Panggil saja aku Riki. Aku lahir dari keluarga tidak mampu. Ayahku meninggal saat aku berumur 5 tahun. Ibuku sibuk bekerja dan saudara-saudaraku sibuk mengurusi kehidupannya masing-masing. Sejak kecil aku hanya ingin bisa sekolah seperti teman-temanku. Aku mngenal sex saat di bangku SMA. Aku yg masih polos hanya bisa diam dan tak berani melawan saat seseorang yang baru aku kenal tiba-tiba melakukan oral sex kepadaku. Ibuku sangat pelit soal uang. Sekolahku kacau krn aku tidak memiliki cukup buku untuk belajar. Tidak memiliki cukup support system. Dan tertinggal jauh dari kawan2ku yang 95% ikut bimbel. Akhirnya untuk meredam itu semua aku melampiaskan rasa frustasiku dgn sex. Jika aku orang kaya mungkin aku akan melakukan hal lain. Jalan-jalan dengan teman. Makan/ pergi refreshing ketempat wisata. Tapi aku hanya anak dengan uang saku 2rb perhari. Aku cukup bodoh krn mengira sex dengan sesama lelaki hanya seperti sebuah permainan. Pikirku toh juga gk akan ada yang hamil. Sampai akhirnya aku merasa ada yang aneh dengan diriku. Mulai muncul tanda IMS namun aku malu untuk memeriksakannya. Takut jika dokter tau kalau anak seumuranku sudah melakukan hubungan sex, apa lagi dengan laki-laki. Lama kelamaan gejala itu hilang dengan sendirinya dan aku mengira itu sudah sembuh. Aku tidak menghiraukannya lagi. Melanjutkan hidupku ke bangku kuliah dengan modal beasiswa bidik misi. Setengah tahun kuliah adalah saat yang paling membahagiakan dalam hidupku. Aku punya bf, bisa kuliah, dan bisa melakukan beberapa hal yang tidak bisa aku lakukan sebelumnya saat aku tidak memiliki uang sendiri. Namun masalah kekurangan biaya kebutuhan kuliah yang tidak seberapa selalu dijadikan masalah oleh ibuku. Ujungnya aku terpaksa berhenti karena terlalu banyak masalah tentang uang dan agama. Persoalan agama adalah senjata yang selalu digunakan ibu untuk lari dari kewajibannya. Saat aku tidak taat ibadah dia menggunakan alasan itu untuk tidak membiayaiku, saat aku taat ibadah dia menggunakan alasan aturan lain di agama untuk melakukan hal yang sama. Aku sudah lelah dengan pola masalah yang sama sepanjang hidupku. 1 Tahun menganggur aku baru mengenal yang disebut tes VCT. Akupun juga banyak berubah. Dari yang tadinya pilih-pilih teman gay menjadi berteman dengan siapapun. Entah itu ngondek, bukan tipeku dll. Aku sudah kehabisan media untuk berteman. Dan hanya melalui sosmed aku bisa melakukan interaksi sosial lagi. Aku mulai rutin cek vct. Berkali-kali hasilnya negative. Gejala-gejala yang selama ini muncul menyerupai HIV ternyata tidak terbukti. Lambat laun aku sadar ternyata selama itu pihak yang menyediakan tes tidak melakukan tes VCT bersamaan dengan tes IMS. Pertama mendapat tes lebih lengkap aku positif sifilis HIV masih negative. Saat itu aku berfikir mungkin gejala seperti HIV ini adalah sifilisku yang dulu aku kira sembuh. Aku rutin berobat dan berharap bisa segera tuntas agar keadaanku tidak semakin buruk. Aku mendapat cukup motivasi untuk mulai bekerja dari teman-teman gayku. Rajin olahraga, bahkan memiliki target baru untuk membentuk tubuhku. Targetku mulai tercapai. Tp anehnya sifillisku selalu datang dan pergi meskipun aku melakukan seks aman dan rutin berobat. Aku masih rutin tes tiap 3 bulan sekali. Saat itu aku baru selesai melakukan kursus gratis program pemerintah untuk mencari sertifikat sebagai penunjangku mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Aku sudah merasakan kerasnya dunia perburuhan, kecilnya gaji seorang penjaga toko. Aku sama sekali tidak bisa melihat masa depan yang baik saat mendapat upah yang hanya sebatas UMR. Selesai kursus aku sakit. Seseorang baru saja membobolku dan aku baru sadar dia tidak menggunakan kondom saat selesai melakukannya padahal dia punya. Aku sudah curiga dengan kondisiku pasca hubungan itu. 3 bulan kemudian saat kondisiku membaik, aku mulai tes lagi. Sedikit kaget. Petugas lab memanggilku lagi dan untuk melakukan tes ulang. Hasilnya aku benar-benar positif HIV. Setelah cek Cd4 jumlahnya hanya tinggal seratusan. Perawat bilang kemungkinan aku sudah terinfeksi selama bertahun-tahun dan bukan karena kejadian 3bulan lalu. Syok. Hari pertama mengetahui bahwa aku HIV aku sama sekali tidak bisa tidur. Hari berikutnya pertahananku runtuh.Aku menangis sejadi-jadinya memikirkan nasibku kedepan. Segala perasaan negatif bercampur menjadi satu. Memikirkan segala perjuanganku untuk bangkit yang hanya akan berakhir sia2. Memikirkan rasa sakit yang akan aku terima kelak nanti. Memikirkan impian-impianku yang tidak akan bisa aku raih lagi. Aku sudah sangat lelah dan ingin mengakhiri hidupku saat itu juga sebelum semuanya memburuk. Namun ketakutan lain muncul. Cerita tentang kehidupan setelah mati yang banyak dipercayai orang ikut menghantuiku. Sebelum ini aku sudah melepas agama warisan dari keluargaku. Perasaan kecewa karena sering mendapat ketidakadilan dan perlakuan buruk hanya karena perkara agama adalah hal yang mendasarinya. Lalu semua ini terjadi. Apakah Tuhan marah? Apakah aku sudah terlalu banyak berbuat dosa sampai Tuhan memberiku hukuman seberat ini? Aku merasa tidak memiliki waktu lagi untuk memikirkan itu semua. Yang jelas aku tidak ingin merasakan rasa sakit yang lebih dari ini. Seperti kata orang, mungkin kehidupanku setelah mati akan sangat buruk jika aku bunuh diri. Aku membuang semua egoku. Mendekatkan diri kepada kepercayaan yang sudah lama aku tinggalkan. Segala pelajaran, keraguan, kekecewaan yang aku dapat selama ini tidak aku hiraukan lagi. Padahal semua pelajaran hidup itu sebenarnya sudah membuatku tidak bisa percaya lagi. Tapi aku terlalu lelah dan takut untuk berfikir. Disamping itu, aku mulai melakukan terapi ARV untuk menekan virus yang ada dalam tubuhku. Bukan makin membaik, tubuhku hancur. Efek samping obat membuatku mual, muntah, hilang nafsu makan, demam tinggi berhari-hari, linglung, halusinasi, bahkan ruam muncul diseluruh badanku. Padahal sebelum memulainya kondisiku baik-baik saja. Batuk datang semakin menjadi, aku begitu mudah lelah dan sesak nafas. Aku tidak bisa tidur mengenakan bantal/ meletakan langanku diatas perutku saat tidur karena rasanya seperti darahku tidak dapat mengalir, tidak kuat lagi melawan gravitasi. Aku bertahan selama 2 mnggu, lalu kembali ke rumah sakit. Hasil lab juga menunjukan bahwa kondisiku memburuk. Hb, Leukosit, Trombosit banyak sekali yang drop menjadi sangat rendah. Akhirnya aku mendapat kombinasi obat yang berbeda. Disini aku menyadari bahwa kualitas pelayanan untuk penderita HIV dan pengetahuan dokter mengenai kondisi ini di Indonesia masih sangat minim. Berulangkali aku mendapat intimidasi mengenai orientasiku. Keluhan-keluhan terkesan disepelekan. Sifilisku tidak ditangani, dijelek-jelekkan, dibentak, tidak dihargai, bahkan perawat poliklinik dan apoteker Rumah Sakit tidak tahu dan sempat salah memberikan label cara minum obat yang harus aku konsumsi. Alhasil aku menderita lebih lama lagi. Setelah beberapa minggu tubuhku mulai terbiasa. Efek samping obat itu sudah jarang aku temui. Aku bisa makan tanpa rasa mual lagi. Aku bisa bekerja lagi. Menjadi kembali sehat seperti sebuah kesempatan kedua bagiku. Aku kembali berfikir mengenai hidup ini. Aku sadar dengan ataupun tanpa HIV hidupku masih bisa berakhir kapan saja. Aku sadar bahwa HIV bukanlah sebuah hukuman. Banyak penderita HIV yang aku temui berasal dari khalangan ibu rumah tangga yang tidak tahu apa-apa dan tertular dari almarhum suaminya. Dari membaca aku juga tahu bahwa penderita HIV bisa hidup sama panjangnya dengan orang negative HIV jika bisa menjaga, merawat diri dan mendapat pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di website poz juga banyak yang masih bertahan dengan virus ini selama 30 tahun dan masih hidup. Tahun 2017 resmi diumumkan hasil penelitian bahwa ODHA dengan viral load tidak terdeteksi tidak dapat menularkan virusnya ke orang lain meskipun tanpa kondom sekalipun, hal ini diumumkan melalui kampanye U=U / Undetectable means Untransmitable. Penelitian mengenai HIV sangat gencar. Timoty Ray Brown berhasil sembuh meskipun para dokter dan peneliti belum tahu pasti penyebab kesembuhannya. Bill Gates yang memiliki Gates foundation yang juga berusaha mencari functional cure untuk HIV juga optimis bahwa 2030 obat HIV sudah tersedia dan hanya memerlukan waktu 1 Tahun penggobatan untuk terbebas dari HIV. CRISPR CAS9 berhasil menghapus HIV yang diujicobakan pada tikus melalui pemotongan gen. Amfar yang berfokus pada hal ini juga optimis akan ditemukannya obat pada tahun 2020. Yang paling dekat adalah pengumuman dari 5 universitas besar di inggris yang sudah melakukan uji coba obat mereka pada manusia selama 5 tahun. 2016 kemarin ada relawan penelitian tersebut yang virusnya berhasil tak terdeteksi lagi tanpa ARV berkat pengobatan yang diberikan. Dan hasil fix dari penelitian itu akan di umumkan tahun ini di 2018 (cek Tirto id dan official web oxfford university). Harapan-harapan itu sesaat membuatku kembali semangat menghadapi hidup ini. Namun ini mungkin akan seperti fase yang pernah aku alami sebelumnya dimana aku bangkit lalu takdir kembali menghancurkanku. Aku selalu bangkit cepat atau lambat. Tapi terjatuh berkali-kali saat kebahagiaan menyelimutiku adalah hal yang sangat menyakitkan. Apakah aku tidak pantas untuk bahagia setelah semua penderitaan ini? Apakah Tuhan itu benar-benar ada? Jika Tuhan itu ada kenapa dia tidak adil padahal dia maha adil. Koruptor yang mengambil hak rakyat hidup bermewah-mewahan sepanjang hayatnya. Manusia sepertiku yang hanya ingin hidup normal dan bahagia tidak pernah mendapat jalan bahkan terus mendapat halangan. Jika Tuhan itu benar-benar Dia, mengapa kesaksian orang yang mati suri tentang penglihatannya mengenai afterlife selalu berbeda beda Tuhan di masing masing Negara. Kenapa jika Dia baik orang yang menuruti keinginannya/ sebaliknya tidak selalu mendapat balasan yang pantas? Kenapa jika dia baik dia tetap ingin ada penderitaan? Kenapa jika dia ada dia tidak pernah muncul menunjukan jalan yang benar dan malah tetap membiarkan banyak orang tersesat termasuk aku. Untuk apa sebenarnya hidup ini. Bagaimana aku bisa bahagia. Bagaimana aku bisa tahu bahwa saat ini aku berada pada jalan yang benar/ salah. Bagaimana aku memperbaiki semua ini. Atau aku harus menyerah pada fakta bahwa memang sebenarnya Tuhan tidak pernah ada, aku sudah tidak bisa bahagia lagi, dan sebaiknya aku mengakhiri hidupku ini karena memang tidak ada apa-apa setelah mati daripada terus menderita dan membuat orang lain di sekelilingku juga merasakan penderitaan karena diriku. Aku disini mencari sebuah jawaban. Aku berharap aku cepat/ memiliki cukup waktu untuk menemukannya.
Comments
Semangat BTW kalo mau berteman cek IG kita sis....... :v
Banyak hal dalam hidup ini adalah "given" (sudah ditakdirkan) - seperti misalnya warna kulit, warna rambut, postur tubuh, kepribadian, segala hal yang diwariskan secara genetik, dan bahkan "wiring" (cable connection) internal kita yang membuat preferensi sexual kita gay atau straight. Ini adalah diri kamu yang sebenarnya.
Tapi banyak hal dalam hidup juga adalah pilihan. Seperti kamu bisa memilih untuk setia sama satu orang; open untuk siapa saja; atau bahkan abstain dari sex seumur hidup.
Kamu juga bisa memilih untuk tetap percaya pada yang di atas; atau melupakannya sama sekali. Dan pilihan apapun yang akan kamu ambil tidak akan mengubah siapa diri kamu sebenarnya.
Kalau kita sudah memilih - ya kita harus konsekuen dong.
Kalau memilih untuk percaya pada yang di atas - tugas utama adalah untuk beribadah, mengucapkan syukur atas apa yang telah diberi kepada kita. Baru kita mengharapkan, meminta, sekiranya boleh, untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Dan tidak ada garansi bahwa semua permintaan kamu akan dikabulkan.
Kamu bisa memilih untuk menjadi bitter - pahit dengan hidup yang kamu alami saat ini. Memenuhi diri dengan negativity, mendorong semua orang di sekitar kamu untuk tidak menyukai kamu dan menambah depresi.
Tapi kamu juga bisa memilih untuk embrace all that life had given you. Menerima apa yang sudah terjadi, make peace with yourself, dan selalu mencoba melihat segi positive dari apa yang kamu miliki saat ini. Mungkin dengan cara ini akan menolong kamu untuk merasa lebih baik.
Saran saya - biarpun mungkin kamu secara finansial agak sulit melakukannya - cobalah untuk melakukan lebih banyak charity (sumbangan) atau volunteering work. Dan hal itu tidak sulit. Dengan berlaku baik dan sopan dan menolong orang di sekitar kamu itu saja sudah merupakan salah satu cara. Menolong tetangga yang kerepotan mengangkat belanjaan - menolong mengambilkan barang seseorang yang terjatuh - menolong membukakan pintu untuk orang lain - tidak harus membayar untuk melakukannya ya?
Kalau kamu bisa melakukan volunteering - di panti wreda, di rumah sakit - mungkin hal ini bisa membuka mata kamu bahwa masih banyak yang lebih bermasalah dari diri kamu, dan sebenarnya hidup kamu lebih baik dari orang2 yang kamu tolong, sehingga membantu kamu untuk lebih bersyukur.
Good luck dan semoga kamu merasa lebih baik, dan saya harap kamu bisa lebih mensyukuri hidup dan at peace with your own self.
Dear Riki,aku tau nasihat apapun dari orang orang yang tidak atau belum mengalami hal berat sepertimu tak akan banyak membantumu untuk bangkit.Kamu mungkin berpikir,kalian tau apa? hidupku berat bahkan sejak aku usia dini.Tidak ada kebahagian dari segi mana pun,bahkan dari keluarga yang seharusnya paling utama.Kalian hanya bisa mengoceh menasehatiku bahwa Tuhan itu ada,tuhan itu adil etc.Aku muak dan lelah.Tuhan tidak pernah benar benar ada.Mungkin itu yang kamu pikirkan atas saran atau masukan orang orang.Tapi menurutku,selama kamu masih mampu bertahan sejauh ini,kamu harus percaya itulah pertolongan Tuhan yang tidak kamu percayai.Kamu masih mampu menuliskan kisah pahitmu disini,kamu tidak memutus nyawamu,itu adalah tanda kasih sayang Tuhan yang tak ingin kamu menemuinya dalam keadaan gagal sebagai umat manusia.Tuhan tak mengijinkan kamu menyerah setelah penderitaan panjang nan berat.Tuhan ingin kau menemuinya setelah kamu sudah menemukan kepercayaanmu lagi atasNYA.
Dear riki,aku tahu sebagai orang biasa aku tak punya kapasitas mengatakan semua itu.Aku bukanlah ahli agama atau semacamnya.Aku juga sama seorang pendosa yang banyak melakukan tindakan yang dilarang pencipta kita.Tapi aku bersyukur aku tidak kehilangan kepercayaan atas penciptaku,semoga tidak pernah terjadi hingga aku kembali padaNYA.Bertahanlah kawan,semoga kedepannya ada kebahagiaan yang menantimu entah dalam bentuk apa.Jika tidak di dunia,semoga kebahagiaan yg kamu impikan sudah dipersiapkan Tuhan di alam akhir.Walahualam.Tentunya jika kamu masih mau memperbaiki diri dan mendekat lagi padaNYA.
maaf kalau ada kata kata yang tak berkenan.SEMANGAT.