Oleh Leoverry
Di usia yang baru 17 tahun aku sudah banyak mengenal gadun. Beberapa kali aku juga menjalin hubungan yang cukup serius, seperti pacaran meskipun aku akui kalau aku tidak tulus mencintai mereka. Tak banyak teman-teman dekatku yang mengetahui rahasiaku ini, apalagi keluarga. Justru yang tahu adalah orang-orang yang aku kenal ketika masuk ke dalam dunia ini.
Istilah gadun bukan hal yang asing di antara remaja sekolah seusia kami, terutama di Jakarta, tempat sekarang aku tinggal. Bahkan beberapa teman cewek di sekolah sering membahasnya dan aku sering kali cuek saja, karena sebagai cowok terasa risih ketika membahas tentang om-om.
Namaku Reza siswa Kelas XII salah satu SMA Swasta di Jakarta. Dari kecil aku sudah merasakan ketertarikan dengan laki-laki, saat itu aku belum memahaminya sama sekali. Aku pernah bermimpi memeluk teman kelasku waktu SD, dan dia cowok. Perlahan fantasiku tentang cowok semakin kuat, aku sering membayangkan tentang adegan-adegan seksual dengan cowok, objeknya tentu saja teman-teman sekolahku.
Aku banyak mendapatkan bahan dari internet yang aku akses melalui smartphoneku. Ada rasa hangat begitu melihat gambar-gambar pria macho dan ganteng, padahal aku bukan orang yang kemayu. Kadang ketika secara tidak sengaja melihat foto profil cowok ganteng di beranda facebook aku akan langsung mengecek detail yang punya akun. Meskipun seringkali ternyata itu akun palsu. Kadang ada juga yang berbagi video porno sejenis melalui facebook, aku menikmatinya meskipun beberapakali aku mencoba menggosok-gosok kemaluanku dan tidak ada yang terjadi, hanya mengeras saja. Hal itu terus terjadi sampai usiaku 12 tahun dan puncaknya adalah saat pertama kali sperma meluncur keluar dari penisku.
Kejadian itu bermula saat aku duduk di kelas VIII semester dua. Waktu itu kakak sepupuku menikah dan Pakde Agus (kakaknya papa) mengadakan resepsi di rumahnya yang ada di Salatiga. Kami sekeluarga berangkat dan akan menginap di tempat Pakde Agus selama beberapa hari. Kami tiba di lokasi sore harinya. Awalnya papa mengajak kami menginap di Hotel karena rumah Pakde Agus digunakan untuk rangkaian acara pesta pernikahan, tapi jarak pusat kota ke rumah Pakde Agus sangat jauh, jadi papa memutuskan kami akan menginap di rumah Pak Darmin tetangganya Pakdeku.
Rumah pak Darmin cukup luas seperti rumah-rumah di desa pada umumnya, tidak terlalu banyak desain. Ada tiga kamar tidur, ruang tamu dan ruang keluarga yang ukurannya besar-besar serta dapur. Kamar mandinya ada di luar di samping sumur dan hanya disekat dengan karung plastik bekas. Sore itu kami istirahat sebentar di salah satu kamar yang masih lumayan berantakan. Papa dan mama sudah mandi ketika aku bangun.
"Ja, mandi sana gi, bentar lagi kita mau ke tempat Pakde" ucap mama sambil memegang pundakku.
Aku mengangguk dan berjalan menuju pintu belakang sambil menenteng handuk dan sikat gigi. Terlihat beberapa ember besar telah terisi air, kelihatannya sudah disiapkan oleh yang punya rumah. Aku membuka pakaianku dan menyisakan celana dalam saja lalu mulai mengguyur tubuhku dengan air yang ada di ember, terasa begitu segar. Suasana sore di desa ini benar-benar bikin betah. Entah sudah berapa lama aku menikmati mandi sore itu sampai aku tidak sadar ketika seorang remaja laki-laki berdiri hanya menggunakan celana dalam saja tepat di sampingku.
Aku terkejut ketika dia memberi tanda kehadirannya dengan batuk kecil. Sebagai orang yang sudah terbiasa membangun fantasi tentang keindahan tubuh laki-laki, tentu saja mataku langsung memandangi setiap senti tubuh cowok yang hanya menggunakan CD itu.
Untuk cerita lengkapnya dapat mengunjungi
https://www.wattpad.com/story/171795984-gairah-om-om-muda
Comments