INI CUMA CERITA FIKTIF.
BUKAN CERITA MIRIP,
ATAU DIMIRIP-MIRIPKAN.
TAPI CUMA CERITA SEDERHANA,
DARI SATU CINTA …
MY BEST FRIEND
By Bintang Satria
“Ke kantin yuk?” ajak Herdi pada Gilang. Baru saja mata kuliah terakhir selesai, tepat jam 12 siang. Yang ditanya diam saja. Seperti tidak mendengar, atau pura-pura tidak mendengar. Gilang malah asyik merapikan buku-bukunya di meja.
“Lang, ke kantin yuk? Laper berat nih… “ Herdi mengusap-usap perutnya yang rata. Gilang cuma menengok sekilas. Lalu mengambil tasnya dan bersiap-siap meninggalkan kelas. Herdi mengikutinya dari belakang. Beberapa temannya ada di depan pintu. Lainnya bergerombol pulang menuruni tangga.
Hari itu lumayan panas. Baru tadi pagi Herdi makan sepotong roti. Ngga salah kalau dia lapar berat siang itu.
“Lang, ke kantin ya?” ajak Herdi sekali lagi. Gilang masih tidak menjawab.
“Lang, lo kenapa sih?” Gilang bergegas menuruni tangga. “Lang!” teriak Herdi. Dikejarnya Gilang yang terburu-buru. “Lo kenapa sih? Dari tadi pagi ngga ada suaranya?” Gilang berhenti. Ditatapnya Herdi di depannya.
“Ngga ada apa-apa.” Gilang kembali melanjutkan langkahnya. Tapi tangannya keburu ditarik Herdi.
“Lo kenapa, Lang? Ada masalah? Atau gue ada yang salah?” Tanya Herdi sambil melihat sekeliling. Sudah sepi di sana. Lapangan kampus juga. Padahal biasanya rame. Ngga salah kalau para mahasiswa lebih memilih duduk di kantin atau chatting di warnet dengan terik seperti itu.
“Sebaiknya, kita ngga usah berteman lagi, Her.” Gilang menatap tajam dan segera berlalu tanpa sempat Herdi mencegahnya kembali. Herdi cuma melongo bingung. Sumpah, baru kali ini Gilang bersikap aneh begitu. Biasanya kalaupun ada masalah, dia pasti akan cerita. Mereka sudah bersahabat sejak di SMA dulu. Sudah 3 tahun lebih mereka dekat. Jurusan merekapun sama dan di kampus yang sama. Kemanapun mereka pergi, selalu berdua. Melewati hari demi hari bersama.
Herdi masih berdiri linglung. Ada apa dengan Gilang ya? Sudah seminggu ini Gilang seperti menjauhi dirinya. Dan baru hari ini-lah tebakan Herdi menjadi nyata.
Siang itu masih panas. Perut yang tadinya lapar, tidak dihiraukannya lagi. Herdi segera berlari ke parkiran motor dan berusaha mencari Gilang kembali. Tapi sepuluh menit berlalu, tidak juga ditemukannya sosok Gilang di jalanan pulang sekitar kampus.
*** song I’ve NEVER WALKED ALONE by Tunde
…..
Malamnya, Herdi mencoba menelpon Gilang, setelah berkali-kali mengirim sms tanpa balasan satupun. Tapi bukan suara Gilang yang ada di sana. Suara operator yang menjawab kalau telpon sedang tidak aktif. Ini yang ketujuh kali Herdi menelpon dengan jawaban yang sama. Diingat-ingatnya lagi kejadian demi kejadian di hari belakangan ini. Sepertinya tidak ada yang salah. Semua seperti semula. Pershabatan mereka juga. Kalaupun ada kalimat kasar yang keluar dari mulutnya, Gilang sudah memakluminya. Begitu juga bila Gilang bertingkah sama. Itu gaya becanda khas mereka berdua. Main cela-celaan. Tapi tidak sampai menyinggung perasaan.
Seperti waktu Gilang menggodanya saat ada perempuan yang lewat di depan mereka dengan pantat super besar. “Tuh, makan cewek yang begitu. Digoyang pasti lo semaput.” canda Gilang. “Sialan lo. Cewek begitu ditunjuk. Tuh, buat elo aja lah. Gue rela coy…” jawab Herdi sambil menunjuk mas-mas tukang ketoprak dan mereka tertawa bersama-sama.
Atau ketika ada seorang pengamen waria menghampiri mereka dengan gendangnya yang memekakkan telinga.
“Abang abang, Ahh, sini dong sini… ahhh… Abang abang, ahhhhh, towel-towel dong… awwwww … “ suaranya yang nge-bas melengking, juga ngga kalah kuat dengan gendangnya.
“Neehh… “ Gilang buru-buru memberi selembar ribuan padanya. “Kenceng amat suarane mba. Alon-alon dunk!”
“Ah, abang abang, suka gitu, ahh .. Makasihhh. Kamu cakep amat sih, ihhhh!” jawab waria itu genit sambil menowel pinggang Gilang. Makdirabit. Gilang menghindar, tapi tangan kekar itu keburu mencolek pinggangnya. Herdi tertawa-tawa senang.
“Ahhh, abang ini juga. Towel ya neekk.. Ihhhhhhhh!” katanya gemas sambil mencubit pipi Herdi yang juga berusaha menghindar. Tapi Herdi jatuh terjungkal, bersama waria itu dengan rok yang terbuka lebar... Gantian Gilang yang tertawa ngakak.
Kriiiiingggggg…. Tiba-tiba suara telpon Herdi berdering. Akhirnya! Kata Herdi dalam hati. Dilihatnya ID caller si penelpon, Hiks, si Nina ternyata. Bukan Gilang.
“Yup, tumben telpon Nin?”
“Hi, lagi apa Her?” jawab perempuan di sana.
“Hmm, lagi lihat TV aja. Filmnya lagi seru nih.” Bohong Herdi. “Ada apa, Nin?”
“Mmmmm, ngga ada apa-apa. Cuma mau telpon kamu aja.” Jawab Nina manja. “2 hari ini kita-kan ngga ketemu. Tadi siang aku lihat kamu, tapi keburu pergi. Padahal aku mau ajak kamu ke kantin… “
“Ooo .. gitu ya?” jawab Herdi pendek.
“Besok sabtu kemana?” tanya Nina.
“Hmmm, kenapa Nin?” balas Herdi. Bukan kali ini saja dia ditanya seperti itu dan dia selalu menghindarinya. Entah kenapa. Terbayang kedekatan Nina dan Gilang. Ada kecemburuan yang muncul kembali di matanya. Memang, dia adalah orang pertama kali yang dikenal Nina. Tapi Gilang-lah yang lebih dekat dengan perempuan itu.
“Nggggg, aku mau ajak kamu pergi. Ada film baru. Nonton yuk?”
“Mmmm, memang kamu ngga diapelin Nin?” Ada kecemburuan di suaranya.
“Ah, kamu. Sejak kapan aku ada pacar? Aku kan masih sendiri … Yaa, siapa tau kamu mau…. “ jawab Nina masih dengan gayanya yang manja.
“Nggg… mau .. mau apa ya, Nin?” Herdi gelagapan bingung.
“Eh, itu. Siapa tau kamu mau nonton sama aku, Her … “ jawab Nina cepat. “Selama ini kita-kan belum pernah pergi berdua, Her?” jelasnya lagi. “Gilang yang selalu temenin aku. Sedangkan aku maunya … sama kamu..” jelas Nina.
“Ooo… gitu ya? Nggg, liat besok ya?”
“Kok, liat besok? Tiap aku ajak ngga pernah bisa? Mau yaaaaahh … “ desak Nina.
“Anu, aku ada .. ada janji sama bokap … ke bengkel.. Besok aku kabarin ya.” Aduh, bohong lagi deh. Kembali terbayang kedekatan Gilang dan Nina.
“Nggggg, ya udah. Janji ya?.. Aku tunggu kabarnya besok ya….”
“Iya … iya, Nin.”
“Ya, udah. Sampe besok ya, Her … Met malam sweety … “ Nina menutup telponnya. Dug! Itu suara jantung Herdi. Diamput. Sweety? … Alamaaakk. Tuh cewek jangan-jangan jatuh cinta ma gue. Gimana Gilang? Kan rencana-nya ngga begitu. Diamput! …
Nina memang satu kampus dengan Herdi, hanya beda jurusan. Mereka bertemu gara-gara saling menabrak di belokan tangga kelas. Gara-gara itu akhirnya mereka berteman. Apalagi Nina anak pindahan dari kota sebrang. Herdi membantunya mengurus kepindahan Nina di kampus. Seperti mengenalkan karyawan administrasi, menunjukkan letak kelas, perpustakaan kampus sampai ruang dosen. Jadilah mereka selalu bertemu. Dan menjadi teman baik yang hadir diantara Gilang dan dirinya. Dan sejak itu, ada kecemburuan di sana, yang mewarnai hari-hari Herdi. Tanpa sedikitpun Gilang dan Nina tahu.
*** song CINTA SENDIRI by Kahitna
…..
“Lang, ada Herdi tuh.. “ teriak Rere, adik semata wayang Gilang sambil menggedor pintu kamar.
“Bilang aku udah tidur.” teriak Gilang keras dari tempat tidur.
“Boleh aku masuk, Lang?” tiba-tiba saja pintu kamar sudah terbuka. Ada Herdi di sana. Gilang acuh tak acuh. Herdi segera menutup pintu kamar pelan. Gilang tetap acuh tak acuh. Dia hanya membalikkan badannya menghadap tembok. Tidak dihiraukannya kehadiran Herdi.
“SMS gue ngga dibalas? Telpon lo kenapa dimatiin, Lang?” Herdi duduk di sisi tempat tidur. Gilang lagi-lagi tidak menjawab. “Gue salah apa, Lang? Lo kok aneh begitu sih?” Sepi. Tidak dijawab lagi. “Kita-kan udah bertemen lama. Boleh tau ngga, ada apa, Lang?” Gilang bangun dari tidurnya, kemudian duduk di sisi Herdi.
“Ngga ada apa-apa.” Jawab Gilang pendek.
“Lalu, kenapa lo bilang kita ngga usah bertemen lagi?” Ditatapnya Gilang disampingnya. “Gue bingung, ngga biasanya elo begini. Kenapa, Lang?”. Gilang cuma melengos. “Gue punya salah apa, Lang?” Gilang diam lagi. “Kalo lo masih nganggap gue temen, lo bilang dong. Jangan diem terus. Gue mana tau? Kita ngga bisa begini terus…”
“Ya lo yang salah, Her. Lo udah nyakitin gue.” Jawab Gilang akhirnya.
“Nyakitin apa, Lang?” Tanya Herdi bingung. Lagi-lagi tidak dijawab. “Salah gue apa?”
“Lo suka sama Nina?” Tanya Gilang tiba-tiba.
“Nina? .. Nina .. anak design itu?”
“Ya Nina. Nina manalagi?” jawab Gilang ketus. O, jadi karena Nina dia bersikap aneh begitu. Tapi …
“Lho, kok Nina? Memang kenapa dia?” Herdi bingung “ … Oh, jadi bener? Kalo lo suka sama dia?” Sepi, tidak dijawab. “Gue udah tahu kok, dari awal … “ suara Herdi hampir tidak jelas. Ada rasa tidak suka di hatinya yang mendadak muncul. Jadi inilah kebenaran itu. Seperti dugaannya.
“Jawab yang jujur, lo suka sama dia, Her?” Suara Gilang meninggi.
“ … Gue … “ Herdi membuang nafas. “Tapi … “
“Lo jangan mainin Nina ya, Her. Jadilah seseorang yang baik untuknya.. “ sambung Gilang. “Dan lebih baik, kita … ngga usah bertemen lagi…. “ Dug! Itu suara jantung Herdi. Tapi yang ini lebih keras. Ada apa sih sebenernya? Apakah Gilang sangat jatuh hati pada Nina? Hingga dia menuduhnya mencintai Nina? Mereka memang bertiga berteman dan Gilang-lah yang lebih dekat dengan perempuan itu. Tapi haruskah pertemenan ini harus berakhir karena seorang Nina?
“Lang, sekarang gantian jawab yang jujur. Ini masalah Nina atau bukan sebetulnya?” Ditatapnya Gilang serius. “Kenapa kita ngga bisa bertemen lagi??”
“Udah-lah, Her. Gue ngga mau jawab itu… “
“Kalau memang elo menganggap 3 tahun kita berteman itu ada artinya, jawab yang jujur. Ini masalah Nina atau bukan?” Tanya Herdi sekali lagi. Ditatapnya Gilang tajam.
“Oke, kalau lo mau kejujuran.” Gilang membuang nafas, berat. “3 tahun kita bertemen itu ada artinya buat gue. Dan gue cape mengikuti arus pertemenan kita... Gue cape. Gue sayang sama lo, Her.” Dipandangnya wajah Herdi lama, sebelum melanjutkan.
“Dan gue … jatuh cinta sama lo. Mencintai elo sebagai kekasih. Bukan sebagai teman. Dan gue cape menahan rasa cemburu gue, saat elo ngomongin cewek-cewek. Dan gue juga marah saat elo mulai bertemen dengan Nina dan gue …. “
Belum sempat Gilang menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba, bibir Herdi sudah berada di atas bibirnya, lembut dan hmmm … Entah apa rasanya saat itu. Semuanya tiba-tiba.
Itulah pertama kalinya mereka berciuman selama bersahabat.
“Kamu … Nina?” Gilang terperanjat malu.
“Lama sekali, Lang, gue menunggu hari ini datang… “ Herdi menatap Gilang lembut. “Gue sama Nina, kita cuma berteman. Ngga ada apa-apa. Kalaupun harus ada yang jatuh cinta adalah Nina, bukan gue… Gue ngga pernah punya rencana untuk jatuh cinta sama cewek. Dan ya, gue memang menunggu pengakuan dari elo. Karena gue ngga punya keberanian untuk mengaku… “ jelas Herdi. Digenggamnya tangan Gilang dan menciumnya. “Gue juga cape memerankan seseorang yang bukan diri gue. Gue juga cape. Karena selama ini, elo seperti ngga ada reaksi apapun. Gue ngga pernah nemuin signal itu … “ Ditatapnya wajah Gilang penuh cinta. Tampan sekali wajah yang ada dihadapannya itu. “Aku juga udah jatuh cinta sama kamu lama sekali, Lang… lama sekali… “ matanya mulai berkaca-kaca. Bahasanya sudah berubah menjadi aku & kamu. Dipeluknya Gilang. Bahagia sekali rasanya. Seperti disiram butiran embun, sejuk, setelah bertahun-tahun kepanasan.
Dipeluknya Gilang semakin erat. Bukan lagi pelukan antar teman seperti yang selama ini mereka lakukan. Gilang membalas pelukannya. Ada senyum kebahagian di sana.
“Her, Her?”
“Ya sayang … “
“Kamu … mmmm, berdiri .. ya?” kata Gilang tiba-tiba. Berdiri?? Diamput! Tanpa sadar Herdi memaki. Dilepaskannya pelukannya sambil melihat ke celana pendeknya, ke bagian yang itu. Dimana bagian restleting celananya membumbung tinggi. Kemudian dilihatnya wajah Gilang yang tersenyum lucu.
“Anu, nggg… Gara-gara tadi aku takut diajak nyokap ke carefour. Jadinya kabur buru-buru ke sini, lupa pake celana dalam… “ Jawabnya malu sekali sambil membetulkan celananya. Maklum saja, itulah pelukan pertama yang mereka lakukan sebagai kekasih.
“Nggg, Aku juga berdiri …. “ jelas Gilang pelan. Gantian Herdi melihat ke bagian bawah celana Gilang. Ya, ada tonjolan besar di situ. Sama seperti dirinya.
“Ngggg, boleh aku pegang ngga?” Tanya Herdi setengah berbisik. Gilang tersenyum memandangnya.
“…….. Boleh…. Sekarang-kan, itu milik kamu… Tapi ada syaratnya.” kata Gilang yang juga berbisik.
“Kok pake syarat? Syaratnya apa?… “ Jantungnya berdebar keras.
“Nggg, aku juga boleh pegang punya kamu … “ jawab Gilang malu. Herdi hanya bisa mengangguk.
“Bolehhh, tapi digoyang yaaa … “ Ledek Herdi. Gilangpun tertawa dan akhirnya mereka tertawa bersama.
Malam itu adalah malam pertama mereka tertawa bahagia. Bahagia karena ada cinta di sana. Cinta yang telah lama mereka tunggu. Selama itu ….
Di luar sana, Nina ikut tersenyum bahagia. Setelah membaca SMS yang sempat dikirim Gilang malam itu. Usai sudah tugasnya merayu Herdi, atas permintaan Gilang.
Ya, Nina memang sudah lama mengetahui cinta Gilang yang terpendam, saat suatu hari, Gilang bercerita sambil terisak-isak padanya..
(Selesai – April 2008)
*** song TERCIPTA UNTUKMU by Ungu
[img]
http://www.readybb.com/boyzforum/users/31219/My Best Friend.jpg[/img]
Comments
Bagus.
Funny.
Bahasa kamu natural. Enak diikuti.
Intinya, aku enjoy menikmati ceritamu.
Sebenarnya cerita kamu menarik, bagus. Menurutku sisi lemahnya cuma plot cerita yang terlalu lugu. Aku sulit membayangkan, ketika seorang cowok mengakui cintanya di depan cowok lain, saat itu juga dia langsung dicium sama cowok itu. Kalo aku bayangkan di dunia nyata, biasanya dua org yang baru tahu kalo sama2 saling cinta, masih cukup ragu untuk memulai ciuman pertamanya. Tidak secepat itu. Kalo memeluk, itu masih bisa diterima. Tapi aneh juga, hanya karena sebuah pelukan dua cowok itu menjadi horny Pertanyaanku, itu pelukan sayang atau pelukan nafsu? Dan sampai pegang2an penis masing2... Bukankah masih terlalu cepat bagi mereka untuk langsung mengungkapkan nafsu mereka? Yaa, menurutku masih terlalu cepat. 8)
Memang menurutku itu sebuah kelemahan. Tapi aku tetap mengakui kepandaianmu meramu bahasa yang enak, menyampaikan sebuah cerita sederhana dgn gaya funny yang tidak berbelit-belit. Cara berceritamu tidak membuatku menjadi malas untuk tetap melanjutkan. Terus terang insiden waria itu benar2 membuatku tertawa.
Dan skenario Gilang sama Nina, sweet surprise. Bukan hal yang baru buat aku, tapi di cerita ini skenario itu memang tak sempat aku duga.
Nice story. Nggak percuma buka threadmu.
Go, dude! Gooo.....! For others good story !!!
laen x jgn pendek2 ceritanya....
lanjut terus bikin ceritanya...
Bagus bgt cerita nya..
Andai aja bisa mengalami kaya begitu..huwf..i hope..
Ada cerita lain??
Thanks buat yang udah repot baca & kasih comment apapun.
Itu buat support gue. Makasih ya!
Apalagi yang baca udah lumayan banyak..
Tapi sorry nih, soal lagu-lagunya.
Mungkin ngga bisa ikut denger ya?
Krn ngga bs di upload di sini.
Mungkin di denger di youtube.com kali ya?
Soal cerita yang lain, tunggu aja ya..
Ok, sekali lagi.
Makasih buat comment-commentnya ya.
Seneng euy!
Bagus..
Cerpen yg pendek n sdikit aneh..
Tp bgs kok..
"Cinta di ujung Jalan"
Sorry, lg byk kerjaan kmarin2.
Siapa tahu ada yg mau baca .. (lagi)
hehehe..
Thx guys.
bintangsatria22@yahoo
Cerita di ujung itu.... ada di kolom lain ya.
Thx!