WASHINGTON, MINGGU - Seperempat abad sejak virus penyebab AIDS ditemukan, upaya para ilmuwan di dunia menciptakan vaksin yang mampu mengatasi penyakit mematikan itu masih jauh dari harapan. Padahal, biaya yang dikeluarkan secara global untuk melakukan berbagai riset dan penelitian tidak sedikit jumlahnya.
Kenyataan ini membuat komunitas para ilmuwan dan peneliti HIV (Human Immunodeficiency Virus) merasa putus asa. Pukulan besar pernah mereka dapatkan pada September lalu ketika hasil uji klinis terhadap kandidat vaksin HIV paling menjanjikan justru menunjukkan hasil mengecewakan dan berujung pada kegagalan.
Hasil pengujian awal itu menunjukkan, alih-alih dapat mencegah HIV atau melemahkan virus pada mereka yang memakainya, vaksin yang diujicoba itu malah meningkatkan risiko mereka menjadi terinfeksi.
“Hampir satu miliar dollar AS biaya yang dihabiskan secara global untuk penelitian HIV/AIDS setiap tahunnya, dan kenyataan yang harus disadari bahwa sekarang ini belum ada kandidat vaksin HIV yang menjanjikan,” ungkap Profesor Bruce Walker, Direktur Pusat Penelitian AIDS di Harvard Medical School dalam artikelnya yang dimuat dalam jurnal Science edisi 9 Mei.
Kekecewaan juga pernah diungkapkan Peter Kim, presiden Merck Research Laboratories, yang mengembangkan kandidat vaksin tersebut. "Kami saling berbagi dalam kekecewaan para ahli dan komunitas HIV hari ini. Sayangnya, pengembangan vaksin AIDS yang efektif masih menjadi tantangan yang harus dihadapi kodekteran modern," ujar Kim pada saat itu.
Vakin yang dikembangkan Merck sebenaranya diciptakan untuk merangsang sel-sel T, sejenis sel darah putih yanng berperan penting bagi respon kekebalan tubuh. Vaksin ini dirancang dengan pendekatan berbeda dari vaksin-vaksin tradisional yang juga telah diuji tanpa menunjukkan hasil positif.
“Komunitas merasa tertekan karena kami tidak melihat adanya jalan terang menuju sukses,” ungkap ahli biologi dan penerima hadiah David Baltimore dalam komentarnya tentang vaksin AIDS pada pembukaan konferensi American Association for the Advancement of Science, Februari silam.
Patogen unik
Sementara itu Walker menjelaskan bahwa keunian kualitas patogen HIV menyebabkan upaya pengembangan vaksin menjadi sangat berliku. Virus HIV memiliki keragaman rangakaian genetika yang luas, dan kemampuan yang hebat untuk bermutasi dan adaptasi.
Strain HIV dapat dibagi menjadi tiga kelompok berbeda, di mana tipe yang pertama atau tipe M dapat dibagi lagi menjadi 9 subtipe, yang juga memiliki banyak varian yang belum dapat ditentukan. Salah satu dari virus-virus sub-tipe bisa berubah mulai dari 20 menjadi 38 persen di Afrika, di mana virus dengan banyak varian ditemukan.
Selain itu, lanjut retrovirus bisa melakukan lebih banyak mutasi selama infeksi di seorang penderita jika dibandingkan dengan pandemik flu dunia yang hanya membutuhkan penciptaan sejenis vaksin baru setiap tahun. Dengan 33 juta orang terinfeksi HIV di seluruh dunia , pengembaangan vaksin untuk melindungi secera simultan terhadap seluruh varian patogen adalah sebuah tantangan berat.
Comments
jgn sampe menyesal dikemudian hari....
korban aids akan semakin meningkat nih..
tapi seandainya ada ditemukan vaksin HIV yang efektif, kira-kira gimana ya pemberiannya?