda yang memegang nilai bahwa perilaku homoseksual itu boleh dilakukan. Jadi bagaimana, apakah nilai2 yang menganggap bahwa perilaku itu terlarang perlu dilarang demi tegaknya nilai yang anda yakini saja? :x
Justru saya merasakan anda melakukan kekerasan ditujukan kepada saya: Cobalah anda perhatikan, adakah kata2 sindiran sinis yang saya tujukan kepada anda, sebagaimana kata2 anda "Kayak anda itu loh, suka masuk forum ini tapi masih menganggap gay salah dan bingung dengan gay nya. ... Maka kamu memang menyimpang" Apakah memang beginilah wajah gerakan gay yang ingin anda tampilkan: Bukannya berupaya merangkul dan mengajak dengan kelembutan, malah menghakimi? :shock:
FYI, dulu waktu mengambil skripsi, saya mewawancarai 3 orang gay untuk narasumber berkaitan dengan penerimaan diri mereka. Dua di antaranya aktivis sebuah organisasi gay terkenal yang anda pasti sudah tahu namanya, dan seorang lagi koreografer yang pernah jadi model sampul buletinnya. Sang koreografer ini menerima orientasi homoseksualnya sebagai bagian dari dirinya sendiri, pernah beberapa kali memiliki BF, dan diterima oleh keluarganya yang demokratis. Namun ketika ditanya soal perjuangan gay, ia dengan jelas dan tegas bahwa itu tidak perlu karena perilaku homoseksual jelas2 merupakan penyimpangan terhadap norma masyarakat maupun alam. Apakah ia terlihat menderita, tertekan oleh konflik batin? Sama sekali tidak!
Justru kedua narasumber lainnya yang kelihatan sewot ketika tahu saya telah mewawancarainya. Yang satu melengos, yang satu terang2an berkata bahwa ia adalah gay yang munafik. Jadi, kita kembali ke pernyataan aktivis lesbian yang saya kutip sebelumnya, "Apakah identitas diri para gay begitu rapuhnya...dst." Dia ini aktivis lesbian loh, apakah anda juga akan mendiagnosis dirinya sebagai orang bingung? I don't think so. Saya, meski berseberangan sikap dengannya, salut terhadap kejujurannya dalam mengambil sikap (bukan karena ia kebetulan setuju dengan saya) terhadap gerakan gay yang juga didukungnya. Dan sayangnya, saya tidak bisa berkata telah melihat kualitas yang sama pada diri para aktivis gerakan gay di Indonesia, baik yang gay beneran maupun simpatisannya (gay-allies). Banyak lho mas, para aktivis gay di Amrik sono yang berbesar hati mengakui keterbatasan dan sisi gelap dalam perjuangan gay yang ditekuninya, tanpa dirinya harus merasa tersinggung. Di antaranya adalah Simon LeVay, Dean Hamer, Camille Paglia, Anne Fausto-Sterling, Doug Haldemann. LeVay sendiri bahkan mengkritik media yang salah mentafsirkan hasil risetnya seolah2 ia telah menemukan pusat homoseksual di otak. Bukan main!
Makanya, kalau sudah terjun di area kontroversial seperti ini, jangan suka tersinggung, apalagi sampai menyuruh2 orang periksa ke psikolog. Dari gambaran proses pengerjaan skripsi saya yang sudah dipaparkan di atas, anda tentunya sudah bisa meraba-raba kenapa saya tidak butuh psikolog. Saya tidak sedang bingung, justru saya merasa bahwa anda yang bingung karena tidak mengerti bagaimana mungkin ada orang yang tertarik pada sesama jenis tapi di saat yang bersamaan mengajukan gagasan yang berseberangan dengan misi gerakan gay. Ya kan? :twisted:
Bukannya ngajak berkelahi, tapi saya menawarkan solusi yang memungkinkan kedua pihak, baik gay (homoseks yang merengkuh homoseksualitasnya) dan non-gay (homoseks yang mengatasi homoseksualitasnya), untuk hidup bahagia. Selama ini propaganda gay selalu menekankan betapa menderitanya mereka yang berusaha mengatasi homoseksualitasnya, bahwa keputusan untuk mengatasi itu adalah akibat tekanan masyarakat, bukan pilihannya sendiri. Tapi dalam keseharian, saya menemukan bahwa ada orang2 yang bahagia dengan pergulatan batinnya, menemukan perdamaian antara dorongan homoseksualnya dan ajaran agama konservatifnya. Ini adalah hal yang belum banyak dijangkau oleh riset, bahkan para psikolog di Indonesia pun belum banyak yang tahu kalau ada orang yang bisa bahagia dengan kondisi seperti itu. Menurut saya, inilah saatnya menolong para non-gay yang selama ini tidak dianggap ada, bahkan para psikolog menganggapnya absurd karena tidak masuk dalam logika mereka. Makanya, mohon maaf, saya gak minat untuk bertemu dengan psikolog anda.