Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh
Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.
Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.
dari pengalaman gue bergaul, gue nemuin berbagai cara orang-orang membentuk citra diri dan membangun citra diri.
- menunjukkan hal-hal positif yang ada dalam diri mereka, pada saat yang sama menyembunyikan hal negatif. jaim habis-habisan, panik kalo kelemahan mereka terbeberkan. Sebisa mungkin melakukan pemadaman kebakaran kalo citra mereka tercoreng. Moto mereka: Saya merasa hebat sejauh orang lain menganggap saya hebat.
- meninggikan diri dengan cara merendahkan orang lain. Mereka hanya merasa positif, kalau sekitarnya lebih negatif dari diri mereka. menyambut dengan sukacita kalo ada berita yang membeberkan sisi negatif orang lain. Moto mereka: Saya merasa hebat, sejauh orang lain kalah hebat dari saya.
- nggak merasa perlu pamer, gak ada impuls merendahkan orang lain. label nggak begitu penting bagi mereka. instead of ngejudge mereka cenderung understanding. Moto mereka: Saya adalah saya, gak tergantung apa pandangan orang tentang saya. Lah wong yang paling mengenal diri saya ya saya sendiri.[/list:o]setelah gue pikir-pikir, gimana orang ngebentuk citra diri itu tergantung sejarah hidupnya dan gimana dia terbentuk. (ini topik lain yang bisa panjang bahasannya).
Juga tergantung pada "MODAL" yang mereka miliki,
Type 1: "Modal" mereka ok ... pantes koq mereka bangga ama prestasinya, kalo dalam bahasa inggris "they deserve the credits" kalo bahasa jawa: "sembada". Paling kalo udah berlebihan dan caranya kasar orang-orang cuma bergumam: "halah ... gasah dipamerin kita juga dah pada tau koq"
Type 2. Mereka sadar sedikit hal positif yang bisa ditonjolkan dalam diri mereka, yang positif itupun biasa-biasa saja. satu-satunya cara untuk membuat hal biasa itu jadi menonjol ya dengan cara mengontraskan hal biasa tersebut dengan keburukan orang lain. Kadang kalo sulit menemukan keburukan orang lain, mereka make strategi "labeling" label yang netral direkayasa menjadi label negatif (stereotyping), ato memanfaatkan prasangka masyarakat terhadap label tertentu.
di marketing dan politik, strategi ini bisa sukses juga. dalam politik kita kenal istilah "black campaign", misalnya McCain lebih banyak menunjukkan keburukan Obama, ketimbang mengkampanyekan programnya sendiri. tapi kalo dalam personal relationship ... hmmmmmm
gimana pengalaman teman-teman?
ps: kalo dalam rangka ceng-cengan dua orang yang akrab, bebaaaaaaaaaas ... cuma ada resiko kebablasan LOL
Comments
tapi type "menunjukkan kesan negatif pada dirinya" ini masih bisa dibagi dua:
tapi ... kalo type ini lagi gue kecengin ... asyiiiiiiiik ... bakal gue bantah terus.
gue: kamu cute (pujian pertama) dia: ah nggak koq, cakepan juga si X noh :oops: gue: iiiiih nggak banget ... cakepan kamu tauk (pujian kedua) dia: masa siiiiiiiih ... :oops: gue: bener koq ... sueerrr ... cakepan kamu (pujian ketiga) dst dst ... bantah teruuuuuus ... puji teruuuuuuuus ... demi ngedapetin kecengen LOL[/list:u] kalo cuma basa-basi
gue: kamu cute (preeetttttt) dia: ah nggak koq, cakepan juga si X noh gue: uuuuummmmmmm ... iya juga ya ... sorry gue gak pake kacamata dia: koq setuju siiiiiiiiiiiiih :evil: [/list:u] LOL
Yah, yang penting kita sadar bahwa tiada manusia yang sempurna! Gw selalu bilang pada teman2 agar menerima gw apa adanya, lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangannya! In my case, ya kelebihan berat badan dan kekurang ajaran!
Btw, selama ini lu, Ketua Yayasan dan gw kan sering cèng2an yang bagi orang lain mungkin terkesan ”farhaw” (parrah) tapi bwt kita yang gpp! 8) Tapi kalau kita ngecèngin kolega yang papah udah masuk kategori kebablasan nggak ya? :P Tujuannya kan bukan untuk ngenyè’ atau merendahkan, tapi untuk mengingatkan/menyadarkan! :roll:
(Ungkapan cliché ”It’s nice to be important, but it’s more important to be nice”
Ada lelucon ttg seseorang yang menilai rendah dirinya sendiri! Ketika melamar pekerjaan, dia bertanya pada Kabag SDMnya "Berapa gaji saya?" Kabag SDM yang menilai tinggi kemampuan orang itu menjawab "Ya berapapun yang anda anggap sesuai dengan diri anda!" 8) Orang itu menjawab "Kalau begitu saya mundur deh! Saya tidak sanggup bertahan hidup dengan gaji segitu!" :roll: The moral of the story: jangan terlalu menilai rendah diri sendiri! :P
tapi khusus soal incer-mengicer ... gue masih pake "ada apanya"
ada kurusnya gak?
ada mancungnya gak?
menarik untuk jadi bahan masukan...
ummmm
ato juga berusaah membuka mata seseorang, nih liad, gw juga ga melulu baik terus kok, gw kadang2 ada jahat n buruknya juga.
jangan lupa, gabungan dari 3 karakter diatas bisa terjadi
bahkan menjadi berjenjang pada sifat2 yg tak terdeteksi
(jangan-jangan gue ...... mbooooh aaaaaah LOL)
bener
kadang2 bersikap jahat sat merasa diri hebat bisa mengurangi rasa sok kuat