Teman - teman berita atas kejadian Mutilasi yang diduga dilakukan oleh Ryan terhadap teman nya sangat bias terhadap kelompok gay.
Baik berita yang dimedia maupun yang diungkapkan oleh para ahli psikolog dan kriminolog hampir semuanya menyudutkan kelompok gay.
Para "ahli" lupa pelaku dan korban mutilasi bisa terjadi dan dilakukan oleh siapapun baik itu hetero, biseksual maupun homoseksual dan latar belakang yang lainnya.
Tapi karena kebetulan pelakunya diduga adalah seorang gay dan korbannya adalah juga diduga seorang gay. Maka semua hal dikaitkan dengan ke gay an nya.
Saya berpikir bahwa jika kasus dan pelaku mutilasi ini dilakukan oleh kelompok heteroseksual sudah dapat dipastikan yang dianggkat oleh media dan pemberitaannya seputar pada mutilasinya bukan pada heteroseksualnya. Padahal tidak sedikit juga bahwa pembunuhan yang diakibatkan oleh rasa cemburu juga dapat dilakukan oleh kelompok heteroseksual. Misalnya kasus - kasus pembakaran seorang suami kepada istri karena rasa cemburu. tetapi pemberitaan para media tidak mengacu pada seksualitas. Tidak ada yang mengatakan karena dia hetero maka dia membunuh istrinya.
Saya sebagai gay dan kerja untuk perjuangan hak - hak gay berharap kepada Media, ataupun para orang - orang yang bicara kasus Mutilasi dapat lebih jernih melihat kasus ini.
Jika ingin coba melihat bahwa seorang gay itu sangat posesif, saya mesti juga dilihat penyebabnya. Ada tekanan sosial yang membenci homophobia dan tekanan sosial yang selama ini kelompok gay terima. Walaupun tidak semua gay itu posesif masih banyak orang yang masih sangat rasional.
Padahal sifat Posesif itu sangat manusiawi dan dapat terjadi oleh siapapun dari latar belakang apapun.
Beberapa contoh pernyataan para ahli :
Pendapat ahli kriminolog Universitas Indonesia (UI) Andrianus Meliala. Menurut Andrianus, pembunuhan itu terjadi akibat ekses hubungan platonis dari cinta hubungan sejenis. :
"Dari sisi akademis, hubungan cinta sejenis bukan hubungan yang sehat, seperti egosentrik. Kalau kita (kaum heteroseksual) bilang cinta, itu bukan berarti memiliki. Tapi bagi pasangan sejenis, cinta harus memiliki," katanya.
Adrianus memaparkan, dalam cinta platonis, tidak ada istilah selingkuh atau pindah ke lain hati bagi pasangan sejenis. Mereka akan berpikir, dari pada pindah ke orang lain atau kehilangan pasangan maka lebih baik dimatikan saja. Jadi lose-lose, tidak ada yang dapat pasangannya.
Selain itu semakin dikuatkan oleh psikolog Liza Malrielly Djaprie, penyakit menyukai sesama jenis ini sebenarnya masih bisa disembuhkan asalkan tidak disebabkan gen atau pembawaan dari lahir. Pelaku hubungan seks sesama jenis yang dilatarbelakangi trend atau gaya hidup masih bisa disembuhkan dengan kemauan orang tersebut.
"Tipe seorang gay yang bukan karena gen atau bawaan lahir seperti pendulum. Pendulum bisa digerakkan ke kiri atau ke kanan tergantung dari keinginan yang menggerakkan pendulum tersebut," jelas Liza.
Dari kedua pendapat ahli tersebut jelas sekali cara pandang kedua ahli itu menggunakan kaca mata yang sangat homophobia. Kelompok krimonolog masih belum jernih melihat persoalan lebih dalam. belum lagi psikolog juga masih menggunakan kaca mata "lama" dengan kata dapat disembuhkan.
Saya sebagai aktivis kelompok gay dan biseksual, meminta semua pihak untuk menyampaikan berita kepublik untuk persoalan Mutilasi lebih seimbang, terutama untuk media.
Karena bagaimana kelompok gay selama ini sudah menjadi korban sistem heteriseksis. Mestinya kita semua dapat melihat persoalan gay lebih jauh lagi.
Wasalam
Hartoyo
Koordinator Our Voice
021 - 92138925
Comments
memang setuju dengan apa yang kamu tulis berita tentang kasus mutilasi ni sudah bias menjalar pada pandangan negatif tentang gay...
tetapi memang hal ini dikarenakan sudah adanya nati pati terhadap gay(Homophobi) jadi yang menanggung dosa ya yang lainnya...
Untuk pengajar UI...rata-rata dosen2 di sana adalah Homophobi...hal ini kebanyakan karena faktor budaya yang kental dengan jawa-nisme (g juga orang jawa,dan banyak keluarga yang menjadi pengajar disana)...yang memegang teguh dengan budaya TABU...
Pahami saja ini sebagai suatu fenomena alam biasa yang akan cepat berlalu pada saatnya...
Salam,
Oscar rr
wah berarti "kaum hetero" boleh selingkuh sepuasnya dong...?? ni orang pasti simpenannya dimana-mana...
Iya ni, benci banget ama berita JP dan TV yang kayaknya memojokkan kaum GAY. Gila, kesannya tuh orang GAY bisa bunuh orang seenaknya, GAY itu KAUM PEMBUNUH.. Bete banget aku liatnya, kenapa kalo GAY seperti artis (contoh: (lupa namanya) yang jadi Magneto di X-MEN, Penyanyi N-Sync, Elton John, de el el) yang bisa memberikan kebanggaan bagi GAY gak pernah di gubris. Padahal, kita sama aja ama heteroseksual, sama-sama cowoknya, makan nasi, gak makan beling. Sama tuh kayak beritanya Krisna Mukti, kasihan aku liat dia, kalopun dia GAY, so what? Mang orang pada mati kalo dia GAY? Enggak kan? Apa kita butuh membuat advokasi untuk membela kaum kita? Tapi di lain pihak, itu yang akan membuat kita tersingkir karena kita membedakan diri kita.. Dilema lah hidup di Indonesia, mau senang harus 'mengalah' dengan mayoritas orang kebanyakan.. DAMN it..
yg bener aja??
apa mgkn?
Biasanya di Indonesia yang Gw perhatikan karena kasus nya jarang terjadi makanya ketika ada pembunuhan dari kaum homoseksual, pemberitaannya terlalu dibesar besarkan.
Tapi ingat di dalam rumah tangga sendiri, banyak kasus KDRT lho, tapi karena udah biasa, jadi pemberitaan tidak seheboh itu.
Cheers,
Terry