BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

TEDY BOY

Awalnya aku merasa bahwa ini hanya kekagumanku pada seorang berparas tampan yang sangat populer di sekolahku, tapi setelah aku tak sengaja berkenalan dengannya dan menjadi akrab. Perasaan ini sangat tidak karuan. Apa yang terjadi denganku? Kenapa dia sangat memperhatikanku? Kenapa kita begitu dekat sampai banyak gosip tentang kita berdua di sekolah. Rasanya aku ingin lenyap dari bumi ini.

Richo Julian. Lelaki bertubuh tegap berwajah tampan dengan tubuh sempurna juga kepribadiannya yang membuat semua orang mengaguminya. Dia adalah anak kelas XI IPA, seorang atlit renang, karate juga sangat cerdas dalam matematika. Bukan hanya itu, keluarganya juga kaya raya. Hidupnya terlalu sempurna.

Evan Fernandez, itu namaku. Seorang kutu buku yang hanya memiliki satu teman wanita dari SD bernama Yessi Yonanda. Wanita tomboy yang menjadi sahabatku sejak duduk dibangku Sekolah Dasar.

Inilah kisahku, begitu menyenangkan diawal, bergitu rumit dipertengahan, dan tak jelas kapan akan berakhir...

Comments

  • dilanjut ...
  • edited February 2018
    #1
    ~~~~~~~~~~
    Aku meregangkan tubuhku dengan mata yang masih terpejam karena ngantuk. Waker di meja sebelah kanan kasurku sungguh berisik. Tak bisa membiarkanku yang masih dalam alam mimpi berimajinasi. Kumatikan waker dan membuka mataku. Jam 04:00 WIB. Ok, waktunya untuk beribadah dan setelah itu mandi.
    Perkenalkan, namaku Evan Fernandez. Nama belakangku diambil dari nama papaku Jeremy Fernandez. Mamaku Sinta Mariana yang menjadi ibu Fernandez setelah menikah dengan papaku. Berumur 15 tahun, tubuhku tak terlalu pendek dan berisi. tinggi 170cm dan berat badan 55kg. Berkulit putih bersih, bermata minus, dan berambut poni kekanan.

    Kuambil kaca mata di meja belajarku setelah memakai seragam sekolah. Hari ini adalah hari pertama masuk ke sekolah. SMA di pusat ibukota membuatku harus bangun pagi agar tidak telat sampai ke sekolah. Karena jarak rumah ke sekolah yang lumayan jauh menggunakan bus trans. Setelah rapi memakai seragam, buku yang sudah ada dalam tas, dan juga rambut yang agak basah sehabis mandi, aku turun ke lantai dasar menghampiri meja makan. Disana sudah ada mama, papa, kak Adi kakakku yang paling aku idolakan sedang sarapan.

    "Pagi ma, pa, kak" Sapaku pada mereka

    "Hmm" Kata kak adi yang sedang mengunyah nasi goreng buatan mama

    "Pagi adek, sudah semua kan peralatan sekolahnya?" tanya mama

    "Sudah kok mah, beres semua" Jawabku apa adanya

    "Carin temen yang bener ya di sekolah, jangan suka ikut ikutan anak jaman sekarang yang nakal" Papa mengelus kepalaku ketika aku duduk disampingnya

    "Iya pa, adek gak bakal ikutan yang kek gitu kok. lagian gak penting juga kan"

    "Kalo udah SMA harus bisa dapet ya.. minimal dua cewek lah" Sahut kak adi

    "Ishh kakak ya kalo ngomong, adeknya diajarin yang enggak enggak" tegur mama

    "Hehe becanda mah, lagian masak masa SMA jadi jones" kak adi tak mau kalah

    "Pacarannya entar kalo udah selesai sekolah dan mapan, sekalian nikah gitu" mamah juga tak mau kalah

    "Udah udah, malah ribut soal pacaran. gak tau apa kalo papa dulu mantan playboy" Sahut papa

    "Yang bener pa?" tanyaku dengan polosnya

    "Papa, sama aja kayak kakak ya ishh" mama mencubit lengan papa dengan gemas

    "Hehehe kan dulu mah. Lagian masak papa mau selingkuh dari wanita yang paling sempurna seperti mamah" Papa mulai dengan rayuan mautnya

    "Papa ternyata pinter ngegombal ya. ajarin adek dong pa"

    "Ishh papa nih, awas ya kalo macem macem. apalagi ngajarin adek rayuan gombal" mama mulai bersungut

    "Hahaha, iya deh. entar aja kalo adek udah agak dewasa dikit papa ajarin" Papa tak berhenti tertawa

    Kami pun tertawa dengan candaan lainnya selama sarapan. Aku merasa bersyukur dan beruntung memiliki keluarga seperti ini. Kami jarang sekali bertengkar. Paling hal sepele saja dan itu pun kurang dari lima menit. Papa bekerja di perusahaan di tengah kota, kadang pergi ke luar kota agak lama dari seminggu sampe sebulan full. Ketika aku kangen dengan papa biasanya ketika papa pulang kami akan melakukan aktivitas bersama seperti memancing, jogging ataupun bermain bulu tangkis. Mama adalah tipekal ibu idaman semua anak. Selain pintar memasak, dia juga sangat perhatian kepada semua anggota keluarga dan tak segan segan untuk mengomeli jika ada satu hal saja yang kesalahan dan kemudian membantu menyelesaikannya sebisa mungkin. Kakak adalah seorang yang sangat pandai di bidang IT. dia sekarang kuliah di Universitas negeri di pusat kota. Kami sering bermain bersama kala kakak mempunyai waktu senggang. Kepribadiannya yang humoris membuatku nyaman dan mengidolakannya karena dia banyak sekali mencetak prestasi di sekolah.

    Aku berangkat menggunakan bus trans. tak butuh waktu lama bus sudah terlihat dari kejauhan. Aku pun naik kedalam bus dan duduk di bagian paling belakang. Alasanku duduk di paling belakang agar turunnya tidak terlalu memakan banyak watu. 30 menit perjalanan, akhirnya aku sampai di SMA ku yang terletak di pinggir jalan. para siswa siswi berhamburan masuk kedalam gerbang. Aku yang masih belum memiliki teman akrab pun hanya masuk sendirian melihat lihat orang orang yang berkelompok masuk. Memang tak ada temanku waktu SMP yang masuk kedalam SMA ini. Hanya ada satu temanku di komplekku yang berhasil masuk ke SMA ini. Memang agak sulit masuk ke dalam SMA ini dengan banyaknya persyaratan dan juga nilai yang harus bagus. Aku merasa beruntung bisa masuk ke SMA ini walaupun masih belum banyak mengenal temanku karena hanya waktu MOS lah kami berkenalan.

    "Evan, tungguin gue dong. Lu jalan cepet amat sih" Suara itu datang dari balik punggungku, tak salah lagi itu pasti Joni anak satu komplek denganku

    "Hai, kenapa lu lari lari gitu?" Tanyaku melihat Joni berkeringat di dahinya dengan nafas ngos ngosan

    "Lu kenapa gak nungguin gue berangkat sih tadi. Pagi amat lu pergi sekolah, mau jaga gerbang lu"

    "Kalo gak pagi banget gak dapet bis. lu nya aja yang kesiangan tadi ya gue tinggal" Jawabku asal

    "Tega lu ye nyet. Besok gue bakal bangun pagi dah. Eh lu masuk kelas apa?"

    "Kelas A, lu kelas apa?"

    "Sama dong"

    "Serius? pinter juga lu ya"

    "Eh sialan lu, emang kalo gue keliatan bego apa"

    "Dikitt"

    "Anjirr, ayokk masuk keburu bel"

    "Yokk"

    Kami pun berjalan menuju kelas kami. Di lorong sekolah ada banyak gerombolan wanita yang berkumpul sambil sesekali berteriak histeris. Aku dan Joni saling bertatapan. Karena penasarn kami pun menghampiri gerombolan siswi itu.

    "Ada apaan sih kok rame banget" Tanya Joni celingukan sambil mencari tahu apa yang membuat para siswi itu histeris

    "Eh lu gak tau ya, itu tuh kak senior yang paling ganteng lagi ngumumin ekskul dan cari anggota osis baru" Jawab salah satu siswi yang mengantri

    "What?!! ini kan masih hari pertama anak baru di sekolah. kok cepet amir" Joni garuk garuk kepala

    "Menegetehek. Gue gak peduli mau kecepetan ato enggak yang penting harus ikutan" Siswi itu terlihat sangat bersemangat memegang buku tulis dan ballpoin

    "Yaelah, yaudah yuk van masuk" Ajak Joni yang terlihat tak peduli dengan gerombolan itu. Tapi setelah aku melihat sosok yang ditengah gerombolan itu rasanya takjub dengan parasnya yang luar biasa tampan. Dia juga ramah dan tak terlihat sedikitpun gugup dikeroyok banyak gadis.

    "Eh van, lu kenape?" Joni menepuk pundakku membuatku terkejut

    "Eng.. lu gk pengen ikutan jadi anggota osis?" Tanyaku polos

    "Emang apaan untungnya?"

    "Menurut buku yang gue baca, jadi anggota osis itu menyenangkan dan bisa dapet banyak teman, populer, dan bisa menambah nilai di rapor" Jaabku apa adanya

    "Haa.. populer? jadi banyak cewek yang nempel gitu?" Joni terkejut dan terlihat antusias dengan pejelasanku

    "Hmm... ya bisa dibilang begitu"

    "Kalo gitu gue juga mau ikutan dah" Joni tiba tiba berubah pikiran dan mengeluarkan buku dan ballpoinnya dari tas. Aku hanya tertawa melihat tingkah temanku satu ini. Karena aku juga ingin ikut jadi anggota osis jadi aku juga ikut mendaftar.

    Setelah sepuluh menit menunggu akhirnya Joni dan aku bisa mendaftar. Gerombolan gadis itu sudah tak terlihat lagi. Aku dan Joni pun duduk disamping sosok yang sempurna ini.

    "Nama?" Aku memperhatikan wajahnya yang begitu bersih tanpa jerawat serta rambutnya yang sedikit keriting berwarna kecoklatan. Matanya yang berwarna kecoklatan dan juga tajam. Bibirnya merah muda berbentuk oval. Dengan wajah tirus serta alis yang agak tebal membuat parasnya begitu sempurna

    "Halo... Nama lu siapa dek?" Tanya nya lagi membuatku geragapan dari lamunanku

    "Hmm Evan kak. Evan Fernandez" Aku pun senyum gaje karena grogi. Aku melihat nama yang ada di seragamnya, Richo Julian.

    "Ok, kelas?" Tanya nya lagi

    "Sepuluh IPA A kak" Jawabku nyaris tak terdengar

    "Apa?!!" Dia mendekatkan wajahnya kearahku. Tiba tiba rasanya wajahku terasa panas. Mungkin wajahku sudah terlihat seperti tomat sekarang.

    "Sepuluh IPA A kak" Aku menjawabnya lebih bersuara, dia menatap mataku seperti mencari tahu isi otakku. Jantungku rasanya terdengar sampai ke telinga. Apa dia juga mendengar detak jantungku ya?

    "Oh, ok ok. Lu juga mau daftar dek?" Dia kemudian bertanya pada Joni

    "Iya mas bro. Gue Joni Hermawan kelasnya sama kayak dia sepuluh IPA A" Jawab Joni

    "Ok. Nanti abis pulang sekolah ngumpul di aula sekolah ya"

    "Ok mas bro" Jawab Joni"

    "Iya kak" Jawabku sopan

    "Btw mas bro. Kenapa cari anggota baru osis nya cepet amat?" Tanya Joni penuh rasa penasaran

    "Hmm, ternyata ada yang kepo juga ya hehe. Jadi OSIS di sekolah ini lagi kekurangan anggota karena tahun lalu banyak yang dikeluarin" Jelas Kak Richo

    "Kenapa di keluarin mas bro? Pada ngelanggar aturan apaan emang?" Tanya Joni masih penasaran

    "Jadi, tahun lalu pada protes tentang kebijakan baru yang dibuat ketua OSIS. Dan sekarang karena ketua OSISnya udah ganti jadi kebijakan yang dulu dihapus karena dianggap menyusahkan banyak pihak" Jawab kak Richo panjang lebar

    "Emang apa kebijakannya dulu kak? Kok bisa sampe nyusahin banyak pihak?" Aku gantian bertanya

    "Dari kebijakan berseragam, bertutur kata, sampai makan di kantin dibuat peraturan yang ngebuat para siswa siswi gak nyaman, akhirnya anggota OSIS banyak yang gak setuju dan demo. Tapi bukan jawaban yang didapat malah mereka yang dikeluarkan dari OSIS. Jadi anggota OSIS sekarang cuma sepuluh orang aja" Kak Richo nampak sedih

    "Hah sepuluh orang doang?! Terus ketua yang sekarang siapa kak?" Tanyaku lagi

    "Yang paling ganteng dek" Jawabnya penuh percaya diri dengan senyum yang mengembang membuatku seperti kesetrum.

    "Yang paling ganteng siapa mas bro?" Joni dengan polosnya bertanya, Kak Richo pun geleng geleng kepala

    "Yang paling ganteng ka kak richo lah" Aku keceplosan, Joni melongo kemudian melihat kearah Kak Richo dan melihat nama di seragamnya.

    "Oh jadi lu mas bro yang jadi ketua hehe. Gue gak ngeh tadi baru sadar ngeliat nama di seragamnya haha" Joni terlihat idiot sekarang

    "Hehe gak papa lagian kan belum kenalan. Kenalin gue Richo Julian kelas Sebelas IPA A" Kak Richo berkenalan dengan Joni

    "Joni Hermawan" Joni menjabat tangan kak Richo

    "Kenalin Gue Richo Julian walaupun lu udah tau hehe"

    "Evan Fernandez" Aku tersenyum gaje lagi dan menjabat tangannya. Kak Richo menatap mataku dengan tatapan yang sedikit aneh. Membuatku merinding.

    "Yuuk masuk van, lima menit lagi udah bel nih" Ajak Joni, Tanganku belum juga dilepas oleh kak richo.

    "Mmm... Kak kita balik dulu ya" Sedikit kaget kak richo melepas tangannya dan tersenyum lagi

    "Ok, see you" Kak richo pun bangkit dari kursi dan pergi ke arah yang berbeda

    "Van, lu gak papa?" Tanya Joni memicingkan matanya

    "Emang gue kenapa?" Tanyaku polos

    "Lu sopan amat ama tuh senior. Jangan sampe dia suka sama lu ya, BAHAYA. muka lu kan manis banget kayak gulali gopek"

    "Lu kalo ngomong suka ngejeplak aja ya. dasar lu. Nyamain muka gue kayak gulali gopek murah amat" Aku menempeleng kepala Joni

    "Ya kali kan maksudnya manis gitu cakep. Lu dipuji malah emosi aneh lu nyet. Eh tapi kenapa kita tadi ngeluarin buku sama ballpoin yakk. Kan gk disuruh nyatet"

    "Iya juga sih, yaudah lah kan tadi ikut ikutan sama gerombolan cewek tadi"

    "Iya sih, dasar aneh tuh cewek cewek"

    "Emang lu enggak?"

    "Iya juga sih, tapi lu juga aneh banget"

    "Kok busa?"

    "Aneh banget, gue gak pernah liat cowok seputih dan semulus lu"

    "Emang udah dari sononya kali"

    "Andai kulit gue juga kayak lu, pasti tuh cewek cewek langsung tergila gila sama gue"

    "Ngarep lu ah, yuk masuk. Banyak berhayal bisa menyebabkan ketergantungan"

    "Ketergantungan? Maksudnya?"

    "Ketergantungan sama micin biar makin ngayal"

    "Sialan lu nyeet!!!"

    "Ahahaha"

    Kami pun masuk kedalam kelas dengan tawa. Enah perasaan apa ini, tapi aku merasa sangat senang. hmm Richo Julian. Idola baruku sekarang.
Sign In or Register to comment.