https://www.wattpad.com/story/118639568
Cerita ini sudah di upload terlebih dahulu di wattpad, tapi penulis juga akan menyelesaikannya di forum ini.
Cerita simple, tentang Pram yang masih polos dengan tingkat penasaran yang tinggi, dan Yudhi pemuda desa yang ga sengaja jadi objeknya.
Awalnya Pram takut dengan Yudhi yang bertubuh tinggi dan berbadan tegap karena tidak sengaja melempar mainan yang mengenai kepala Yudhi. Tapi Yudhi yang terlihat sangar ternyata pemuda yang ramah dan baik.
Tragedi dimulai dari teman Pram yang memperlihatkan video dewasa kepadanya.
Sembari menunggu banyak cerita yang masih belum lanjut, saya mau coba bikin cerita nih.
Cerita bersambung tapi jujur kayanya ga akan terlalu panjang, karena penulis masih baru & noob.
Comments
Teriknya matahari siang itu tidak menyurutkan semangat seorang pemuda bercokol menggarap sawahnya. Panas yang menyengat kulit kecoklatan itu membuat butiran keringat mengkilap membahasi tubuhnya. Yudhi pemuda tinggi bertubuh tegap itu telah terbiasa dengan hal seperti ini, nampak dari kulitnya yang sedikit menggelap karena terbakar matahari namun sedap dipandang disandingkan dengan wajahnya yang rupawan.
Di waktu yang bersamaan seorang anak laki-laki berseragam SMP sedang berlari menuju jalan pulang ke rumahnya yang melewati area persawahan. Pram, anak manis berumur 13 tahun itu terlihat senang berlarian mengibaskan pesawat mainannya di udara, berusaha memutar baling-baling di depannya agar dapat terbang seperti yang telah diperlihatkan teman-temannya di sekolah tadi.
"Brmm.. nguengg.. P-51 Cadillac of the Skies.." seru Pram meniru suara pesawat favoritnya dalam film perang dunia 2. Tak banyak berpikir, dia lemparkan pesawatnya ke udara diikuti dengan laju mainan kayu tersebut mengambang perlahan di udara. Apesnya Yudhi yang memang berpostur tinggi (192cm) saat itu bangun dari pekerjaannya nandur padi, sehingga tertabrak mainan pesawat milik Pram yang dilemparnya.
Melihat pesawat mainannya menabrak seseorang, Pram ketakutan setengah mati dibuatnya. Apalagi bagi anak mungil (154cm) seperti Pram, Yudhi bagaikan raksasa yang siap mengamuk dan memakan anak-anak bandel sepertinya. Sosok Yudhi yang kokoh bertelanjang dada terlihat seram seperti pemain Smackdown/WWE yang sering ditirunya dari televisi.
Dalam benaknya, Pram akan dimarahi hingga dibanting sampai terbelah menjadi dua. Yudhi yang mendekat perlahan karena berada di dalam sawah yang berlumpur bagai slow motion membuat suasana kian dramatis. Gemetar ketakutan membuat Pram lari pontang-panting melupakan tanggung jawabnya sebagai pemilik pesawat tersebut.
"Walah bocah, ini pesawatnya ditinggal?" Yudhi bingung, kenapa bocah SMP tadi lari ketakutan, walaupun terlihat sangar dengan tubuh yang kekar tapi Yudhi punya wajah yang tampan. Mungkin para perempuan akan terpesona dengan wajah tampan Yudhi apalagi ditambah service gratis tubuh kekar yang sengaja dibiarkan tak tertutup kain di bagian atasnya.
Tapi hal itu tidak berlaku bagi Pram, dia hanya seorang bocah laki-laki polos yang sadar bahwa dirinya telah melakukan kesalahan. Walaupun jelas dimatanya Yudhi adalah pemuda yang tampan. Tapi bagi Pram, Yudhi hanyalah seorang berbadan besar yang bisa saja membuat badan kecil mungil itu babak belur dibuatnya.
Padahal kalau saja Pram kenal dengan Yudhi, pasti akan tahu persis dengan sifat keramahannya. Yudhi terkenal di desa Panglipuran sebagai pemuda yang santun dan murah senyum. Karakternya yang friendly membuat dia mudah disukai orang, terlebih para kaum perempuan.
Sebenarnya Yudhi yang memang sudah selesai nandur padi berniat mengambilkan pesawat mainan yang membuat dahinya sedikit sakit. Yudhi tau akan susah untuk berjalan di atas lumpur yang tebalnya pasti akan sampai ke lutut anak kecil, apalagi mengingat seragam sekolahnya yang sudah pasti akan kotor. Ditambah kaki-kaki kecil anak itu juga pasti akan merusak tunas-tunas padi yang sudah ditanamnya.
Karena tidak tahu menahu siapa anak itu, Yudhi akhirnya membawa pesawat mainan itu untuk disimpan dirumahnya. Yudhi berjalan sebentar ke pengairan untuk membersihkan tangan dan kakinya, dilanjutkan dengan berberes peralatan untuk pulang.
TBC
@lulu_75 suhu, mohon diarahkan ^^
Sesampainya di rumah, seperti biasa dia mengambil air untuk menghilangkan rasa hausnya karena berjalan jauh sampai ke runah. Rumah Yudhi memang terletak di kaki gunung yang agak jauh dan hampir memasuki area hutan. Letaknya pun sedikit terpisah dari pemukiman yang lain, karena rumah-rumah yang dulu berada di sekitarnya diroboh menjadi kebun keluarganya. Hal itu dikarenakan para pemilik rumah lebih memilih untuk tinggal di daerah yang dapat dilalui kendaraan bermotor. Sehingga menjual dan juga ada yang menghibahkan tanahnya untuk keluarga Yudhi.
Rumah Yudhi memang memiliki medan yang sedikit susah. Bahkan kendaraan seperti sepeda saja susah, mengingat letaknya ada di atas tebing kecil. Memang ada tangga menuju ke atas. Tapi untuk kendaraan beroda harus di angkat manual kalau mau dibawa ke atas. Padi hasil panen pun biasa disimpan Yudhi di lumbung pamannya yang merupakan kepala desa Panglipuran. Untungnya ada jalur yang terbentuk alami di samping sungai kecil yang mengarah ke area sawah dekat perbatasan desa. Jadi bagi Yudhi kendaraan bermotor tidak terlalu dibutuhkan, walaupun sebenarnya dia punya motor yang dititipkan juga di rumah pamannya.
Yudhi juga tinggal sendirian di rumah itu, ayah dan ibu nya telah berpulang. Sedangkan kakaknya sudah tinggal di kota bersama anak-anak dan istrinya. Seringkali Yudhi diajak tinggal bersama di kota, namun Yudhi menolak karena ingin merawat sawah milik ayahnya.
Lagipula dahulu, Yudhi tidak bernasib baik untuk melanjutkan pendidikan tingginya. Meski keluarganya memiliki sawah dan kebun tapi penghasilan hanya cukup untuk makan sehari-hari, namun sekarang uangnya bisa ditabung untuk biaya Yudhi untuk membuka usaha. Beruntung dia memiliki kakak yang cerdas yang akhirnya bisa jadi pegawai kantoran.
Sempat terbersit untuk melanjutkan pendidikan tinggi dari uang tabungan milik Yudhi juga bantuan dana dari kakaknya, tetapi menurut Yudhi tidak sebanding kalau harus menelantarkan sawah peninggalan mendiang ayahnya atau bahkan sampai menjualnya.
Begitulah jalan pikiran pemuda sederhana bernama Yudhi, hidupnya sekarang sudah dirasa cukup bahagia baginya. Memiliki teman banyak, hidup tenang di desa. Ada pun satu keinginan membuka usaha di waktu luangnya, dan bisa memberikan pekerjaan kepada orang-orang yang membutuhkan di desa Panglipuran.
----tbc
Ini cerita pertamaku, di part ini menceritakan tokoh pertama Yudhi. Menurutku penting karena next chap ada bagian-bagian yang ga perlu saya jelaskan lebih lanjut.
https://www.wattpad.com/story/118639568
Siapa disini yang lagi nunggu lanjutan cerita dari gary096 - THE OFFICE, qeith4n - REBEL OF THE HEART sama Sekai007 - My Bos, My Ex Husband? Sama kok
Saya juga reader dari penulis-penulis keren di atas. Jadi kita doa'in aja mereka sehat biar bisa melanjutkan ceritanya.
Semoga semangat budaya menulis lebih berkembang ke depannya.
--Pram POV
"Drap.. drap.. drap.." suara langkah kaki tergesa-gesa melangkah menuju rumah besar dengan tembok tinggi-tinggi menjulang di sekitarnya.
"Mas Joko.. buka pagernya mas.. buruan mas.. cepet!!.." Pram dengan nada ketakutan meminta mas Joko, satpam rumahnya untuk membukakan pagar.
"Ia.. ia.. den iya.. , kenapa lari-larian den?" Tanya mas Joko sambil membukakan pagar. Mas Joko dibuat bingung dengan tingkah anak majikannya yang berlarian ketakutan.
"Itu pak dikejar beruang gede.. banget.. serem pak" balas Pram menjawab pertanyaan mas Joko. Sebenarnya Pram saja yang ke-pedean, karena Yudhi sama sekali tidak mengejarnya.
"Beruang darimana den Pram.. dari kecil saya sering main ke hutan atas ga pernah jumpa beruang disana?" Mas Joko menambahi, karena sebagai orang asli desa Panglipuran dia tidak pernah melihat bahkan mendengar isu soal beruang.
"Itu pak.. orangnya tinggi.. giginya tajem-tajem" balas Pram kembali mendeskripsikan Yudhi asal-asalan.
"Lha.. beruang apa orang to Den..?" Mas Joko ditambah bingung dengan anak bandel satu ini.
"Pokoknya dia marah, udah gitu mau makan aku" balas Pram ga mau kalah.
"Hayo.. den Pram bandel lagi ya??" tebakan jitu mas Joko
"He.. he.. iya mas, pesawat Pram nabrak kepalanya mas-mas yang tadi" akhirnya Pram mengakui kesalahannya.
"Ya sudah masuk dulu den Pram, ganti baju kalau mau pergi main lagi" mas Joko menasehati.
"Ia mas.. Pram masuk dulu ya.." Pram reflek mengambil tangan mas Joko untuk memberi salam dengan mencium tangannya, tradisi/adat yang sudah ditanamkan oleh orang tuanya ketika berjumpa dengan orang yang lebih tua.
Seperti biasa mas Joko mengusap rambut anak majikannya yang paling disayang semua penghuni rumah. Bukan hanya karena Pram anak tunggal, tetapi karena tingkahnya yang ceria dan perilakunya yang sopan yang membuat dirinya menjadi anak kesayangan. Pram yang bandel juga membuat orang-orang disekitarnya dibikin gemas, mukanya yang memang cakep turunan dari orang tuanya sedikitnya meminimalisir, orang-orang untuk tidak marah akan kenakalannya.
Masuk ke dalam rumah Pram langsung naik ke atas menuju kamarnya untuk mengganti baju sesuai nasehat dari mas Joko. Setelah mengganti baju, Pram langsung turun ke meja makan. Jam 1 siang, merupakan waktu-waktunya perut Pram minta diisi.
"Bi.. bi Sum.." panggil Pram sambil mengintip makanan di dalam tudung saji. "Bi Sum.." sekali lagi Pram memanggil sambil menuju ke arah dapur.
"Iya den Pram.. sudah balik. Mau makan ya" seru seorang paruh baya yang sudah hafal kebiasaan Pram, kalau lagi lapar.
"Iya bi Sum, mau minum es yang seger sama buatin mi goreng ya" kembali Pram reflek mengambil tangan bi Sum memberi salam sekaligus request dibuatkan mi goreng.
"Oalah lauknya hari ini ga suka den Pram? Ada rendang sama dendeng kesukaan den Pram lo.." beritahu bi Sum kalau-kalau anak majikannya itu belum melihat makanan kesukaannya di meja makan.
"Iya bi Sum makan sama rendang sama dendeng juga, terus pake nasi sama mi goreng" balas Pram semangat.
"Sama es sirup ya bik.." Pram kembali mengingatkan.
"Oalah den Pram.. siap den siap.. tapi kalo ga habis jangan dipaksa ya den nanti sakit perut. Buat kasih "Leo" aja biar ga sayang" bi Sum tahu benar anak majikannya itu kemungkinan besar pasti makan sampai habis, karena Pram memang nafsu makannya tinggi walau badannya kecil mungil. Berbanding terbalik dengan si kucing peliharaan "Leo" yang berukuran tambun dan lucu.
"Iya bi Sum, pasti habis kok. Kalau sudah aku tunggu di kamar ya bi.. mau main P.S." balas Pram memberitahu.
Sebelum memejamkan mata, Pram kembali teringat dengan kejadian di pematang sawah pulang sekolah tadi. Kalau dipikir-pikir pematang sawah itu merupakan jalan satu-satunya yang harus dilalui untuk bisa ke sekolah. Kalau melewati jalan aspal harus memutar menggunakan kendaraan bermotor bersama dengan orang tuanya.
Pram tahu benar orang tuanya sibuk bahkan hanya sekedar makan siang bersama di rumah. Lokasi kantor ayah dan ibu yang ada di kota membuat mereka susah meluangkan waktu untuk pulang ke rumah. Tiga hari sekali mereka baru bisa pulang ke rumah itupun hanya untuk semalam karena pagi berikutnya mereka kembali harus masuk kantor.
Bukan tanpa alasan orang tua Pram tinggal di desa yang jauh dari kota. Pesan mendiang nenek dari ayahnya untuk merawat rumah sekaligus sawah dan perkebunan kelapa sawit keluarga mereka yang berhektar-hektar luasnya.
Tidak hanya itu, persis di belakang rumah yang dikelilingi tembok yang tinggi itu merupakan lumbung besar tempat bertemunya pembeli hasil panen dari kota. Keluarga mereka juga dipercaya para petani di desa Panglipuran untuk membantu menegosiasikan harga hasil panen agar tidak tertipu oknum pengusaha, termasuk paman dari Yudhi salah satu dari para petani itu.
Itu berarti cepat atau lambat Pram akan kembali bertemu dengan mas-mas serem yang tertabrak mainan pesawatnya. Apalagi Pram juga berniat kembali ke lokasi mencari mainan kesayangannya itu, karena dari kecil Pram selalu diceritakan oleh ayahnya mengenai kehebatan burung besi itu semasa perang dunia ke dua dulu. Pram yang masih anak-anak tidak menjadikan tokoh-tokoh pilot sebagai pahlawannya, malah mengidolakan jenis pesawat yang di gunakan tersebut.
----tbc
Hi buat pembaca part 2, disini saya lebih memperkenalkan tokoh Pram, tujuannya ga jauh beda dari part 1 untuk memudahkan pembaca mengetahui lokasi-lokasi yang akan menjadi setting dari cerita ini. Juga mengenal tokoh Pram yang kesepian dibalik keceriaannya.
Maaf tiap chap terpotong-potong karena saya menulis lebih dari seribu kata, tapi ga muat.
semoga pertanyaan bang lulu bisa mewakili buat pembaca yang lain kalau bertanya masalah umur.
Untuk chap 3 besok aku mulai publish dan ketik via handphone di wattpad. Dan karena ga bisa di copas di BF sehari setelahnya.