BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Survei: Warga Semarang Paling Bahagia

edited January 2008 in BoyzRoom
Confirmed ... udah gue cek sendiri ke Semarang :wink:

***

Survei: Warga Semarang Paling Bahagia
Sabtu, 27/10/2007

JAKARTA(SINDO) – Situasi rileks dan relatif sepi dari pengaruh stres membuat warga Kota Semarang dinobatkan sebagai orang paling bahagia berdasarkan survei indeks manusia Indonesia bahagia (Indonesian Happiness Index/IHI) Frontier Consulting Group (FCG).

Dari hasil survei diketahui faktor religiusitas juga berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaan. Dalam FCG, warga Semarang memperoleh nilai IHI 48,75. Sementara Kota Makassar menduduki peringkat kedua dengan nilai IHI 47,95, menyusul kemudian Bandung (IHI: 47,88), Surabaya (IHI: 46,20), Jakarta (IHI: 46,20), dan Medan (IHI: 46,2). Chairman FCG Handi Irawan menyatakan, survei yang dilakukan pada enam kota besar cabang FCG selama tiga pekan itu, melibatkan 1.800 responden dengan potensi sampling error 2,5%. ”Kami melakukan survei di enam kota besar di Indonesia dengan menggunakan metode acak, guna merefleksikan masyarakat Indonesia,” ujar Handy.

Dia menjelaskan, hasil survei kali ini tidak jauh dari perkiraan bahwa warga Jakarta lebih tidak bahagia dibandingkan warga kota lain. Penyebabnya, dalam menjalani kehidupan warga Jakarta penuh stres serta tidak bisa rileks. “Orang Semarang lebih bisa rileks,juga tidak stres,dan mereka mungkin memiliki interes yang lebih baik.Walaupun memang di Semarang sosial ekonomi relatif lebih rendah dibanding Jakarta,” kata Handi dalam acara pemaparan IHI di Jakarta kemarin.

Menurut Handi, tingkat kebahagiaan seseorang berkorelasi dengan tingkat ekspektasi dengan kondisi faktual yang dialami. Jika orang memiliki ambisi terlalu berlebihan sementara fakta kehidupan yang dia jalani jauh di bawah dari yang diinginkan, orang itu akan menjadi sangat tidak bahagia. Sebaliknya, jika seseorang memiliki ekspektasi rendah maka dia akan cenderung merasa lebih bahagia.

“Demikianlah profil orang Semarang, dengan karakter nrimo ternyata lebih banyak orang yang mengaku bahagia meskipun tingkat ekonomi dibandingkan kota lain lebih rendah.Ketimbang penduduk Jakarta dengan tingkat ekonomi lebih tinggi, namun dengan tingginya tuntutan dan stres, ternyata mengakibatkan banyak penduduk Jakarta menjadi tidak bahagia,” ujar Handi. Handi menambahkan, faktor yang paling memengaruhi kebahagiaan seseorang adalah sosial ekonomi dan pendidikan.

Semakin tinggi sosial ekonomi, pendidikannya juga lebih tinggi, memberikan peluang seseorang menjadi lebih bahagia. Namun ternyata masih ada faktor lain, yaitu religiusitas. “Orang yang memiliki iman merasa dekat dengan Tuhan, rata-rata hidupnya bahagia,”paparnya. Dia menjelaskan, kriteria responden yang diteliti dalam survei ini adalah pria dan wanita usia 15 hingga 65 tahun dan memiliki status ekonomi (Social Economic Status/ SES) A-E, yakni mulai pendapatan kurang dari Rp750.000 per bulan sampai pendapatan di atas Rp3,5 juta.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan multistage random sampling. Responden diwawancara secara langsung dengan kuesioner. Beberapa pertanyaan untuk mengukur IHI di antaranya; untuk kategori hedonis level of affect (variabel HLA) yakni tentang perasaan yang pernah dialami responden. ”Untuk kategori ada lima pertanyaan yang positif mulai bangga, senang, dan lainnya dan lima pertanyaan mengenai perasaan yang negatif yakni lelah, stres, dan lainnya,” paparnya. Kemudian untuk kategori contentment (kepuasan/kesenangan hati), ujar dia, responden disodori pertanyaan yang terkait kesuksesan dalam menggapai tujuan dan cita-cita (variabel CTM1).

Di mana untuk kategori ini jawaban dibuat dalam skala 1–5 dengan perincian 1 untuk sangat tidak sukses dan 5 untuk sangat sukses. Sementara pertanyaan seputar keberhasilan dalam memenuhi keinginan (variabel CTM2), jawaban juga diberikan dalam lima skala yakni 1 untuk skala sangat tidak berhasil dan 5 sangat berhasil. ”Dua jenis pertanyaan ini kemudian diolah dengan menggunakan teknik structual equation modelling di mana kebahagiaan latent variable.Nilai koefisien yang didapatkan mendapatkan nilai persamaan, untuk selanjutnya digunakan untuk menghitung skor kebahagiaan,”tambahnya.

Dengan menggunakan persamaan tersebut,kata dia,kemudian digunakan untuk menghitung skor minimum yang mungkin. Mulai dari IHI 0 (sangat tidak bahagia) atau skor maksimum 100 (sangat bahagia).Dari hasil survei tersebut, variabel yang paling memengaruhi skor kebahagiaan CTM1 (kesuksesan dalam memenuhi tujuan atau cita-cita) diikuti variabel CTM2 (keberhasilan dalam memenuhi keinginan-keinginan, dan terakhir variabel HLA (koefisien lengkap dari masing-masing variabel).

Dengan demikian, hal-hal yang bersifat jangka panjang (tujuan dan cita-cita), lebih memengaruhi tingkat kebahagiaan seseorang dibandingkan hal-hal yang bersifat jangka pendek (keinginan dan apa yang dirasakan dalam satu bulan terakhir). Handi menjelaskan, secara nasional IHI tercatat sebesar 47,96 atau relatif tidak bahagia dalam skala 1–100. Padahal, kata dia, berdasarkan survei world happiness index, Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara dengan penduduk paling berbahagia di dunia.

Sementara urutan pertama ditempati Vanuatu, salah satu negara di Kepulauan Pasifik sebagai negara dengan penduduk paling berbahagia di dunia. Urutan ketiga dan selanjutnya ditempati, Jerman, Jepang, Singapura, dan Amerika. “Jadi kalau ada orang Indonesia yang ingin pergi ke Singapura atau bahkan tinggal di sana untuk mencari kebahagiaan, itu salah karena ternyata orang Singapura lebih tidak bahagia dibandingkan orang Indonesia,”paparnya. (abdul malik)

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/survei-warga-semarang-paling-bahagia.html
«13

Comments

  • ini topik sempet di post yah dulu dan sempet rame juga hihihihi
  • rasanya aku dulu yang ngepost .... heh
  • Gw juga mau tinggal di smg klo nanti lulus sma, pengen kul di sono...
  • wew ... masa si :?
  • Iya..gw jg ragu. Gw sih sebenarnya gak terlalu percaya dgn hasil survey2 dan polling2 karena respondennya kan gak bisa dijamin 100% jujur, atau pertanyaannya kadang2 juga terlalu memgarahkan. Gw udh pernah ke Smg dan rasanya boring bgt tuh kota...tapi itu dulu sih, mungkin skrg udh jauh lebih ok kali ya.
  • gw ke semarang kira2 1 tahun lalu, dan rasanya ngga seperti itu
  • Semarang ku, kota yg aman dan nyaman, bebas dari kerusuhan.
    Aku bangga sbg warga semarang.
    Walau panas, ati adem.
    Ayo berbondongbondonglah ke semarang, kota tercinta
  • andi kaz wrote:
    gw ke semarang kira2 1 tahun lalu, dan rasanya ngga seperti itu
    gak seperti itu pegemene
  • Dear All...

    Bagaimanapun juga itu kota ada kesan tersendiri bagi Gw.
    Walau cukup lama tinggal di kota tersebut (sekitar 6 tahun) tapi banyak teman teman Gw yang sampai sekarang masih tetap mempertahankan hubungan pertemanan dengan Gw.
    Kotanya sih terus terang cukup tertinggal dari Kota kota lain yang ada di Pulau Jawa.
    Setelah 9 tahun Gw tinggalkan Semarang, pas tahun kemarin Gw pulang, sepertinya memang tidak ada perubahan yang berarti (cukup significant).
    Pembangunan sangat lambat atau karena ada pepatah "alon alon asal kelakon"?
    HAHHAA...

    ^_^


    TS
  • oh,,, semarang kuuuuu
  • kalimat terakhir. masa mencari kebahagiaan ke singapura dibilang salah cuma karena indeks kebahagiaannya bilang seperti itu. kalo bicara kebahagiaan kan ukurannya personal.
  • namanya kebahagiaan itu rasa, sama halnya dengan kepuasan, indeks kepuasan kayak gitu relatif, soalnya respondennya ga keseluruhan, cum a dari beberapa sampel, aja. jadi gak bisa digeneralisasikan, ngomong opo se aku, la mbuh koe ngomong opo, hahaehehe
  • claudy wrote: »
    oh,,, semarang kuuuuu

    @claudy :D
  • Sebagai warga Semarang saya rasa hal itu ada benarnya. Sebagai kota metropolitan ke 5 di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung, yang saya temui masyakarat disini memiliki tingkat pluralitas yang tinggi dalam hal perbedaan agama, ras, suku dan yang berkenaan dengan kehidupan sosial gitu. Orangnya adem ayem nggak suka berkonflik, jikapun ada kebanyakan oknum yang berasal dari luar daerah atau tempat lain di luar Semarang yang menetap di Semarang.
    Nice
  • bangganya jadi warga semarang...

    #hehehe :P :D
Sign In or Register to comment.