Aku menekan bel di depan pintu pagar yang tingginya sekitar 3 meter. Tanganku yang satunya menjinjing tas pakaianku yang lusuh.
“Selamat siang. Siapa anda? Ada keperluan apa?” terdengar suara dari speaker kecil dekat bel tadi.
“Aku datang karena dipanggil kerja disini,” jawabku.
Pintu pagar terbuka secara otomatis. Karena kaget aku sampai selangkah kebelakang.
Ketika memasuki perkarangan aku hampir tidak percaya dengan apa yang kulihat. Hamparan taman bunga yang indah dengan rumput hijau sementara di sisi kirinya terdapat kolam ikan. Pemandangan indah yang tidak pernah kulihat sebelumnya.
“Saya Mardi, sekuriti disini,” terdengar suara dari belakangku membuyarkan pandanganku. Aku berbalik. Terlihat seorang pria tampan berbadan tegap berisi memakai pakaian security.
“Kiki,” jawabku sambil aku mengulurkan tanganku. Dengan tersenyum Mardi membalas salamanku. Lama dia memegang tanganku sampai kutarik kembali.
“Namamu seperti perempuan. Sepadan dengan wajahmu yang manis itu. Kuharap kamu betah kerja disini” Aku tidak tau apakah itu sebuah sindiran atau sebuah pujian. Yang jelas aku sudah terbiasa dengan kata-kata itu.
“Mari..” katanya mempersilahkan.
Kami berjalan kearah dalam dan nampak sebuah rumah mewah yang hanya bisa aku lihat di film-film. Mataku perlahan meresapi keindahan dan kemewahan rumah itu. Ornamen klasik rumah itu menandakan cita rasa yang tinggi pemiliknya. Ketika pandanganku menerawang kesegala arah bagian rumah itu, terlihat di salah satu lantai rumah itu yang mempunyai jendela kaca besar seukuran ruangan terlihat seseorang menatap kami lewat gorden yang terbuka. Seorang pria kecil dengan kursi roda yang kemudian cepat-cepat berbalik memasuki ruangan dan menutup gorden. Ruangan itu terlihat tertutup gorden warna gelap. Siapa dia? aku berpikir.
Setelah lulus SMA aku memang tidak punya kesempatan seperti teman-teman lain untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Terlalu mahal. Makanya aku harus cari kerja dua atau tiga tahun untuk mengumpulkan modal buat kuliah. Sedangkan kerja di café tidak mencukupi untuk ditabung. Ketika aku mengirimkan lamaran untuk jadi pembantu rumah aku langsung dipanggil ke alamat rumah ini. Aku heran kenapa selama 1 bulan lowongan kerja ini muncul terus dikoran. Makanya aku beranikan diri. Dan ternyata kisahku berlanjut disini. (kisahku ini selengkapnya kuceritakan di : Kehidupanku 2)
Semasa SMA aku memang tidak suka bergaul. Tapi aku banyak tau tentang sesuatu karena aku suka membaca. Aku selalu menjadi juara kelas. Aku dibilang tampan oleh teman-teman teman wanita sekolahku meskipun aku tidak merasa begitu. Aku malah merasa wajahku terlalu manis sehingga aku mirip perempuan. Tinggiku 165 cm. badanku biasa saja tanpa lemak yang berlebihan. Kulitku lembut bahkan terlalu lembut dan putih untuk ukuran seorang pria.
Sepulang sekolah aku harus bantu orangtua di kedai. Malamnya aku kerja sambilan di sebuah café sebagai pelayan. Aku juga suka nyanyi disitu. Kata orang suaraku bagus. Tapi terlalu muluk bagiku untuk ikut Indonesian Idol.
Ketika aku kelas 2 SMA aku sekelas dengan Rocky. Seorang cowok idola di sekolahku. Dia lebih tinggi dariku. Dia tampan dan kaya sehingga banyak teman cewek disekolah saling berebutan menarik perhatiannya, tapi seringkali dia cuekin. Suka main basket dan hobby musik. Mobilnya sering berganti-ganti saat menjemputnya. Dan dia duduk disebelahku. Tapi selama ini kami hampir tidak pernah menyapa bahkan berbicara karena dia kelihatan terlalu angkuh dan cuek dimataku. Huh.. melirik kearahku saja jarang. Mungkin karena tingkat derajatnya lebih tinggi dariku. Tapi karena dia tampan aku seringkali melirik dia ketika dia serius dengan pelajaran sekolah. Dia suka menggambar dengan pensil. Aku suka hasil karyanya meskipun sering dirobeknya ketika selesai menggambar.
Suatu hari ketika bel istirahat sudah bebunyi aku bersiap untuk keluar kelas. Tapi kulihat Rocky kelihatan serius dengan kegiatan menggambarnya. Aku tidak tega untuk mengusiknya. Kuurungkan niatku untuk keluar dan kuambil buku komik yang kubawa dari dalam tas. Lagian, aku bawa bekal, jadi tak harus ke kantin. Hanya kami berdua di kelas. Sesaat kemudian Rocky sepertinya sudah selesai dengan gambarnya. Tangannya baru saja hendak merobeknya ketika kukatakan sesuatu padanya.
“Boleh aku melihatnya?” sambil tanganku terulur meminta persetujuannya. Baru kali ini aku berani berbicara padanya padahal sudah 3 bulan kita sekelas. Dia menatapku. Oh god, tatapan itu… menusuk mulai dari mataku, keubun-ubun (membuatku menerawang jauh), turun keleherku (yang membuatku menelan ludah), dan kemudian ke hatiku…. Hatiku!!!.. aku meletakkan tanganku di dadaku yang bergetar.
“Jelek gini..” sambil diberikannya dengan tangan kanannya.
“Nggak apa-apa. Ini karya kamu. Biarkan orang lain menilainya..” kataku.
Aku terkesima dengan gambarnya. Seorang perempuan yang cantik yang tersenyum yang wajahnya mirip dengan teman sekelas kami, Linda. Gambar yang sempurna. Terlihat sapuan pensil yang artistik dan profesional.
“Cantik.. Linda, kan?”
“Kamu menyukainya? Kenapa nggak nembak aja?” tanyaku nyerocos. Dia diam. Hanya tertunduk pura-pura tak mendengarku.
“Gak istirahat diluar?” dia balik nanya. Tapi dia tersadar sesuatu.
“Oh, maaf “ dia menggeser kursinya kebelakang.
Aku hanya tersenyum. Hendak melangkah tapi, sial.. kakiku tersandung kursiku dan tubuhku hendak jatuh ketika tangan Rocky dengan cepat menangkapku. Tapi sial, bibirku terantuk meja didepannya. Berdarah. Sakit. Kepalaku menjadi berkunang-kunang. Tangannya memelukku erat sekali. Dan sialnya tangan kiriku memegang sesuatu yang lembut hangat diantara dua kakinya yang membuat segala rasa sakitku hilang. Ditambah lagi pelukannya membuatku bergetar. Hangat tubuhnya. Bau parfum lembut yang tentunya mahal harganya membuatku mati rasa. Kok gak sakit lagi ya? Aneh.. padahal bibirku berdarah..
Lama sekali aku terdiam. Meresapi segala sesuatu yang sementara terjadi. Aku kemudian tersadar. Kutarik tanganku dari benda lembut hangat yang mulai membesar itu padahal aku ingin sekali berlama-lama disitu. Aku terduduk dikursiku sambil mengatur napasku. Tak berani aku menatapnya. Kemudian sesuatu mengusap bibirku. Rocky mengusap bibirku yang berdarah dengan tisue. Kupegang tangannya untuk menolaknya. Dia gak peduli, terus mengusap bibirku.
“Kamu nggak apa-apa? Ku antar ke ruang kesehatan?,” Aku menggeleng.
“Nggak apa-apa. Aku baik-baik saja kok, makasih ya..” jawabku. dia hanya tersenyum. Sialnya, matanya terus memandangku. Aku memberanikan diri membalas tatapannya.
Kami berdua tertawa. Menertawakan kebodohanku yang membawa berkah.
“Aku orangnya ceroboh,” kataku. Kami mulai terlibat percakapan seru. Tentang musik, basket dan semuanya. Aku mengusap hidungku yang mulai berkeringat.
“hidung kamu bagus..” katanya tiba-tiba memecah suasana.
aku hampir pingsan. Tak percaya pujian itu datang dari Rocky. Yang menjadi rebutan cewek-cewek sekolahku. Yang jago basket itu. Yang jago gambar itu. Yang naksir Linda cewek tercantik di sekolahku.
“Main ke kantin yuk..” katanya.
“Makasih, tapi aku bawa bekal dari rumah..” jawabku.
“Biarin. Ikut aku…” sambil menjepit hidungku dengan jari tengah dan telunjuknya. Menarikku hingga ke pintu kelas sampai merah hidungku.
“Kutraktir kamu di kantin,” sambil melangkah kearah kantin.
“Yes..!!” Aku mengancungkan 2 kepalan tanganku di depan dada.
Itulah awal persahabatanku dengan Rocky. Sejak saat itu aku akrab dengannya. Dia sering mengantarku pulang. Kami sering bercanda di kelas. Main basket bersama. Dengarin musik bersama. Bahkan pada hari ulang tahunku dia memberikan aku hadiah sebuah Handphone yang kukira tak akan pernah kumiliki seumur hidupku. Dia sering mengajakku kerumahnya sesering aku menolaknya dengan berbagai alasan karena aku minder. Dia mau main kerumahku aku nolak karena gak pantas dia berada dirumahku yang sumpek. Teman-teman sekelasku jadi iri terhadapku tapi kucuekin.
Tapi setiap menatap Linda di kelas, Rocky selalu seakan terhipnotis. Matanya terlihat menyimpan rasa cinta yang mendalam. Sama seperti aku ketika menatapnya.
Suatu hari kelas kami mengadakan pertunjukan drama. Rocky dan Linda mendapat peran utama. Mereka jadi semakin dekat. Aku Cuma bisa melihat mereka dari jauh.
Suatu hari ketika Rocky mengajak Linda pulang bareng. Aku menolak pulang bersama mereka dengan alasan mau mampir di perpustakaan. Akhirnya mereka pergi dengan tatapan aneh Rocky terhadapku.
Aku harus mundur, pikirku. Sudah cukup aku bersamanya. Biarkan dia menentukan jalannya.
Sejak saat itu aku mulai menjauh dari Rocky. Ketika istirahatpun terlihat Linda mendekati tempat duduk kami.
“Ki, pinjam Rocky sebentar. Mau minta ditemani ke kantin.” Kata Linda bercanda. Aku tersenyum.
“Emangnya dia milikku, apa? Bawa aja dia sekalian bawa pulang, hehe..”
Aku tertawa aneh. Suaraku tercekat di kerongkongan. Dadaku terasa sesak menahan rasa. Kugigit bibirku sampai terasa sakit saat mereka berlalu.
Suatu hari tak seperti biasanya, tak ada canda ketika bel istirahat berbunyi. Aku merasakan keanehan. Rocky diam sambil asyik menggambar. Aku berdiri untuk melangkah keluar.
“Minggir..” kataku. Dia tak bergeming. Ucapanku tidak didengarnya atau pura-pura sambil tangannya mencoret-coret kertas. Aku melirik gambar itu. Ada perasaan aneh melihat gambar linda jadi kayak aku. Aku… itu aku!
Aku kaget ketika kulihat sosok yang digambarnya adalah aku. Aku duduk lagi. Kenapa sih dia jadi aneh gini? Kenapa dia gak gambar Linda?
“Kenapa sih kamu nggak mau jalan bersama aku kalau ada Linda?” katanya sambil matanya masih tertuju pada gambarnya.
“Hmmm…” Aku nggak bisa memberikan penjelasan dengan jelas.
“Aku nggak mau ganggu kalian berdua.”
“Bohong…” Katanya mirip guru Matematika yang suka membentakku kalau nggak bikin PR.
“Permisi deh.. aku mau ke toilet. Please…!” akhirnya dia menggeserkan kursinya kebelakang. Aku melangkah. Tiba-tiba dia menarik ikat pinggangku dari belakang. Tentu saja aku jadi terduduk di pahanya. Rocky mendekapku dari belakang. Jantungku berdegup aneh. Sesuatu yang keras dan hangat terasa menekan diantara belahan pantatku. Benda itu berkedut-kedut liar dan mulai membesar. Tangannya dia lingkarkan di perutku. Kepalanya disandarkan dipunggungku. Aku terdiam. 30 detik, 1 menit, 2 menit. Aku tidak tau berapa lama karena aku ingin selamanya begitu.
Aku memegang kedua tangannya yang melingkar diperutku. Meremasnya sambil merenggangkan pelukannya. Menarik kedua tangannya menjauh kekiri dan kekanan. Mataku berkaca-kaca tak percaya. Aku berdiri membalikkan tubuhku menghadap dia. Dia menarik kerahku. Aku jadi terduduk di pangkuannya kali ini berhadapan dengannya. Aku kaget ketika dia menempelkan bibirnya di bibirku dengan cepat. Tanpa aku sempat menyadari. Aku tergetar. Jantungku berdegup makin kencang. Bibirnya hangat dan napasnya yang memburu meluluhkan semua rasa cemburu selama ini terhadap dia dan Linda. Tanganku ditariknya menuju selangkangannya. Aku menarik bibirku menjauh. Menatapnya. Melihat muka permohonannya. Aku kasihan melihatnya. Tapi aku takut ada teman kelasku yang masuk begitu saja dan melihat kami berdua. Untunglah tempat duduk kami terletak dibagian paling belakang. Aku berdiri dan duduk di kursiku. Tapi tangan kiriku masih berada di selangkangannya. Mengelus benda yang semakin keras itu. Aku terkesima ketika dia mengeluarkan benda keras itu. Bulat kemerahan tidak terlalu besar dan tidak terlalu panjang.
“Ah…”, dia melenguh ketika aku mulai membelainya. Kemudian meremasnya. Berdiri bulu kudukku ketika dia mengerang.
“Ki,.. aku nggak tahan,” tubuhnya melurus kebelakang. Aku mengocoknya lebih kencang. Kepalanya terangkat keatas. Kukocok terus sambil sesekali memainkan kepala penisnya dengan ibu jariku. Akhirnya aku memiliki benda ini, pikirku. Aku memilikinya. Aku yang pertama. Birahiku mulai tak tertahan lagi. Aku tak peduli lagi dengan suasana kelasku. Aku menunduk menjilati kepala penisnya. Tapi kemudian kumasukkan seluruhnya kedalam mulutku.
“Ah…Auh..” Rocky menggelinjang indah. Tangannya mendekap kepalaku. Kemudian…
“Crot…Crot..” tak terhitung berapa banyak semprotan sperma yang ia tumpahkan kemulutku. Aku merasa nikmat. Aku menelan semuanya. Membiarkannya menyatu dalam tubuhku. Menjadi daging dalam tubuhku. Karena dia milikku.
Lama sekali aku dalam posisi itu. Masih menghisap sisa-sisa sperma yang dia keluarkan. Seakan tidak rela membiarkan setetespun jatuh. Penisnya mengecil melemas. Lucu. Aku membetulkan celana seragamnya. Kemudian aku bangkit duduk kembali ke kursiku. Kami saling menatap. Dijepitnya hidungku dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.
“Auw..sakit” aku memekik kesakitan. Dia mengambil gambar diatas meja.
“Untuk kamu..” katanya sambil menyodorkan gambar itu. Yang kemudian kubingkai indah di kamarku.
“Ntar malam kita nonton bioskop ya..” katanya.
“Ok.” Jawabku. Padahal aku masih harus kerja sambilan di café.
“Nanti aku jemput jam 6.”
Ini kencan. Dia ngajak kencan?
Jam 5 aku sudah siap. Kupakai kaosku yang terbaik berwarna merah & jaket hitam dari bahan kaos tebal juga yang ada penutup kepalanya. Celana jean. Kurapikan rambutku. Kupakai cologne lembut yang pasti gak mahal seperti yang dipakainya. Kutelpon café tempatku bekerja dengan alasan sakit.
“Haruskah kumati karenamu….terkubur dalam..” bunyi nada dering handphoneku yang juga lagu kesayangan Rocky. Dia menelponku. Sudah jam 5.50 dan bioskop mungkin sudah hampir mulai.
“Halo..”
“Ki, maaf aku gak bisa hari ini. Aku harus temani mama ke undangan. Soalnya papa gak ada.” Nadanya sedikit bergetar. Aneh nih anak, pikirku. Tapi aku maklum.
“Oh.. nggak apa-apa, Rocky.. Lagian Aku banyak kerjaan hari ini..”
kataku menenangkan dia.
“Lain kali aja ya?” katanya.
“iya…”
“Udah ya..bye,” katanya menutup pembicaraan
“bye.”
Aku sedikit kecewa. Tapi aku ke café tempat kerja dengan alasan udah mendingan. Dan takut dipotong gaji.
Kukenakan seragam pelayan dengan lunglai. Banyak sekali pengunjung malam itu. Aku tertegun ketika melewati meja nomor 10. Ada dia… ada Rocky & Linda. Mereka berdua bercengkrama sambil tertawa. Hampir jatuh gelas yang kubawa. Aku tersadar dan cepat-cepat menghindar. Mereka tidak tau aku kerja disini. Dan aku tidak pernah bilang pada Rocky. Dan aku mengenakan pakaian pelayan dan topi pelayan. Aku berusaha menenangkan hatiku. Dan menjauhi meja tempat mereka duduk. Mengatur napas. Jadi ini alasan dia membatalkan janji untuk nonton? Karena Linda? Aku kalah…aku memang pecundang..
“Ki, jadi singer deh..Cindy gak datang” Kata managerku.
Aku melongo. Nyanyi? Nyanyi apa? Aku jadi bingung.
“Tapi, pak.. ada mereka..” kataku bingung mirip orang bodoh sambil menunjuk.
“Mereka siapa?” tanya managerku heran. Aku menggeleng.
Aku membuka pakaian pelayan. Aku menutup kepalaku dengan penutup kepala di jaket dengan harapan agar aku tidak dikenali. Kududuk di kursi tinggi. Untung lampu di panggung tidak terlalu terang. Mulai terdengar instrumen karaoke lagu Ada Band. Lagu itu… Lagunya.
“Bagaimana mestinya..” akhirnya teruntai lagu itu dari bibirku mengiringi Karaoke milik ada band. Lagu kesayangannya Rocky.
“Membuatmu jatuh hati kepadaku..” Aku tak bisa menatap kearah mereka. Ada sudut pandanganku 45 derajat dari mereka.
“T’lah kutuliskan sejuta puisi..”
“Meyakinkanmu membalas cintaku..”
Terdengar tepuk tangan mengiringi bait pertama lagu yang kunyanyikan.
“Haruskah kumati karenamu..”
“Terkubur dalam kesedihan sepanjang waktu…”
Hampir saja tertumpah semua rasa dalam dadaku. Tetap kutahan sampai selesai lagu itu. Pundakku terguncang. Terdengar tepuk tangan dari pengunjung café.
Aku berjalan ke toilet dengan tergesa-gesa. Kulihat managerku menuju kearahku. Baru saja aku memasuki toilet pria ketika dia memegang tanganku. Aku terdiam. Kakiku lemas terduduk dipojok toilet.
“Maafkan aku, pak.. aku nggak bisa nyanyi lagu ke-2” Kataku pada lelaki dibelakangku.
“Ki, maafkan aku…” aku tambah lemas. Suara itu.. Suara Rocky.
“Kamu..” aku berdiri dan aku cepat-cepat mengusap cairan yang hendak jatuh dari ujung kedua mataku.
“Kenapa disini?” tanyaku pura-pura. Dia terdiam. Ada penyesalan dimatanya. Kulihat dia berkaca-kaca.
“Kamu juga kenapa disini?” tanya dia.
“Aku kerja disini..” jawabku. Dia hendak mengucapkan sesuatu tapi bibirnya hanya bergerak perlahan berbisik bagai angin.
“Sudahlah, aku mengerti alasan kamu..Rocky” kataku mengurangi rasa bersalahnya.
“Selamat ya.. sudah tercapai impianmu selama i..” belum selesai ucapanku ketika bibir hangat itu membekap bibirku. Tangannya merengkuh tubuhku. Digigitnya bibir atasku lalu bibir bawahku. Aku mendesah perlahan. Membalas pelukannya dengan memeluk lehernya. Lama sekali dia mempermainkan bibirku dengan lidahnya yang manis. Tanganku turun kearah punggungnya. Terus kebawah kearah bongkahan pantatnya yang penuh. Aku mengelusnya kemudian menarik pantatnya kearahku. Kami menyatu.
Dia melepaskan hisapan bibirnya. Kami terengah-engah. Tanganku kananku mengunci toilet pria.
Aku turun kebawah. Kubuka celananya. Kuturunkan sedikit. Celana dalamnya juga. Sehingga terlihat penis indah itu yang mulai tegak berdiri. Aku mulai menjilatnya. Dari bawah hingga keatas.
“akh..Ki, jangan..” kata Rocky sambil mengerang. Aku tak peduli dan meneruskan jilatanku.
“Hanya ini yang kamu mau dariku, kan?” kataku bergetar. Aku kembali menjilati penisnya.
“Aku sayang kamu, ki….”
Aku menghentikan lagi jilatanku.
“Stt.. gak usah kau katakan itu…”
Aku kembali menjilatnya.
“Aku benar-benar sayang ka…akh!” aku menggigit lembut ujung penisnya.
Aku memasukkan seluruh penisnya kemulutku. Menyedotnya. Hmm, kamu milikku Rocky. Milikku.. malam ini. Hanya malam ini saja?
“Ah…” kulihat penisnya sudah mengeras sempurna. Aku berdiri sambil tanganku tetap mengocok penisnya.
Kubalikkan badanku hingga punggungku menghadap dia. Rocky memelukku dari belakang. Mengangkat kaosku dan mengusap lembut perutku. Aku menggeliat. Kubuka celana jeanku. Kuturunkan sedikit. Juga CD ku.aku memembuka kakiku melebar. Dia mendekatkan penisnya menempel di bongkahan pantatku. Oh, god.. aku hampir terduduk. Tapi kutahan dengan memegang wastafel. Dia mulai memasukkannya. Bisa kulihat lewat kaca wastafel wajah Rocky yang tampan bersemu memerah. Ditekannya perlahan. Dipagutnya leherku ketika penisnya mulai masuk. Aku memejamkan mataku.
“Akh..” aku mengerang. Tidak ada rasa sakit seperti yang kubaca di buku. Yang ada hanyalah rasa cinta untuknya.
“Oh.. Ki,..nik..mat” Kurasakan bulu kemaluanya yang tidak terlalu lebat itu dan buah pelirnya menyentuh bongkahan pantatku pertanda penisnya sudah masuk sempurna.
“Ah..Ah..” dia mengerang ketika dia mulai menggerakkan pantatnya maju-mundur. Kulihat dari kaca wajah seorang yang penuh napsu. Aku tidak tau apakah ada rasa cinta disitu. Aku menggerak-gerakkan pantatku kekiri, kekanan dan memutar. Dia semakin mempecepat pompaannya. 10 menit berlalu tiba-tiba dia memelukku kencang digigitnya leherku. Tanganku kulipat kebelakang memeluk dan mengelus pantatnya. Dia tergetar. Menekan keras kedepan. Aku merasakan yang sama. Sesuatu memasuki tubuhku. Spermanya mengalir dalam tubuhku enak sekali. Kulihat dari kaca begitu tampannya dia ketika mencapai klimaks. Wajah seorang bangsawan dan berwibawa. Wajah yang seharusnya menjadi milikku. Terlihat kemenangan dimatanya. Ya, dia menang… dan aku kalah. Selalu kalah..
Dia mencabut penisnya yang mengecil.
Aku membersihkannya dengan tisu toilet membetulkan celananya. Celanaku juga.
“Kembalilah padanya.. jangan biarkan dia menunggu” kataku datar tanpa nada.
“Aku akan kembali menjemputmu. Aku janji..” katanya.
“Tidak.. kamu tidak usah berjanji.” jawabku.
“Terima kasih… tapi aku terbiasa pulang sendiri. dan aku memang harus sendiri.” Dia menatap mataku.
Aku mengalihkan pandanganku. Menengadah keatas agar tidak jatuh airmataku.
“Kamu miliknya..dan dia milik kamu.” kataku mirip bisikan.
“Tapi kumohon..jangan pernah kesini lagi bersamanya…..“ Kataku sambil membelakanginya.
“….karena itu sangat menyakitkan hatiku.”
“Ki…”
“Pergilah..” kataku sambil meninggalkannya di toilet.
Managerku lega ketika melihatku kembali.
“Darimana?”
“Biasa.. kebelet” jawabku singkat. Aku berjalan tertatih karena masih terasa penisnya didalamku. Malam pertama ini tak akan kulupakan selamanya. Aku harus merelakannya kali ini.
Kata orang “Jika kamu benar mencintainya. Biarkanlah dia pergi. Jangan menahannya. Jika dia kembali, dia adalah milikmu selamanya…”
Jika Rocky memang milikku.. dia pasti kembali.
Kan kutunggu…
(Kadangkala sebuah kisah nyata selalu dianggap cerita belaka. Tapi biarkanlah demikian. Karena sebuah cerita seringkali menjadi lebih abadi dari sebuah kisah nyata- KIKI REVENGEL)
[email protected]
Comments
btw diedit dong judulnya TS, typo tuh ...