"Hey, bangun! Jam berapa ini?"
Sayup-sayup terdengar suara orang membangunkanku sembari menggoyang bahuku agar segera bangun.
"Iya-iya bentar, emang jam berapa." Aku menjawabnya dengan masih berguling-guling malas di atas kasur.
"Liat sendiri! Tuh ada jam." Balas dia dengan jutek.
Kejadian semacam ini sudah rutinitas sebenarnya, dari cara membangunkan teman sekamarku yang jutek abis dan akunya yang hobi tidur ini. Hanya saja hari ini aku lumayan parah memang bangun kesiangannya karena setelah aku lihat jam sudah menunjukkan pukul 9. Ya bagaimana lagi dong semalam diajak begadang di angkringan sampai larut setelah pengajian bareng di masjid. Berbagai isu-isu terkini pun dibahas habis-habisan semalaman baik di pengajian maupun secara informal di angkringan dengan beberapa kawan pengajian.
Oh iya teman sekamarku ini juga ikut lho semalam tapi menakjubkannya dia masih tetap bisa bangun pagi. Tadi subuh pun dia yang membangunkanku, jangan salah biarpun aku bangun siang gini tadi sudah shalat subuh kok. Dia sangat rajin, sekarang pun dia sedang keluar membeli sarapan dan rice cooker sudah menunjukkan indikator matang.
"Ini aku beliin gudeg mau ya." Tiba-tiba dia masuk ke kamar membelikan sarapan seperti biasa tanpa bertanya terlebih dahulu karena sudah tahu yang aku doyan apa sebenarnya.
"Kamu beliin apapun aku juga makan kok, santai aja."
"Besok ku beliin kertas kamu makan ya."
"Ih jahat."
"Bodo!"
Sikap juteknya ini lucu. Biarpun galak begini dia masih perhatian dan kami masih bisa tinggal bareng tanpa ada masalah besar.
"Aku mau work out pagi dulu ya."
"Iya, nanti abis itu mandi siap-siap Jumatan!"
"Iya shap basku."
Aku melanjutkan kegiatan rutin work out ringan. Udah jadi kegiatan rutin tiap pagi, pasti aku sempatkan entah sekadar push up atau gerakan gerakan work out lainnya. Sehabis work out aku duduk duduk santai di depan kamar. Ku lihat dia sedang menyapu kamar dan mengeluarkan debu-debu dan kotoran dari kamar kami. Aku perhatikan dia dan aku sedikit senyum eh dia malah ngomel, "Mandi sana! Bau!"
"Kamu dulu deh, baru jam segini juga. Gak bagus tau badan penuh keringat langsung mandi."
"Badanku juga penuh keringat, abis nyapu kamar. Harusnya ini giliran kamu bersihin."
"Eh iya toh? Duh maap abis capek obrolan semalam. Abis kenapa tadi kamu gak nyuruh sekalian sih."
"Ngeles aja mulu! Gak peka sih."
Ah jikalau sudah begini aku hanya bisa mengalah. Memang salahku sih ini, akhirnya aku meneruskan pekerjaan bersih-bersih walaupun tidak banyak yang aku bersihkan karena sebagian besar sudah dia bersihkan.
Dia mandi duluan sedangkan aku istirahat sebentar lagi setelah membersihkan kamar seadanya. Dia selalu lama mandinya btw, entah apa yang dia lakukan di sana bahaha.
"Aku dah kelar nih, tuh kalau mau mandi."
"Iya bunda!"
Lenganku langsung dicubit setelah aku panggil bunda barusan. Sakit sekali.
Aku bergegas ke kamar mandi, ketika aku hendak menggantungkan handuk ku, ada sesuatu di gantungan baju, handphone. Ketika aku mau mengambil handphone itu tiba-tiba pintu kamar mandi yang belum terkunci terbuka.
"Hpku ketinggalan!" Dia mengambil HP-nya dengan panik dan muka merah.
"Santai aja kali, aku bisa maklum kok. Kita dah idup bareng juga."
"Apaan sih." Dia langsung keluar dari kamar mandi, tampaknya dia malu sekali padahal aku tidak melihat isi layar hp dia apa. Walaupun sudah tertebak sih. Ah sudahlah ya.
Selesai mandi, ketika hendak bersiap untuk berangkat shalat jumat. Tiba-tiba hujan.
"Yah, hujan." Keluhku singkat.
"Gak usah aleman, ada payung tuh."
"Kan cuma satu."
"Barengan, jangan dibikin repot!"
Akhirnya kami menuju masjid dengan menggunakan payung. Sepayung berdua dan agak berdempetan karena hanya payung lipat yang kecil itu. Dia secara tak biasa berjalan cepat sekali sampai dibuat kewalahan diriku. Kami pun sampai di masjid tepat sesaat sebelum adzan.
Khutbah Jumat hari ini adalah tentang kasus LGBT dan zina. Benar-benar mengikuti berita terakhir ya. Kesadaran moral umat saat ini memang harus diperbaiki.
Hujan reda bersamaan dengan selesainya shalat Jumat. Secara impulsif kami tidak langsung pulang. Dia mengajakku naik ke menara masjid yang belum lama selesai dibangun. Kita naik sampai balkon teratas.
Di atas sini angin bertiup lebih kencang, tapi masih aman. Terlihat pula keramaian area sekitar masjid dengan orang-orang yang berkerumun di sekitar masjid hendak melakukan kegiatan masing-masing.
"Hey lihat ada pelangi!" Dia berpekik menunjuk langit.
"Wah pas banget ya pas kita ke sini. pemandangan Langka sekali lho pelangi lingkaran penuh, setelah hujan lagi."
"Iya, pas juga dengan khutbah barusan dan obrolan semalam."
"Maksudnya? LGBT?"
"Iya."
"Sayang sekali ya. Hal indah seperti pelangi malah dipakai komunitas LGBT. Menyedihkan."
"Hmm... Eh aku ada pertanyaan."
"Hm? Apa?"
"Atau mungkin lebih tepatnya permintaan."
"Apa itu? sebut saja."
"Kamu ingat diskusi semalam yaitu salah satu hukuman untuk homoseks, di sejarah Islam dijatuhkan dari minaret kan?"
"Iya..."
"Aku gay, akankah kamu mendorongku sampai jatuh dari atas menara ini?"
Aku terdiam mendengar perkataan dia. Dia menepi ke pembatas, aku maju selangkah.
Selangkah...
Comments
:'v
Hening.
Lucu malahan, lucu2 satir sih.
Disini emang pada dasarnya terbuka sih orang2nya, nggak mandang dia ngondeknya separah apa kalo emang baik hati, pinter & berprestasi yah no problemo. Meski tak dapat dipungkiri isu2 yang lagi memanas lagi akhir2 ini bikin agak insecure.
yha gitu juga bole. Sebenarnya emang kepikiran bikin hint tambahan yang bikin penuh dugaan pake foto simbolis gitu. Kaya dua pasang buah rambutan di foto di atas tanah gitu misal.
emang iya. keputusasaan sama depresi jadi bagian cerita di sini yang agak tersembunyi gitu. Bagus deh kalau bisa terasa hehe.
Sama, tadi di masjid kampungku juga bahas eljibiti yes. Terlebih setelah sensus eljibiti di provinsiku yg hasilnya cukup mencengangkan itu.
Btw apakah dirimu mengenalku secara pribadi kah bang @physic_squad?
nggak ko @aurora_69 , gw tinggal di jkrta bkn padang..