Dear All...
Parhatian Dunia saat ini benar benar tertuju pada House of Representatives AS (di Indonesia setingkat dengan DPR).
Paket Dana Talangan yang diajukan Bush melalui Menteri Keuangan Henry Paulson telah ditolak DPR AS dan diajukan ke Senat AS (di Indonesia setara dengan DPD) lalu disetujui, bola panas pun kembali ke DPR AS.
Setelah sebelumnya ditolak dengan perbedaan tipis suara, DPR AS akan membahas kembali Paket Dana Talangan sebesar 700 Milyar USD, yang disebut Bush adalah cara yang efektif untuk menangani krisis keuangan AS.
Jika DPR AS menyetujui Paket ini, maka masalah ini kemudian akan digulirkan ke Konggres yang menjadi palu terakhir untuk kemudian di Undangkan.
Namun jika kenyataan adalah yang sebaliknya terjadi, dunia akan tenggelam kedalam pusaran krisis finansial global yang tidak terlihat ujungnya.
Warren Buffet (orang terkaya kedua dunia) pun sampe ikut berkomentar.
Berikut beritanya...
Dunia Menunggu...
WASHINGTON, KAMIS - Dunia kini sedang mengarahkan perhatian pada paket dana talangan, yang akan melepas korporasi raksasa Amerika Serikat dari belenggu utang. Jika paket itu gagal lagi, taruhannya adalah kehancuran ekonomi AS yang sangat dahsyat.
Menurut Warren Buffett, investor kawakan AS, akan terjadi ekonomi ”Pearl Harbour” merujuk kehancuran AS akibat serangan Jepang. ”Kita tentu tidak ingin itu terjadi,” kata Buffett.
Jaringan televisi AS, ABC, bertanya kepada peraih Hadiah Nobel Ekonomi 2001, Joseph E Stiglitz, ”Apa yang akan terjadi jika dana talangan itu gagal?”
”Itu akan menjadi faktor yang cukup untuk membuat sektor keuangan meledak. Saya tidak khawatir dengan kerugian Wall Street (para investor dan korporasi). Hal yang sangat saya khawatirkan akan terjadi keadaan di mana lembaga keuangan berhenti meminjamkan dana ke sektor riil (perusahaan). Jika ini terjadi, akan ada pengurangan produksi dan pekerja. Resesi atau keadaan lebih buruk dari resesi kemungkinan akan terjadi,” kata Stiglitz, yang sejak tahun 2003 sudah memperingatkan bahwa posisi keuangan korporasi AS sudah ”berbahaya” karena penyaluran dana yang terlalu besar ke sektor perumahan di AS.
Setelah paket dana talangan itu ditolak DPR AS pada hari Senin (29/9) lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA, New York) langsung anjlok 778 poin, penurunan terbesar sepanjang sejarah AS dalam sehari saja. Kejatuhan besar-besaran juga diikuti bursa global.
Paket dana talangan bertujuan memberi korporasi keuangan raksasa AS, aliran dana baru. Konsekuensinya, perusahaan itu untuk sementara menjadi milik Pemerintah AS. Dana talangan ini diberikan agar korporasi AS bisa mengembalikan pinjaman-pinjaman yang didapat dari lembaga keuangan di seantero dunia, seperti Eropa, Jepang, China, dan negara-negara kaya lainnya.
Masalahnya, korporasi AS yang menerima pinjaman global itu telah menanamkan dana di sektor perumahan, yang kini tak laku. Keadaan di AS mirip dengan kebangkrutan di Asia, dekade 1990-an, di mana lembaga keuangan mengucurkan pinjaman luar negeri ke sektor properti yang dibangun begitu banyaknya, tetapi daya serap pasar rendah sehingga tak laku jual.
Di samping aksi jorjoran ke sektor properti, praktik penipuan keuangan di kalangan eksekutif AS juga marak, sebagaimana diutarakan Avery Goodman, ahli pasar uang AS. Goodman mengatakan pada periode 2001-2007, para eksekutif terbuai oleh iming- iming bonus besar jika berhasil menyalurkan pinjaman besar-besaran ke sektor properti.
Dari kesuksesan penyaluran pinjaman, lepas dari potensi pinjaman tak bisa dikembalikan, para eksekutif mendapat bonus.
Masalah muncul. Pemberian bonus tidak didasarkan pada kinerja keuangan perusahaan. Misalnya, kata Goodman, walau secara finansial Lehman Brothers sudah mulai bangkrut sejak tahun 2003, pada tahun 2007 eksekutif Lehman Brother, Richard Fluid, menerima bonus dua juta dollar AS. Para eksekutif korporasi AS tak menaruh perhatian pada posisi keuangan, tetapi membiarkan perusahaan terjerat utang.
Eropa mengecam
Hal ini membuat dunia menjadi taruhan. Seandainya utang- utang ini tidak dibayarkan, rangkaian kerja dari sistem keuangan dunia akan terhenti. Jika kewajiban-kewajiban AS ini seret, efek domino akan merembes ke berbagai bank. Contoh terbaru adalah Fortis, lembaga keuangan Belanda-Belgia, yang sudah kehilangan likuiditas dan terpaksa diselamatkan karena ditinggal para nasabahnya.
Jika efek domino yang dialami Fortis meluas, lembaga keuangan besar dunia lainnya juga akan terimbas. Efek domino itu, antara lain, bisa berupa penarikan simpanan dari bank yang dianggap ”bahaya”, seperti yang menimpa Bank East Asia, Hongkong.
Sadar akan rangkaian bahaya ini, para pemimpin dunia, termasuk Eropa, mengecam AS. ”Saya kira AS harus bertanggung jawab terhadap dunia dan juga kepada mereka sendiri,” kata Perdana Menteri Inggris.
Begitu besarnya masalah ini sehingga Paus Benediktus XVI juga menyarankan agar korporasi finansial menghentikan aksi ambil untung besar tanpa mengindahkan risiko.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menyerukan kepada AS dan negara-negara maju mengambil tanggung jawab menstabilkan sektor keuangan.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan, Kongres akan mencoba meloloskan paket dana talangan itu, Jumat pagi.
Steny Hoyer, pemimpin kubu Demokrat di DPR AS, juga mengatakan ada kesempatan baik bahwa dana talangan itu akan diloloskan.
Pekan lalu Senat AS juga sudah meloloskan paket itu, tetapi ditolak di tingkat DPR AS. Pada hari Rabu, Senat AS sudah meloloskan paket itu, tetapi masih harus menunggu persetujuan DPR AS.
Presiden AS George W Bush dan Menkeu AS Henry Paulson berkali-kali menegaskan betapa pentingnya paket itu karena taruhannya adalah keadaan ekonomi, yang memperlihatkan gejolak penurunan. (REUTERS/AP/AFP/MON/HAR)
Vice PM,
Terry
Comments
Ada beberapa member yang menanyakan ke Gw tentang hubungan krisis ini dengan Indonesia, Gw lampirkan beritanya...
Sinyal Ekonomi Global untuk Indonesia...
JAKARTA, JUMAT - Dunia termasuk Indonesia berharap Kongres AS menyetujui paket kebijakan penyelamatan sektor finansial AS yang diajukan pemerintahan Bush. Sebab, persetujuan paket itu penting sebagai sinyal pemulihan perekonomian global. Demikian diungkapkan Bambang Soesatyo, Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kadin Indonesia, Jumat (3/10), di Jakarta. "Kita berharap pasar uang dunia kembali tenang dan raksasa industri keuangan dunia lolos dari kebangkrutan," katanya.
Krisis finansial AS itu praktis menghadirkan dampak bagi Indonesia. Dunia usaha berharap pasar uang tidak dirongrong spekulasi lagi, dan rupiah bisa kembali ke posisi yang ditargetkan APBN-P 2008. Kalangan pengusaha berharap perekonomian global kembali bergairah setelah beberapa bulan ini dilanda kelesuan (slowdown) sejak lonjakan harga minyak.
Kalau perekonomian global bergairah, permintaan produk ekspor akan tumbuh lagi. "Pengusaha kita yang selama ini beorientasi ekspor, misalnya tekstil dan produk tekstil, bisa membangun kembali kontak dagang dengan partner mereka. Begitu juga eksportir produk perkebunan, karena harga komoditas ini diperkirakan akan menguat lagi," kata Bambang.
"Hot money mungkin akan kembali memasuki pasar uang kita. Pintar-pintarlah mengelolanya agar bermanfaat bagi kita. Selama ini, hot money hanya menambah volume valas di pasar uang dan diuntungkan oleh suku bunga yang tinggi, tetapi dapat ditarik kapan saja oleh fund manager," tambahnya.
Vice PM,
Terry
DPR AS Diharapkan Bermurah Hati
Washington, Kamis - Para anggota DPR AS (House of Representatives) diharapkan bermurah hati. DPR mendapatkan kesempatan melakukan pemungutan suara sekali lagi untuk menentukan nasib rancangan penyelamatan sektor finansial yang sebelumnya sudah diloloskan oleh para anggota Senat.
Kali ini, rancangan itu kembali lagi ke tangan para anggota DPR ditambah dengan berbagai macam ”pemanis”, seperti pemotongan pajak bernilai miliaran dollar AS bagi warga biasa.
Dijadwalkan, pemungutan suara dilakukan Jumat (3/10) waktu setempat. Pemanis rancangan ini dimaksudkan agar dapat meluluhkan hati para anggota DPR sehingga mau memberikan persetujuan.
Senin lalu secara tidak terduga para anggota DPR menolak rancangan itu, dengan 228 suara menolak dan 205 suara menerima. Kejutan itu membuat pasar saham di seluruh dunia luruh.
Para senator yang sudah sepakat menyetujui rancangan penyelamatan senilai 700 miliar dollar AS itu menambahkan beberapa aturan tambahan. Suara senator yang setuju sebanyak 74 dan 25 menolak.
Rancangan itu tidak pernah berada dalam posisi bahaya di Senat. Mereka berusaha keras untuk meyakinkan setidaknya 133 anggota Partai Republik yang menolak paket rancangan itu.
David Dreier dari California mengatakan bahwa dia membenci versi pertama rancangan itu, tetapi dia akan memberikan suara setuju setelah rancangan itu diperbaiki. ”Saya prihatin karena pada proposal tersebut yang memungkinkan adanya golden parachutes (bonus besar untuk eksekutif). Namun saya menyukai versi perbaikan karena ada pemangkasan pajak,” ujar Dreier, seorang Republikan.
Marcy Kaptur, Demokrat dari Ohio, mengatakan dia memutuskan untuk menolak. ”Saya tidak akan menyetujui paket rancangan karena itu adalah obat yang salah,” katanya. Menurut Kaptur, masalah itu seharusnya diselesaikan sendiri oleh korporasi, bukan melalui intervensi dari pemerintah.
Perubahan
Paket penyelamatan sektor finansial yang diserahkan kembali kepada DPR itu dibumbui dengan beberapa perbaikan. Di antaranya adalah kenaikan sementara plafon dana yang mendapat jaminan dari Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC)—lembaga penjamin simpanan—dari maksimal tabungan sebesar 100.000 dollar AS menjadi maksimal 250.000 dollar AS.
FDIC tidak akan membebani bank-bank anggotanya kenaikan biaya untuk kenaikan plafon simpanan tersebut. Paket penyelamatan itu juga menyatakan memperbolehkan FDIC meminjam dana dari Departemen Keuangan untuk menutupi kerugian yang mungkin terjadi akibat peningkatan plafon penjaminan.
Rancangan itu juga menambahkan tiga elemen kunci yang dirancang untuk menarik hati kubu Republik. Paket itu akan mem- perluas penundaan pajak untuk energi terbarukan, baik untuk sektor individu maupun bisnis, termasuk pengurangan pajak untuk pembelian panel surya.
Ada pula perpanjangan beberapa jenis penundaan pajak, di antaranya kredit riset dan pengembangan untuk bisnis dan kredit yang memungkinkan individu mengurangi pajak penjualan.
Ada juga perpanjangan penghapusan pajak alternatif maksimum (AMT) selama satu tahun ke depan. Ini berarti, jutaan orang AS tidak perlu membayar pajak yang mereka sebut pajak pendapatan orang kaya. Perdebatan mengenai perpanjangan penghapusan pajak AMT merupakan ritual politik tahunan. Ada yang berpendapat pajak itu harus dibayar, sedangkan kubu lain berpendapat pajak itu tidak perlu dibayar.
Rancangan versi Senat juga akan membentuk dua badan pengawas pelaksana talangan itu. Salah satunya adalah Dewan Stabilitas Finansial. Di dalamnya beranggotakan Gubernur Bank Sentral, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal, Direktur Keuangan Perumahan Federal, Sekretaris Pembangunan Daerah, dan Menteri Keuangan. Komite itu wajib melapor kepada panel pengawas yang beranggotakan lima anggota Senat dan DPR. (Reuters/AP/AFP/CNBC/joe)
Cheers,
Terry
marilah kita berdoa dan menunggu bantuan itu datang...
Iya.. ^^
Democrats is The Best !!
^^
Sebagai contoh, media tempat gw kerja edisi bulan kemarin bikin tulisan tentang fur jacket yg dilapis emas 24 karat, dan banyak bgt org2 yg kirim e-mail ke kantor yg habis2an mengecam artikel itu.
Tapi sebaliknya, justru dari angka penjualan kita mengalami kenaikan yg cukup signifikan.Mungkin ini adalah escapism, karena suntuk dengan kehidupan sehari2, org2 justru beralih ke hal2 yg glamor, banyak membaca dan menonton hal2 yg glamor, luxurious sekedar utk menghibur diri. Dampaknya sih media tempat gw kerja jadi laris maniss...hehehe.
adakah tanggung jawab mutlak Amerika membenahi krisis dunia ini? :?
anyway
aq justru jadi khawatir klo USA jeblok
soalnya Cina bakal jadi the only superpower state
that's won't be a good think thought
am I right??? at least???
Gua sih gak berpikiran sejauh itu. Memang saat ini (kalo gak salah), Cina adalah negara dengan cadangan devisa terbesar di dunia dan keduanya adalah Jepang. Jadi, menurut gua Cina bukan jadi satu-satunya super power.
Tapi, mungkin lebih ke shifting power dari negara-negara western (Amerika dan Eropa) ke negara-negara eastern (Cina, Jepang, Korea, Australia, New Zealand). Anomali dari kejadian sekarang, bank di Australia justru malah menurunkan tingkat suku bunganya lho sementara bank-bank lain malah "mengencangkan ikat pinggang" alias menaikkan suku bunga kredit.
But, let's see ... it's not that simple either ...
Hahha...
Tapi mereka didukung oleh sistem yang bagus, sehingga mungkin kerusakannya walau parah akan bisa lebih cepat teratasi, tapi itu hanya pendangan GW, bisa saja yang terjadi, masih ada sekam yang menunggu dibakar...
Cheers,
Terry
Padahal Bush dari Republik...
Cheers,
Terry
HAHhA...
Bukannya lebih bagus untuk meningkatkan pengetahuan?
Bukankah bagus juga jika ada negara superpower baru?
Jadi Sherriff dunia itu ada penyeimbangnya, bukan langsung main serang ke sebuah negara tanpa alasan yang kuat, apalagi tanpa disertai mandat dari PBB, misalnya saat amrik menyerang Iraq yang pada awalnya dicurigai memiliki senjata pemusnah masal?
Mana buktinya?
Cheers,
Terry
China merupakan Negara dengan Cadangan terbesar di Dunia (1810 Milyar USD), Jepang dan Taiwan menyusul di belakang.
Hongkong kalo ngga salah menempati urutan ke 4.
Aussie menurunkan tingkat suku bunga karena khawatir akan sektor riil melambat.
Setelah bertahan dengan suku bunga diatas 7 persen, mungkin Aussie juga tidak dapat bertahan karena spread ke USD semakin jauh (The Fed: 2 persen)
Cheers,
Terry