Gay di Mall: Ketemuan, "Jualan", Main Mata
Begitu tiba di mall, lelaki itu langsung mencari sudut yang sepi dan menelpon. Ia menanyakan keberadaan orang yang dihubunginya, dan mengabarkan bahwa dirinya telah sampai di tempat yang dijanjikan. Mereka akan ketemuan. Ini istilah yang lazim dipakai oleh dua orang gay yang belum saling kenal untuk bertemu. Belum saling kenal dalam arti berjabat tangan dan bertatap muka secara langsung. Tapi, sebelumnya mereka telah berkenalan lewat internet chatting atau email. Dan, mall adalah tempat favorit untuk ketemuan.
Tentu saja, ketemuan hanyalah salah satu bentuk perjumpaan sosial, meminjam konspesi Ervin Goffman yang banyak dikutip Anthony Gudden dalam bukunya, "The Constitution of Society", yang terjadi di mall dalam kaitan dengan keberadaan komunitas homoseksual. Bahkan, boleh dibilang, gay dan mall kini telah menjadi dua hal yang tak terpisahkan. Di mana ada mall, di situ tumbuhlah komunitas gay. Beberapa mall yang paling mencolok memperlihatkan gejala semacam itu antara lain Blok M Plaza, Plaza Senayan dan Pasar Festival di Jakarta Selatan, serta Plaza Indonesia dan Sarinah di Jakarta Pusat -untuk menyebut beberapa tempat saja yang terjangkau pengamatan.
Masing-masing mall itu punya karakter yang berbeda, yang juga melahirkan komunitas-komunitas gay yang memiliki ciri berbeda-beda pula. Terutama, soal ciri ini berkaitan dengan kelas sosial (bawah, menengah, elit) yang bisa ditandai dari gaya dan panampilan. Blok M Plaza misalnya, dengan lokasinya yang sangat strategis, menciptakan karakter pengunjung yang sangat luas dan beragam, dan kebanyakan dari kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah. Maka, komunitas gay yang tercipta di situ berasal dari kelas sosial yang sama. Pengamatan yang lebih mendalam kemudian mendapati sebuah temuan, yang sedikit banyak berkaitan juga dengan soal kelas sosial tadi, bahwa gay di Blok M umumya "kucing" -sebutan untuk mereka yang "jualan". Istilah "jualan" ini pun perlu dicermati lagi, karena tidak selalu identik dengan komodifikasi atau komersialisasi tubuh.
Mereka adalah gay dari kalangan muda, yang mencari oom-oom untuk "sekedar" merasakan sebuah gaya hidup bermobil, makam malam dan belanja. Tapi, ada juga yang memang secara tegas menarik bayaran. Sedangkan selebihnya, sekedar menjadi partner seks untuk "edisi harian" -lagi-lagi ini istilah kaum gay, untuk merujuk pada istilah "one night stand" atau seks semalam. Para gay "penjual" ini memajang diri di gedung bioskop dan sekitarnya di lantai 6 dan di tangga pintu masuk utama yang menghadap ke arah Terminal Blok M. Hampir sepanjang waktu mereka ada di titik-titik itu, tapi ada waktu-waktu tertentu di mana pemandangan terlihat lebih ramai dari biasanya. Untuk di gedung bioskop, saat "nomat" di Hari Senin merupakah salah satu waktu favorit, sedangkan tangga pintu masuk, malam menjelang mall tutup adalah saat paling "panas"
Gay Gedongan
Plaza Senayan dan Plaza Indonesia, dua mall yang termasuk paling mewah di Jakarta, merupakan ruang publik favorit bagi komunitas gay gedongan. Mereka datang untuk makan di food court, atau memang hendak belanja, tapi yang lebih penting dari itu, mereka akan sekalian hang out. Bagi gay "dewasa", kedua mall itu merupakan lokasi paling asik untuk berburu berondong lucu -catat: berondong adalah istilah lain dari abege, dan lucu menjadi predikat umum di kalangan gay untuk menandai wajah yang imut.
Di sini, yang terjadi adalah main mata, "kontak batin", saling membaca tubuh. Secara umum, tak ada yang membedakan mata dan tubuh lelaki gay dan lelaki "biasa". Tapi, ada "semiotika" yang disepakati bersama maknanya. Misalnya, jika ada lelaki bertatapan mata denganmu sampai dua kali berturut-turut, itu pasti gay. Tindik di telinga kiri, sapu tangan terjuntai di saku belakang celana, krah baju yang lebar, cambang yang memanjang di pipi…adalah sebagian tanda-tanda lain dari seorang gay.
Tapi, tanda-tanda itu tidak bisa diperlakukan dalam segala ruang dan waktu. Sapu tangan terjuntai misalnya, kini menjadi tanda bagi para Slankers -penggemar berat band rock Slank. Mode dan penampilan memang tak lagi mengenal batasan-batasan. Mall menjadi panggung besar bagi lalu-lintas tubuh yang memamerkan gaya hidup tertentu lewat penampilan yang secara terang-terangan menandai identitas. Di mall, tak ada orang yang takut atau ragu untuk mengekspresikan diri sesuai identitasnya. Karena, tak ada yang bisa secara sah menuduh seseorang itu gay, misalnya hanya lantaran ia mengenakan kaos ketat, atau pakaian lain yang berkonotasi feminin. Inilah jawaban, jika sejak awal tulisan ini sudah menimbulkan pertanyaan: mengapa mall? Mengapa mall menjadi ruang publik bagi gay untuk tampil sebagai dirinya? Dua gay yang membuat janji ketemuan di mall bisa dengan leluasa ngobrol, membuka diri satu sama lain, menemukan tema-tema tentang diri mereka sendiri, tanpa perasaan was-was dengan orang-orang di sekitarnya. Mall telah menggantikan rumah sebagai tempat yang paling aman untuk bersosialisasi dan menumpahkan hasrat-hasrat diri yang paling asli.
Genealogi
Kalau boleh sedikit serius, menarik melacak genealogi (asal usul) mall sebagai public spaces yang paling bertanggung jawab dalam menumbuhkan jamur fenemona komunitas-komunitas gay yang subur. Tapi, hal itu tentu membutuhkan kajian tersendiri yang lebih mendalam. Untuk sementara, katakan saja bahwa individu-individu gay sebagai warga kota tiba-tiba menemukan mall sebagai tempat yang "menyediakan" ruang kecil untuk berkumpul dan mencari teman sesama seperasaan. Kenyataan itulah yang membuat seorang gay ingin selalu kembali ke mall yang sebelumnya, mungkin dengan tidak sengaja, memberinya pengalaman sosialisasi yang selama ini dicarinya.
Tidak harus selalu terjadi perkenalan, dalam arti jabat tangan sambil bertukar nama dan informasi identitas lain. Mula-mula, hanya dengan tatapan mata yang berbalas saja, seorang gay di mall sudah meresa punya teman, dan itu membuatnya sedikit nyaman. Setidaknya, dengan main mata, ia telah menyatakan dirinya kepada orang lain, yang sama-sama gay. Di sebuah toko buku di Pasar Festival, Kuningan misalnya, perjumpaan-perjumpaan dalam kebisuan semacam itu setiap hari terjadi.
Pasar festival boleh dibilang sarangnya gay di Jakarta. Di sana ada kolam renang dan tempat fitnes yang banyak dikunjungi gay. Usai renang atau fitnes mereka menyebar ke mall, dan salah satu gerai yang paling banyak dikunjungi adalah toko buku itu. Tentu saja, dari hanya saling pandang ketika memilih-milih buku dan majalah, bisa berlanjut dengan perkenalan dan sebagainya. Itu urusan masing-masing. Yang ingin ditekankan di sini, toko buku itu telah membuka dirinya menjadi sebuah ruang perjumpaan bagi tubuh-tubuh yang merindukan pergaulan lain, di tengah pergaulan sosial besar yang tidak akrab dengan mereka.
artikel dari indoqueer
Comments
Tapi bener juga sih infonya..
Lhoo, dante, dijogja (malioboro mall) bukannya sama seperti dijakarta?..... 8)
dante ... dante .... ya udah dateng deh lu ke betawi sana ...
Kayanya gak usah ditoilet/di foodcourt/dimanapun juga kalo emang ketemuan lalu mo langsung kenalan dimuka umum juga bisa koq.....orang orang mana mau peduli dengan urusan kita.....iya gak, yang penting sih memungkinkan tempatnya oChReZzZ
Gw seriNg ke Ps Tapi Kok Ga pernah Nyadar yah?klo Bp sich ga usah DibiCaRain lAghi,agResif2 gay dIsana.
pengalaman gw sih..di WC TA banyak banget..gw aja yg tadinya niat, jadi keburu males duluan..bukannya apa-apa, tapi emang mereka bener2 keliatan banget ce ce pe-nya..(dalam artian, liat2an dan let's go).peringatan: hati2 kalo di Wc,karena ga smuanya orang baik2..ada juga yg jahat..sama satu lagi..jangan ampe kena security..wih, bisa geger satu mall..tengsinnya itu loh! ok?
WC TA = WC nya Taman Anggrek
Parah dunk!!kebetulan gw dah lama ga ke taman anggrek jadi kurang tau dech.emang pernah ada yg kejadian yach?
biasa nya kadang kadang kalo di PS tempat nongkrong GAY di cinnamon cafe ( depan wendy's) tapi campur dengan yang straight, di C21 boutiqe cafe, coffee club, tapi jarang GAY di PS untuk hunting, biasa nya mereka hanya untuk makan, minum dan shopping aja tuuh
LhoOo bUkAn nYa sEoRanG GAY itu mEnAnDakAn TiNdIkKan nya di teLingA kaNan?? :roll:
Anak bf ada gak yah?
Apa yg pada berdiri di sepanjangnya, melihat2, biasanya berpasangan 2 cowok, apa itu ya?