BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Gay dan kematian ( ruangan kelas 3 )

edited February 2008 in BoyzRoom
halo semua boleh cerita2 dikit yach. setiap manusia pasti mati. tak ada orang yang bisa menolak ketentuan tersebut. tapi selama gw hidup baru kali ini gw melihat apa yg dinamakan dgn sakratul maut. itu terjadi di sebuah ruang kelas 3 sebuah rumah sakit. kebetulan keluarga saya ada yang sakit dan dirawat di ruang tersebut. jadi gw lumayan sering dan kenal dgn muka orang-orang yg dirawat di ruangan tersebut. berbagai macam penyakit berbaur di ruangan tersebut. tapi lama kelamaan gw terbiasa juga dgn keadaan di ruang tersebut, bahkan mengasyikkan. disana lebih kekeluargaan, masing2 penjaga yg sakit saling kenal dan curhat. yah namanya saja rame2, satu ruangan diisi 10 orang dan terkadang ribut.

meninggal pertama :

kebetulan gw menginap, sejak malam almarhum memang gelisah dan tak bisa tidur. sang istri mencoba menenangkan karena almarhum bergerak2 gelisah, terkadang duduk, tidur lg begitu seterusnya. pagi harinya almarhun sesak nafas, perawat memasang oksigen, tapi akhirnya bapak tersebut meninggal dunia


meninggal kedua :

sewaktu besuk gw sempet iseng2 berkelilng di ruang tsb, ada pasien masih muda ( umur 20 an ) tertidur tapi kakinya menempel ke dinding ( mengangkang ). gw gak tahu sakitnya apa. nafasnya berisik seperti ngorok. besoknya meninggal dunia


meninggal ketiga

pasien baru masuk ( bapak2 ). cuma berada 2 jam di RS. tak berapa lama ada suara org menangis ( istrinya ), padahal belum meninggal masih sesak nafas ( nafasnya berat ), perawat memasang oksigen. istrinya pingsan. ada yg kasih balsem ke hidung agar siuman, membangunkannya. setelah bertanya dgn keluarganya yg lain. bapak tersebut terkena stroke ( sudah 7 tahun ), sebelum di bawa ke RS sudah lemah, salut buang snag istri yg sudah merawat bapak tersebut

meninggal keempat

pasien baru juga. matanya melotot, pandangannya kosong. malamnya ia memang banyak menceracu ( ngomong sendiri ). seperti halusinasi. mamanya yg jaga "ma, koq byk bgt orang", koq sakit bgt, dll. berusaha mendeskripsikan rasa sakitnya kepada org lain. besok sorenya meninggal dunia. katanya ia mengidap AIDS ( narkoba )

well, gw nulis ini gak ada tendensi apa-apa. bukan bermaksud mau mengeksploitasi kematian seperti horor. tapi semacam ada dorongan aja buat nulis pengalaman ini. lebih jauh lagi, pelayanan kesehatan di negara kita Indonesia. misalnya alat bantu nafas ( ventilator ) almarhum presiden soeharto. bolehkah mencampur berbagai macam penyakit dalam satu ruangan ? tak perduli apakah itu penyakit menular atau tidak ? dan pengalaman kita2 mendapatkan pelayanan kesehatan di Republik Indonesia
«1345

Comments

  • hmmm temanya masih pas dgn siggi ku baca dan renungkan sebelum abx ganti lagi hihihihi
  • iya bener baru baca jgn dihapus :D
  • revi wrote:
    iya bener baru baca jgn dihapus :D
    copy paste dulu Kematian itu sendiri sebenarnya
    tidaklah menakutkan, yang menakutkan
    adalah ketakutan terhadap kematian
    yang menyelimuti pikiran.


    besok ato ntar malem mau diganti hiihiih
  • seharusnya tidak boleh mencampur penderita penyakit menular dan penderita penyakit tidak menular

    tapi dari cerita di atas, entah ya, soalnya ngga ada keterangan nama penyakitnya,

    kecuali yang katanya penderita AIDS; meskipun seharusnya penderita AIDS yang sudah dirawat karena gejala AIDS-nya sebaiknya masuk ruang isolasi, bukan untuk mencegah orang lain tertular, melainkan mencegah penderita tertular penyakit orang lain akibat daya tahan tubuh yang rendah

    jadinya meragukan apa itu bener2 penderita AIDS (kecuali kalo ini rumah sakit di Papua Nugini atau di Afrika yang angka penderitanya memang tinggi)

    kalaupun rumah sakitnya emang terpaksa menyatukan antara penderita penyakit menular dan tidak menular, biasanya dipasang sekat antara kedua kelompok pasien
  • babylon wrote:
    seharusnya tidak boleh mencampur penderita penyakit menular dan penderita penyakit tidak menular

    tapi dari cerita di atas, entah ya, soalnya ngga ada keterangan nama penyakitnya,

    kecuali yang katanya penderita AIDS; meskipun seharusnya penderita AIDS yang sudah dirawat karena gejala AIDS-nya sebaiknya masuk ruang isolasi, bukan untuk mencegah orang lain tertular, melainkan mencegah penderita tertular penyakit orang lain akibat daya tahan tubuh yang rendah

    jadinya meragukan apa itu bener2 penderita AIDS (kecuali kalo ini rumah sakit di Papua Nugini atau di Afrika yang angka penderitanya memang tinggi)

    kalaupun rumah sakitnya emang terpaksa menyatukan antara penderita penyakit menular dan tidak menular, biasanya dipasang sekat antara kedua kelompok pasien
    hmmm..(sory gak bernmasud apa2) namana juga kelas 3 tau kan gimana indonesia
  • abxis wrote:
    hmmm..(sory gak bernmasud apa2) namana juga kelas 3 tau kan gimana indonesia

    pengalaman di rumah sakit ku dulu ko-as ya dicampur, tapi kalo pun ada penyakit menular dan tidak menular dalam satu ruangan bangsal kelas 3, masih dipisah oleh sekat (meskipun mudahan sudah lebih baik sekarang)
  • babylon wrote:
    abxis wrote:
    hmmm..(sory gak bernmasud apa2) namana juga kelas 3 tau kan gimana indonesia

    pengalaman di rumah sakit ku dulu ko-as ya dicampur, tapi kalo pun ada penyakit menular dan tidak menular dalam satu ruangan bangsal kelas 3, masih dipisah oleh sekat (meskipun mudahan sudah lebih baik sekarang)
    ia kan dianya juga bilang lagi jalan2 liat berarti gak satu ruangan kali
  • babylon wrote:
    seharusnya tidak boleh mencampur penderita penyakit menular dan penderita penyakit tidak menular

    tapi dari cerita di atas, entah ya, soalnya ngga ada keterangan nama penyakitnya,

    kecuali yang katanya penderita AIDS; meskipun seharusnya penderita AIDS yang sudah dirawat karena gejala AIDS-nya sebaiknya masuk ruang isolasi, bukan untuk mencegah orang lain tertular, melainkan mencegah penderita tertular penyakit orang lain akibat daya tahan tubuh yang rendah

    jadinya meragukan apa itu bener2 penderita AIDS (kecuali kalo ini rumah sakit di Papua Nugini atau di Afrika yang angka penderitanya memang tinggi)

    kalaupun rumah sakitnya emang terpaksa menyatukan antara penderita penyakit menular dan tidak menular, biasanya dipasang sekat antara kedua kelompok pasien

    makanya jgn masuk "rumah sakit" :shock: :shock: :shock:
    seharusnya masuk "rumah sehat" 8) 8) 8)
  • calberuz wrote:
    babylon wrote:
    seharusnya tidak boleh mencampur penderita penyakit menular dan penderita penyakit tidak menular

    tapi dari cerita di atas, entah ya, soalnya ngga ada keterangan nama penyakitnya,

    kecuali yang katanya penderita AIDS; meskipun seharusnya penderita AIDS yang sudah dirawat karena gejala AIDS-nya sebaiknya masuk ruang isolasi, bukan untuk mencegah orang lain tertular, melainkan mencegah penderita tertular penyakit orang lain akibat daya tahan tubuh yang rendah

    jadinya meragukan apa itu bener2 penderita AIDS (kecuali kalo ini rumah sakit di Papua Nugini atau di Afrika yang angka penderitanya memang tinggi)

    kalaupun rumah sakitnya emang terpaksa menyatukan antara penderita penyakit menular dan tidak menular, biasanya dipasang sekat antara kedua kelompok pasien

    makanya jgn masuk "rumah sakit" :shock: :shock: :shock:
    seharusnya masuk "rumah sehat" 8) 8) 8)
    wkakakakk makana satu hari satu apel :lol: :lol:
  • abxis wrote:
    calberuz wrote:
    babylon wrote:
    seharusnya tidak boleh mencampur penderita penyakit menular dan penderita penyakit tidak menular

    tapi dari cerita di atas, entah ya, soalnya ngga ada keterangan nama penyakitnya,

    kecuali yang katanya penderita AIDS; meskipun seharusnya penderita AIDS yang sudah dirawat karena gejala AIDS-nya sebaiknya masuk ruang isolasi, bukan untuk mencegah orang lain tertular, melainkan mencegah penderita tertular penyakit orang lain akibat daya tahan tubuh yang rendah

    jadinya meragukan apa itu bener2 penderita AIDS (kecuali kalo ini rumah sakit di Papua Nugini atau di Afrika yang angka penderitanya memang tinggi)

    kalaupun rumah sakitnya emang terpaksa menyatukan antara penderita penyakit menular dan tidak menular, biasanya dipasang sekat antara kedua kelompok pasien

    makanya jgn masuk "rumah sakit" :shock: :shock: :shock:
    seharusnya masuk "rumah sehat" 8) 8) 8)
    wkakakakk makana satu hari satu apel :lol: :lol:

    klo 1 aja mana kenyang??? :shock: :shock:
  • calberuz wrote:
    abxis wrote:
    calberuz wrote:
    babylon wrote:
    seharusnya tidak boleh mencampur penderita penyakit menular dan penderita penyakit tidak menular

    tapi dari cerita di atas, entah ya, soalnya ngga ada keterangan nama penyakitnya,

    kecuali yang katanya penderita AIDS; meskipun seharusnya penderita AIDS yang sudah dirawat karena gejala AIDS-nya sebaiknya masuk ruang isolasi, bukan untuk mencegah orang lain tertular, melainkan mencegah penderita tertular penyakit orang lain akibat daya tahan tubuh yang rendah

    jadinya meragukan apa itu bener2 penderita AIDS (kecuali kalo ini rumah sakit di Papua Nugini atau di Afrika yang angka penderitanya memang tinggi)

    kalaupun rumah sakitnya emang terpaksa menyatukan antara penderita penyakit menular dan tidak menular, biasanya dipasang sekat antara kedua kelompok pasien

    makanya jgn masuk "rumah sakit" :shock: :shock: :shock:
    seharusnya masuk "rumah sehat" 8) 8) 8)
    wkakakakk makana satu hari satu apel :lol: :lol:

    klo 1 aja mana kenyang??? :shock: :shock:
    bukan gitu baca deh warung gua yg satu hari satu apel di boyroom
  • revi wrote:
    halo semua boleh cerita2 dikit yach. setiap manusia pasti mati. tak ada orang yang bisa menolak ketentuan tersebut. tapi selama gw hidup baru kali ini gw melihat apa yg dinamakan dgn sakratul maut. itu terjadi di sebuah ruang kelas 3 sebuah rumah sakit. kebetulan keluarga saya ada yang sakit dan dirawat di ruang tersebut. jadi gw lumayan sering dan kenal dgn muka orang-orang yg dirawat di ruangan tersebut. berbagai macam penyakit berbaur di ruangan tersebut. tapi lama kelamaan gw terbiasa juga dgn keadaan di ruang tersebut, bahkan mengasyikkan. disana lebih kekeluargaan, masing2 penjaga yg sakit saling kenal dan curhat. yah namanya saja rame2, satu ruangan diisi 10 orang dan terkadang ribut.

    meninggal pertama :

    kebetulan gw menginap, sejak malam almarhum memang gelisah dan tak bisa tidur. sang istri mencoba menenangkan karena almarhum bergerak2 gelisah, terkadang duduk, tidur lg begitu seterusnya. pagi harinya almarhun sesak nafas, perawat memasang oksigen, tapi akhirnya bapak tersebut meninggal dunia


    meninggal kedua :

    sewaktu besuk gw sempet iseng2 berkelilng di ruang tsb, ada pasien masih muda ( umur 20 an ) tertidur tapi kakinya menempel ke dinding ( mengangkang ). gw gak tahu sakitnya apa. nafasnya berisik seperti ngorok. besoknya meninggal dunia


    meninggal ketiga

    pasien baru masuk ( bapak2 ). cuma berada 2 jam di RS. tak berapa lama ada suara org menangis ( istrinya ), padahal belum meninggal masih sesak nafas ( nafasnya berat ), perawat memasang oksigen. istrinya pingsan. ada yg kasih balsem ke hidung agar siuman, membangunkannya. setelah bertanya dgn keluarganya yg lain. bapak tersebut terkena stroke ( sudah 7 tahun ), sebelum di bawa ke RS sudah lemah, salut buang snag istri yg sudah merawat bapak tersebut

    meninggal keempat

    pasien baru juga. matanya melotot, pandangannya kosong. malamnya ia memang banyak menceracu ( ngomong sendiri ). seperti halusinasi. mamanya yg jaga "ma, koq byk bgt orang", koq sakit bgt, dll. berusaha mendeskripsikan rasa sakitnya kepada org lain. besok sorenya meninggal dunia. katanya ia mengidap AIDS ( narkoba )

    well, gw nulis ini gak ada tendensi apa-apa. bukan bermaksud mau mengeksploitasi kematian seperti horor. tapi semacam ada dorongan aja buat nulis pengalaman ini. lebih jauh lagi, pelayanan kesehatan di negara kita Indonesia. misalnya alat bantu nafas ( ventilator ) almarhum presiden soeharto. bolehkah mencampur berbagai macam penyakit dalam satu ruangan ? tak perduli apakah itu penyakit menular atau tidak ? dan pengalaman kita2 mendapatkan pelayanan kesehatan di Republik Indonesia

    wogh~
    setuju buat pendapat revi, di sini kita melihat buruk nya pelayanan di ruang inap.
    gw perna jenguk temen nya mama gw di rmh sakit H*s*d* daerah mangga besar.
    di sana benar2 tidak ada sirkulasi udara, waktu itu gw jenguk siang terik,
    dan menarik nya udara di luar ruangan lebih sejuk di banding dalam ruangan, padahal itu antara jam 12 - 1 siang yg terik.

    untuk masalah ruangan yg selalu membawa korban, seperti nya itu hal wajar terjadi di rmh sakit.
    mungkin di tiap ruangan terjadi, cuma revi nda tau aja.

    mengenai pernyataan abxis,
    "Kematian itu sendiri sebenarnya
    tidaklah menakutkan, yang menakutkan
    adalah ketakutan terhadap kematian
    yang menyelimuti pikiran"

    mungkin gw setuju hal ini abx,
    soal nya gw perna menghadapi rasa takut akan kematian sebelumnya.

    -juni-
  • June wrote:
    revi wrote:
    halo semua boleh cerita2 dikit yach. setiap manusia pasti mati. tak ada orang yang bisa menolak ketentuan tersebut. tapi selama gw hidup baru kali ini gw melihat apa yg dinamakan dgn sakratul maut. itu terjadi di sebuah ruang kelas 3 sebuah rumah sakit. kebetulan keluarga saya ada yang sakit dan dirawat di ruang tersebut. jadi gw lumayan sering dan kenal dgn muka orang-orang yg dirawat di ruangan tersebut. berbagai macam penyakit berbaur di ruangan tersebut. tapi lama kelamaan gw terbiasa juga dgn keadaan di ruang tersebut, bahkan mengasyikkan. disana lebih kekeluargaan, masing2 penjaga yg sakit saling kenal dan curhat. yah namanya saja rame2, satu ruangan diisi 10 orang dan terkadang ribut.

    meninggal pertama :

    kebetulan gw menginap, sejak malam almarhum memang gelisah dan tak bisa tidur. sang istri mencoba menenangkan karena almarhum bergerak2 gelisah, terkadang duduk, tidur lg begitu seterusnya. pagi harinya almarhun sesak nafas, perawat memasang oksigen, tapi akhirnya bapak tersebut meninggal dunia


    meninggal kedua :

    sewaktu besuk gw sempet iseng2 berkelilng di ruang tsb, ada pasien masih muda ( umur 20 an ) tertidur tapi kakinya menempel ke dinding ( mengangkang ). gw gak tahu sakitnya apa. nafasnya berisik seperti ngorok. besoknya meninggal dunia


    meninggal ketiga

    pasien baru masuk ( bapak2 ). cuma berada 2 jam di RS. tak berapa lama ada suara org menangis ( istrinya ), padahal belum meninggal masih sesak nafas ( nafasnya berat ), perawat memasang oksigen. istrinya pingsan. ada yg kasih balsem ke hidung agar siuman, membangunkannya. setelah bertanya dgn keluarganya yg lain. bapak tersebut terkena stroke ( sudah 7 tahun ), sebelum di bawa ke RS sudah lemah, salut buang snag istri yg sudah merawat bapak tersebut

    meninggal keempat

    pasien baru juga. matanya melotot, pandangannya kosong. malamnya ia memang banyak menceracu ( ngomong sendiri ). seperti halusinasi. mamanya yg jaga "ma, koq byk bgt orang", koq sakit bgt, dll. berusaha mendeskripsikan rasa sakitnya kepada org lain. besok sorenya meninggal dunia. katanya ia mengidap AIDS ( narkoba )

    well, gw nulis ini gak ada tendensi apa-apa. bukan bermaksud mau mengeksploitasi kematian seperti horor. tapi semacam ada dorongan aja buat nulis pengalaman ini. lebih jauh lagi, pelayanan kesehatan di negara kita Indonesia. misalnya alat bantu nafas ( ventilator ) almarhum presiden soeharto. bolehkah mencampur berbagai macam penyakit dalam satu ruangan ? tak perduli apakah itu penyakit menular atau tidak ? dan pengalaman kita2 mendapatkan pelayanan kesehatan di Republik Indonesia

    wogh~
    setuju buat pendapat revi, di sini kita melihat buruk nya pelayanan di ruang inap.
    gw perna jenguk temen nya mama gw di rmh sakit H*s*d* daerah mangga besar.
    di sana benar2 tidak ada sirkulasi udara, waktu itu gw jenguk siang terik,
    dan menarik nya udara di luar ruangan lebih sejuk di banding dalam ruangan, padahal itu antara jam 12 - 1 siang yg terik.

    untuk masalah ruangan yg selalu membawa korban, seperti nya itu hal wajar terjadi di rmh sakit.
    mungkin di tiap ruangan terjadi, cuma revi nda tau aja.

    mengenai pernyataan abxis,
    "Kematian itu sendiri sebenarnya
    tidaklah menakutkan, yang menakutkan
    adalah ketakutan terhadap kematian
    yang menyelimuti pikiran"

    mungkin gw setuju hal ini abx,
    soal nya gw perna menghadapi rasa takut akan kematian sebelumnya.

    -juni-
    hmmm mang jun pernah ada masalah apa tuh hihihihihi..btw itu rs husada yah Opss keceplosan LOL :lol: :lol:
  • mai berkata apa lagi ya ... suka gak suka , terima gak terima . kita pasti akan mati , kalo temen2 di sini mau duluan ya silakan , aku belakangan juga GPP kok / LOL
  • mai berkata apa lagi ya ... suka gak suka , terima gak terima . kita pasti akan mati , kalo temen2 di sini mau duluan ya silakan , aku belakangan juga GPP kok / LOL
    wkakakak uda mending rame2 aja ntar :lol: :lol:
Sign In or Register to comment.