It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Tim menarik nafas dalam-dalam dan berpikir. “this is it.” Lalu berjalan menuju pintu masuk club. Dalam perjalanannya ke sini, dia sangat tegang, takut berpapasan dengan orang yang dia kenal. Memang di kota kecil seperti ini, tidak jarang bertemu dengan orang di jalan, di dalam tram, atau dalam bus. Tetapi dia tidak bertemu dengan siapa-siapa, untungnya, seperti kebanyakan kota-kota di eropa, toko-toko tutup cukup awal dan kota bagaikan kota hantu.
Club gay itu sering dia datangi dengan sekelompok temannya, pertama kali diajak oleh salah satu teman yang gay. Tidak ada satupun dari teman Tim yang mengetahui bahwa Tim sendiri bi. Hampir setiap akhir pekan mereka ke sana, kecuali bila Tim berpergian dengan teman sekolahnya, yang biasanya ke club termewah, dan tentunya straight, di kota itu. Malam ini adalah kesempatan terakhir sebelum Tim harus kembali ke Tanah Air.
Tim mengetuk pintu, dan terbukalah lubang kecil memperlihatkan sepasang mata. Mata itu melihat-lihat Tim, seakan meng-scan. Lalu pintu dibukakan dan Tim pun masuk. Dia membayar dan menuju tangga ke bawah di mana terdengar musik techno yang berdebar-debar. Clubnya, yang sangat kecil seperti layaknya club-club lainnya di kota itu, belum penuh… masih terlalu pagi.
Tim tidak yakin apa yang harus dia lakukan… ini pertama kali dia pergi ke sebuah club dengan dirinya sendiri. Dia membeli minum dan duduk di pojok ruangan, melihat-lihat orang lain. Setiap kali dia ke sini dengan teman-temannya, selalu ada saja seseorang yang menggodanya; berdansa dengannya, maupun mengajaknya bicara. Orang-orangnya pun beraneka-ragam, dari bapak-bapak tua yang menyeramkan hingga yang cukup tampan dan baik-baik.
Tetapi, dia dengan teman-temannya selalu menertawakan kejadian-kejadian pertemuan dengan orang-orang gay itu setelahnya. Temannya yang perempuan lalu membuat taruhan dengan temannya satu lagi untuk melihat siapa yang paling menarik bagi orang-orang gay, Tim atau temannya satu lagi. Terakhir kali, score mereka sama.
Setelah dance-floor-nya mulai ramai, dan ada musik yang dia sukai, Tim turun ke dance-floor. Beberapa saat berlalu, lalu Tim merasakan ada yang meraba-rabanya dari belakang sambil menari. Tim berputar dan disambut oleh seorang bapak-bapak yang menyeramkan, tersenyum lebar. Dia mendekatkan kepalanya ke telinga Tim dan berteriak agar terdengar di musik yang keras, “J’aime les asiatiques!” (saya menyukai orang-orang asia!).
Tim merinding, tapi hanya memberinya senyuman dan mengankat dua jarinya, menolaknya dengan sopan. Lalu cepat-cepat pergi menyelinap di keramaian dance-floor menuju ke kamar mandi. Dinding kamar mandi diatas urinalnya merupakan aquarium, jadi sambil melakukan “urusannya” dapat melihat ke bar. Akankah Tim menemukan action di situ? Tim bertanya pada dirinya sendiri.
Di dalamnya ada orang yang sedang menggunakan urinalnya, cukup tampan, berkacamata tapi tampan. Tim menggunakan yang di sebelahnya, dan melihat-lihat ke bar. Orang di sebelahnya mengambil intip ke Tim. Ia lalu ke tempat cuci tangan. Saat Tim akan menyusul, seseorang lain masuk dan langsung mengajaknya bicara. Dia adalah temannya. Ini tidak mengasikkan seperti apa yang Tim bayangkan. Orang-orang sibuk dengan teman-teman mereka sendiri. Mungkin Tim akan menetap sebentar, lalu pulang setelah itu.
Tim membeli minum lagi dan berusaha mencari tempat duduk, yang pada saat ini sudah penuh. Dance-floor-nya juga sudah penuh. Seluruh ruangannya penuh, tetapi orang masih saja mengalir turun dari tangga masuk. Kini puncak-puncaknya keramaian club-club.
Saat berdiri dan melihat-lihat, seseorang mengetuk bahunya dari belakang. Tim berpaling, dan hatinya skipped a beat, terkejut. Ada laki-laki hot yang dia pernah beberapa kali lihat di club itu, dan setiap kali melihatnya, Tim tidak dapat membantu untuk menatapnya semalaman. Laki-laki itu selera Tim, selalu mengenakan baju tanpa lengan, menunjukkan lengannya yang berotot. Walau berotot, tapi tidak berlebihan bagaikan binaragawan.
Rambutnya pirang kecoklatan spiked, dan yang membuatnya hot adalah bulu matanya yang lebat dan piercing di eye-brow nya. Keputihannya juga merupakan keputihan yang Tim sukai, yaitu putih pucat, seperti yang dimiliki orang-orang dari skandinavia atau inggris. Tim sangat menyukai itu.
Dia selalu dalam keadaan senang, senyumnya yang manis membuat Tim tersenyum juga seakan menular. Dia memiliki udara yang sangat santai, outgoing, dan kelihatan baik dengan semua orang. Dia selalu saja dikelilingi orang-orang. Semua orang menyukainya. Tim berpikir, mungkin dia hanya akan meminta api untuk rokok atau semacamnya.
“Vous êtes venu seul ce soir.” (anda datang sendiri malam ini.), dia bertanya. Tim senang karena berarti dia memperhatikan Tim. Laki-laki itu bersenyum sangat manis, yang membuat Tim bersenyum juga. Dari pertanyaan itu saja, seperti sudah ada pengertian di antara mereka, bagaimana Tim datang ke club itu selalu dengan teman straight atau kalau Tim tidak menunjukkan identitasnya yang sebenarnya pada teman-teman Tim.
“Ouais.” (ya) Tim menjawab. Senyumannya laki-laki itu berubah yang tadinya manis menjadi senyuman nakal. “On danse?” (Kita menari?) dia bertanya sambil menunjukkan ke arah dance-floor dengan kepalanya… sangat hot sekali dia. Jantung Tim berdebar-debar, lututnya terasa lemas, dia merasa seperti akan meleleh. Lelaki itu menarik lengan Tim menuju ke dance-floor. Tim merasa semua perhatian ke mereka berdua. Tim dapat merasakan tatapan-tatapan iri dari laki-laki lainnya.
Tubuh menyentuh tubuh, tapi masih terpisahkan oleh pakainan, tangan meraba-raba tubuh ; perut, dada, lengan, leher… Hot ! Kepala saling menyentuh pipi dengan pipi. Tim mencium keringat di pundaknya… Baunya bagaikan pheromone yang membuat Tim merasa mabuk. Bibirnya yang menyentuh leher Tim… sensual sekali! Tangannya di pinggul Tim, memegang dengan erat, AHHH! Tim merasa dadanya akan meledak!
Lalu Tim melihat bahwa dia sedang menatap mata Tim. Lalu dia berkata, “Aller, viens!” (Ayo, ke sini) sambil menunjukkan dengan kepalanya ke arah ruangan gelap di club itu, dan menarik lengan Tim lagi. Hingga saat mereka memasuki ruangan itu (yang lebih mirip seperti terowongan, ujung satunya menuju ke bar) Tim tidak pernah mengetahui fungsi ruangan itu.
Dia beberapa kali melewati terowongan itu dengan teman-temannya sebagai jalan pintas menuju bar untuk menghindari keramaian dance-floor, tapi secara tidak bersalah. Dan juga, tempat itu selalu tidak pernah ada orangnya, maka Tim tidak pernah memikirkan mengenai tempat itu. Kini Tim akan mengetahui rahasia-rahasia tempat itu. Atau setidaknya sebagiannya.
Di dalamnya tiba-tiba dia mendorong belakang Tim ke arah tembok (jadi menghadap dia). Tim sempat terkejut. Pergelangan tangan Tim diambil masing.masing tangannya dan diangkat ke atas, juga ke tembok. Rasa terkejut menjadi rasa senang. Posisi yang hot sekali, Tim tidak pernah mengetahui perasaan di dominasi, padahal hanya sekecil ini saja, tapi dilakukan oleh orang yang hot, membuat Tim sangat kehabisan nafas.
Dia mencium bibir Tim, tetapi begitu Tim membalas ciumannya, dia langsung menarik kepalanya mundur. Ciuman pertama Tim dengan seorang laki-laki. Tim sempat mengejar bibirnya dengan kepala Timi, tetapi karena tertahan oleh cekamannya Tim tidak dapat meraih bibirnya. Di kegelapan Tim dapat melihatnya tersenyum nakal seolah memang disengaja dia menahan kepalanya dekat dengan kepala Tim, tapi tidak terjangkau untuk dicium. Dia sengaja menggoda.
Sangat hot sekali. Tim lalu bercurang dan mengeluarkan lidah Tim dan menjilat bibirnya dengan lidahnya. Ini bagaikan undangan baginya, dan dia langsung menerjang. Ciuman kali ini sangat buas dengan permainan lidah. Dia mendorongkan tubuhnya ke tubuh Tim, masih memegang perpergelangan tangan Tim di atas.
Kenyataan bahwa laki-laki Eropa yang tampan ini menginginkan Tim, membuatnya merasa menang. Walaupun dia mungkin memperlakukan Tim sebagai objek seksualnya, Tim tidak memperdulikannya, karena Tim sendiri melakukannya juga. Dia hanyalah alat, hanya untuk dinikmati.
Cekamannya ke tangan Tim terperlonggar, lalu tangan-tangan Tim turun, menulusuri lengan berototnya dengan jari-jarinya. Tangan kanannya lalu ke belakang leher lelaki itu dan tangan kirinya memasuki kaosnya, meraba punggungnya yang putih, kuat, dan berkeringat.
Kaos tanpa lengan lelaki itu memiliki robekan sedikit di bagian depan lehernya. Tim memegang bagian leher bajunya tersebut, lalu merobek bajunya terbuka! Tim dapat melihat sedikit di kegelapan keindahan dan kesempurnaan tubuhnya. Setelah terkejut sesaat, lelaki itu menerjang kembali.
Tim mulai menurun, mencium hampir seluruh bagian dari tubuhnya, mulai dari lehernya, dadanya, menjilat titnya, perutnya, hingga ke bagian ikat pinggangnya. Lalu Tim menggigit ikat pinggangnya itu dan melepaskannya dengan giginya sambil memegang pinggulnya. Hidungnya berkuas-kuas ke perutnya dan dagu Tim dapat merasakan batang yang keras dibalik celananya. Tim lalu melepaskan kancingnya dan menurunkan zippernya, masih dengan giginya.
Tim berhenti sebentar. Lalu mulai naik lagi, tangan-tangannya meraba tubuh lelaki itu dari pinggulnya, ke pinggir perutnya, ke punggungnya. Kini dia bertatapan dengan lelaki itu. Dia memajukan mukanya, seolah ingin mencium. Saat lelaki itu memajukan mukanya juga untuk memberinya ciuman, kini giliran Tim yang menggodanya dan memundurkan mukannya. Lelaki itu tersenyum nakal dan Tim membalas senyuman itu.
Tim memasukkan tangannya ke dalam celana lelaki itu dan meraba batangnya yang sangat keras melalui celana dalamnya. Lalu mengelilingi dia sehingga dia berada di belakang lelaki itu. Celana lelaki itu Tim turunkan ke lantai. Lalu...
Tim berpaling dan berjalan keluar dari ruangan gelap itu. Dia melewati bar, melewati keramaian dance-floornya, and menaiki tangga menuju keluar. Saat dia sudah hampir sampai di atas, dia menoleh sambil terus berjalan dan dapat melihat lelaki itu keluar dari ruangan gelap tergesa-gesa sambil mengancingi celananya dan melihat ke kiri ke kanan mencari Tim.
Tim hanya tersenyum pada dirinya sendiri sambil berjalan ke kesejukan malam sambil berpikir, “I’m such a c0ck-tease”, puas dengan dirinya sendiri, mengetahui bahwa bahkan orang yang hot seperti lelaki tadi menginginkannya dan bahwa dia memiliki kekuasaan terhadap lelaki seperti itu. Kini dia dapat kembali ke Tanah Air dengan penuh kepercayaan diri.
Ibaratnya mobil lagi melaju mulus, eh tiba2 ada orang mau nyebrang.. iiiiiiitttttttt.... brrrrmmmmmmmm... iiiiiittttttttttt... bbbrrrrmmmmmmmmmmmm... ngeeeennnggggg...
Tapi klo kata gua sih seru koq, mungkin kata2nya agak baku ya? Kurang tau gua.... soalnya blm perna baca porn story pake bhs indo
juga gua blm perna clubbing jadi ga tau suasanya di nite klab itu gmn hehehe
@black smith : mmg bener kita ga ngerti bhs prancis, tapi daripada langsung di terjemahin ke indo kayaknya ngurangin suasana prancis nya hehehe maap no offens lho cuma pndapat aja
Tim bole nanya gak itu bagian yg nyatanya yg mana huauhauha....
Iya nih, dalam bahasa indonesia menjadi tidak kedengaran erotis. Oh well... Atau posting cerita dalam bahasa inggris?
Mengenai mana yang nyata dan mana yang fiksi... ya, itu merupakan suatu misteri... LOL
Story in English is sound (or should i say seem) interesting.....
apa mata ric yg lamur???
lol
btw, bagus juga kok ceritanya
jadi terbius nih... LOL
Kurang nakal ditengah2 critanya
tumben Cong gampang ke-bius.
INDAH MEMANG.
I LUV BF
yurike yurike.... posting dari jaman jebot masih direply pula.....