BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Obsession..?

13»

Comments

  • Maaf ya kawans begitu lama updatenya, padahal cuma tinggal satu part lagi. semoga kalian masih mau baca cerita ini.


    Part 5 END


    Revie menatap nanar layar ponsel dan laptop Amar. Tapi sekarang matanya lebih fokus pada pesan yang di dapat dari Arfan. Ingin rasanya Revie marah kepada Arfan. Menanyakan maksudnya mengirimkan foto yang diterimanya saat ini. Sebuah foto yang memperlihatkan Radit sedang mencium kening seorang perempuan di depan pintu apartemennya. Revie tidak dapat melihat wajah perempuan itu, karena dia membelakang. Hanya wajah Radit yang sedikit terlihat saat mencium perempuan itu.

    Tidak lama sebuah video durasi pendek juga dikirimkan oleh Arfan. Dengan tangan gemetar Revie memutar video tersebut. Air matanya pecah seketika melihat Radit membawa perempuan itu masuk ke dalam apartemannya. Kekasih Revie itu terlihat bahagia menerima kedatangan perempuan itu. Pakaian yang mereka kenakan di foto dan di video persis sama. Itu berarti Arfan mengambilnya pada hari yang sama. Tapi kapan?

    Pertanyaan Revie terjawab saat dia menerima sebuah pesan lagi dari Arfan. Pesan yang mengatakan kalau foto dan video itu diambil pada hari ini. Detik itu juga Revie ingin melempar ponselnya ke lantai, hingga sebuah panggilan dari Arfan mengurungkan niatnya. Segera saja Revie menjawab panggilan tersebut.

    “Apa maksudmu mengirimkan foto itu?” ketus Revie saat menjawab telpon dari Arfan. Saat ini dia ingin marah kepada Arfan, tapi percuma, karena Arfan tidak salah sama sekali.

    “Sebentar lagi aku sampai di rumahmu. Kamu harus ikut denganku nanti,” balas Arfan di seberang telpon.

    Revie merasa kesal mendengar ucapan Arfan barusan karena perkataan pemuda itu terdengar seperti perintah baginya. Tapi, baru saja dia ingin menjawab Arfan, sambungan telponnya sudah diputus secara sepihak oleh Arfan. Dia mengerang marah, sekaligus bertanya-tanya apa tujuan Arfan datang dan memaksanya untuk ikut dengannya nanti.

    Kini perhatian Revie kembali beralih ke laptop Amar. Melupakan sejenak masalahnya, Revie membuka salah satu video yang ada di sana. Adegan dua orang laki-laki sedang berciuman langsung terputar di media player laptop tersebut.

    Masih melihat video yang di nontonnya, Revie mendengar pintu kamar mandi Amar terbuka membuat Revie menoleh ke arah pintu itu. Dia melihat Amar yang baru selesai mandi berdiri mematung di ambang pintu.

    “Ada yang mau Kakak jelaskan kepada Revie?” tanya Revie berusaha bersikap santai kepada kakaknya itu.

    Dengan gugup dan salah tingkah, Amar menggaruk kepalanya yanng basah sehabis mandi. Dia tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan Revie. Merasa malu kepada sang adik karena sudah tertangkap basah menyimpan banyak video mesum gay. Dan secara tidak sengaja adiknya juga sudah mengetahui tentang orientasi seksualnya yang selama ini disembunyikannya.

    “Kakak gak usah takut. Kita sama, kok,” ujar Revie santai memberitahu kakaknya bahwa dia juga seorang gay.

    “Hah?” kali ini Amar berekspresi bingung membalas ucapan adiknya. Apakah dia tidak salah dengar atau Revie hanya ingin memancingnya agar mengaku.

    “Aku juga gay, Kak,” lanjut Revie saat melihat kakaknya tidak kunjung mambalas ucapannya.

    Mendengar penuturan Revie, Amar segera berjalan menghampiri adiknya itu. Tapi teriakan mamanya yang menyuruh Revie untuk turun ke bawah menghentikan langkah Amar.

    “Sebenarnya masih ada yang ingin kutanyakan kepada Kakak. Tapi nanti aja deh,” kata Revie sebelum menghilang dari hadapan Amar.

    ...

    Revie menemukan Arfan sedang asyik berbincang dengan mamanya. Mereka terlihat akrab, padahal mereka baru beberapa kali bertemu. Tidak mau berlama-lama, Revie berpamitan kepada mamanya dan mengajak Arfan pergi secepatnya.

    **

    Revie mengatur napas perlahan untuk menenangkan hatinya yang sedang gundah akibat foto yang dikirimkan Arfan tadi. Ternyata Arfan mengajaknya ke apartemen Radit.

    Tahu maksud tujuan Arfan, Revie mengambil kunci duplikat yang tadi sempat di ambilnya di kamar. Revie membuka pintu apartemen Radit dengan hati-hati dan jantung yang deg-deg-an.

    Revie tidak melihat siapapun di ruang tamu ketika pintu terbuka. Dia terus melangkah masuk dan membiarkan Arfan berdiri di luar. Begitu langkahnya sampai di depan pintu kamar Radit. Revie bisa mendengar dengan jelas suara-suara aneh yang membuat tubuhnya mematung dan air matanya sudah keluar lagi tanpa di perintah. Suara desahan laki-laki dan perenpuan saling bersahutan di dalam sana. Suara-suara yang sangat Revie kenal.

    Dengan tangan gemetar, Revie memegang kenop pintu kamar di depannya itu. Dia memutar kenop pintu tersebut dengan perlahan yang ternyata tidak dikunci. Air mataya semakin jatuh mengalir saat melihat adegan mesum di dalam kamar tersebut.

    Perempuan yang ada di bawah tubuh Radit terperanjat kaget ketika melihat kehadiran Revie yang tiba-tiba. Sedangkan Radit yang tengah sibuk menggoyangkan pinggulnya maju mundur menatap heran pasangan mesumnya itu, lalu menolehkan kepalanya kebelakang. Pemuda itu tak kalah syok melihat Revie yang berdiri mematung di dalam kamarnya dengan berurai air mata.

    “Jadi dia pacar yang tidak ingin kamu kenalkan itu?” tanya Revie dengan suara gemetar. Sementara orang yang ditanya kalang kabut menutupi tubuhnya yang telanjang dengan selimut. Begitupun dengan Radit yang tergesa-gesa mengenakan celana dalamnya.

    Kilasan-kilasan kejadian yang pernah mereka alami berputar-putar dengan indah di benak Revie. Saat mereka di mall, saat mereka merayakan tahun baru bersama, dan saat dia mendengar suara desahan ketika menanyakan keberadaan Radit kepada perempuan itu lewat telpon. Perempuan itu adalah Mira, teman sekolahnya dulu.

    Selama ini Revie tidak pernah menaruh curiga dengan kehadiran Mira yang tiba-tiba disaat dia berkencan dengan Radit. Dia hanya mengira kalau mereka bertemu Mira karena kebetulan semata. Tapi, sekarang dia paham arti dari kebetulan itu. Teman dekatnya di waktu SMA itu telah mengkhianatinya, begitupun dengan kekasih yang selalu dibangga-banggakannya, terutama kepada Arfan yang sering memaksanya untuk menjadi kekasih permuda itu.

    Revie menatap penuh emosi pemuda yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya itu. Dia mundur selangkah begitu Radit mendekati dirinya.

    “Sayang, aku akan jelaskan semuanya,” ujar Radit berusaha mendekati Revie yang menangis di hadapannya.

    “Jangan panggil aku dengan sebutan itu,” kata Revie dingin. Merasa jijik dengan panggilan ‘sayang’ yang diucapkan Radit.

    “Sayang, aku minta maaf. Aku....” Radit tidak melanjutkan ucapannya karena dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya kepada Revie.

    “Kenapa? Kamu gak bisa menjelaskannya?” tanya Revie masih dingin menanggapi perkataan Radit, “Semuanya udah jelas kok. Jadi kamu gak perlu menjelaskan apa-apa lagi.”

    Revie menghapus air matanya, lalu memandang ke arah Mira yang dari tadi hanya diam tertunduk malu karena Revie sudah mengetahui kecurangannya selama ini sebagai seorang teman. Wanita itu juga sudah menitikkan air matanya.

    “Aku gak nyangka kamu tega mneusuk temanmu sendiri dari belakang, Mir. Aku pikir selama ini kamu teman yang baik. Tapi ternyata kamu teman yang jahat.” Revie menatap Mira tajam. Kemudian pandangannya beralih lagi kepada Radit.

    “Dan kamu. Mulai detik ini hubungan kita berakhir. Kalian bisa melanjutkan lagi adegan tadi. Maaf mengganggu.” Suara Revie terdengar bergetar saat mengakhiri hubungannya dengan Radit, kemudian melangkah keluar dari ruangan itu.

    Radit yang syok menerima kata pisah dari Revie segera menghentikan langkah Revie. Dia tidak mau Revie memutuskan hubungan mereka karena sangat mencintai pemuda itu.

    “Rev, tunggu dulu. Maafkan aku karena sudah menduakanmu. Tapi aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku sayang sama kamu. Aku akan akhiri hubunganku dengan Mira, asal kamu tidak meninggalkanku. Aku mohon.” Radit menggenggam erat tangan Revie, membuat Revie kembali meneteskan air matanya mendengar omong kosong yang diucapkan Radit.

    Melihat Revie hanya diam di tempatnya. Radit mulai mendekat dan memeluk pemuda itu. Sedangkan Mira yang mendengar ucapan Radit, menatap tak percaya kepada pemuda itu karena dia lebih memilih Revie dibanding dirinya. Mira merasa usahanya untuk membuat Radit memberikan cinta yang lebih kepadanya selama ini sia-sia.

    “Kamu bercanda kan, Dit?” tanya Mira memastikan kalau dia salah dengar. Namun, jawaban Radit menghancurkan harapannya untuk mendapatkan hati pemuda itu seutuhnya.

    “Maafkan aku, Mir.” Radit mengucapkan kata maaf tanpa beban sediktit pun.

    “Tapi kamu bilang, juga cinta sama aku, Dit,” tuntut Mira atas pengakuan cinta Radit selama ini padanya.

    “Kamu tau sendiri kan, kalau aku sangat mencintai Revie,” beritahu Radit yang masih memeluk tubuh Revie.

    “Lepaskan aku,” ujar Revie memberontak dalam dekapan Radit. Dia muak mendengar perdebatan dua orang pengkhianat seperti mereka.

    “Gak, Yank. Tolong beri aku kesempatan,” mohon Radit semakin erat memeluk Revie, meski pemuda itu memberontak dalam dekapan Radit.

    “Lepaskan aku, Dit.” Revie masih tetap memberontak dalam dekapan Radit.

    “Gak, Rev. Aku mohon jangan putusin aku. Aku sayang banget sama kamu.” Radit masih keras kepala tidak mau melepaskan Revie.

    “LEPASKAN AKU BRENGSEK!!” Revie tidak bisa lagi menahan emosinya. Dia mendorong tubuh Radit dengan kuat hingga terlepas dari pelukan pemuda itu. Bibirnya bergetar saat mengucapkan kata kasar yang tidak pernah dilontarkannya kepada Radit meskipun disaat mereka bertengkar.

    Radit yang mendapat bentakan dari Revie langsung terdiam. Kata kasar yang diucapkan Revie menusuk hatinya. Tapi, dia tahu kalau selama ini dia telah bersalah kepada Revie dan dia sadar, dia pantas mendapatkan kata kasar dari Revie, bahkan kata yang lebih kasar dari itu pantas didapatkannya.

    “Cinta kamu bilang? Kalau kamu cinta sama aku, kamu gak akan lakuin ini ke aku, Dit.” Revie mulai menurunkan volume suaranya, “Jadi lebih baik kita putus... Makasih atas pengkhianatan kalian. Silahkan dilanjutkan lagi.” Setelah mengatakan kalimat yang menyakitkan hatinya itu, Revie benar-benar keluar dari kamar tesebut.

    “Rev... Revie, tunggu! Tolong beri aku kesempatan, Rev.” Radit mengejar revie yang terus melangkah keluar dari apartemennya. Namun, begitu sampai di depan pintu, Radit melihat seseorang berdiri di depan apartemennya. Orang itu adalah Arfan.

    “Siapa kamu?” tanyanya kepada Arfan yang mendekat kepada Revie.

    Merasa ditanya, Arfan pun memberitahukan siapa dirinya kepada Radit, “Aku calon kekasihnya, Revie.”

    “Apa?” Radit bertanya sambil mengernyitkan keningnya.

    “Aku akan menggantikan posisimu di hati Revie. Aku sangat berterima kasih padamu. Karena perbuatanmu, Revie akhirnya mengakhiri hubungan kalian. Dan kamu jangan khawatir, aku akan menyembuhkan lukanya dengan baik,” beritahu Arfan dengan penuh percaya diri, lalu merangkul Revie meninggalkan Radit. Pemuda itu tersenyum mendengar teriakan emosi di dalam apartemen yang mereka tinggalkan itu.

    **

    Oangtua Revie memandang sedih keadaan anak bungsunya. Di samping mereka, ada Arfan yang membawa nampan makanan. Tiga hari setelah kepulangan Revie yang diantar Arfan dalam keadaan kacau pada minggu lalu, pemuda itu jatuh sakit. Dia terlalu menyibukan diri pada kegiatan kampusnya tanpa memberi nutrisi pada tubuhnya.

    Arfan sudah menceritakan semuanya kepada mereka, termasuk mengenai orientasi seksual Revie. Arfan juga meminta izin sekaligus restu kepada mereka untuk menjaga Revie. Dia juga berjanji akan membahagiakan Revie. Dan karena telah mengetahui orientasi seksual anaknya, mereka pun mempercayakan Revie kepada Arfan.

    Arfan mendekat ke tempat tidur Revie. Pemuda itu sibuk memandangi ponselnya. Begitu Arfan sampai dan duduk di pinggir tempat tidur, dia meletakkan nampan yang dibawanya ke atas meja kecil di samping tempat tidur. Mengambil ponsel Revie, Arfan melihat apa yang tengah dipandangi oleh pemuda itu. Ternyata foto Radit yang masih tersimpan di galery ponsel tersebut. Tanpa pikir panjang Arfan menghapus semua foto Radit dengan geram.

    “Kamu apa-apaan sih?” kesal Revie saat mengetahui Arfan menghapus semua foto dirinya bersama Radit.

    “Mau sampai kapan kamu seperti ini? Dia tidak pantas untuk dipikirkan lagi. Kamu itu harus move on,” ujar Arfan lembut, “Beri aku kesempatan untuk menggantikan posisinya di hatimu,” lanjutnya. Dia tidak suka melihat Revie menjadi lemah.

    Revie hanya diam mmendengar ucapan Arfan, kemudian kembali sibuk dengan ponselnya. Namun, Arfan merebut ponsel itu lagi, dan menyimpanya ke dalam saku celana. Mengambil nampan tadi dan meletakkannya ke atas pangkuannya.

    “Sekarang kamu makan dulu. Nanti aku kembalikan ponselnya,” katanya membujuk Revie untuk makan.

    “Kamu aja yang makan sendiri,” balas Revie cuek mengalihkan pandangannya ke arah lain.

    “Kamu harus makan, atau mau kuperkosa lagi?” ancam Arfan, “Aku gak peduli ini di rumahmu. Orangtuamu juga gak akan dengar,” sambung Arfan sambil memandang pintu yang telah tertutup dari tadi.

    Ancaman Arfan sukses membuat Revie menoleh kepadanya. Tersenyum penuh kemenangan, Arfan mulai menyuapi Revie hingga makanan yang dibawanya tinggal sedikit. Arfan merasa senang karena Revie mau makan. Walau harus menggunakan ancaman.

    Selesai makan, tiba-tia Arfan mencium kening Revie. Dia membelai rambut pemuda itu dengan penuh kasih sayang. Seakan mengalirkan seluruh rasa sayangnya kepada Revie.

    “Aku sangat menyayangimu dan ingin menjadi pendampingmu. Tolong buka hatimu untukku,” bisik Arfan lembut. Sedangkan Revie hanya diam menundukan kepalanya.

    “Tidak apa-apa jika kamu belum mau membalas cintaku. Aku akan menunggu.” Arfan meraih tubuh lemah Revie ke dalam pelukannya.

    Revie yang merasa nyaman saat berada dalam pelukan Arfan membalas pelukan pemuda itu. Tanpa sepengetahuannya, Arfan tersenyum senang karena Revie tidak menolak pelukannya.

    **

    Revie memandang foto Arfan yang sedang mencium pipinya disaat dia tidur, pada minggu lalu. Ya, setelah menghapus semua foto Radit dan menyuapinya makan hingga menemaninya di kamar sampai dia tertidur. Rupanya Arfan mengambil foto mereka berdua secara diam-diam. Dan menjadikan foto tersebut sebagai wallpaper di ponselnya. Dan entah mengapa Revie tidak marah sama sekali atau menghapus foto tersebut.

    Saat sedang asyik memandangi foto Arfan, pintu kamar Revie terbuka. Di sana berdiri sosok Amar sambil tersenyum senang. Revie memandang aneh pada kakaknya itu. Amar mendekat dan duduk di samping Revie.

    “Kakak sudah ngaku ke Mama dan Papa,” beritahu Amar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

    “Terus?” tanya Revie singkat.

    “Mereka gak marah. Malahan pengen kenal sama pacar, Kakak.”

    “Aku ikut senang mendengarnya, Kak. Semoga hubungan kalian langgeng ya,” kata Revie ikut bahagia.

    “Aamiin. Kamu sendiri kapan mau menerima Arfan? Mulailah membuka hatimu untuknya,” nasehat Amar kepada adiknya itu.

    Revie tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Dia juga sudah merasa nyaman dengan kehadiran Arfan yang selalu datang mengunjunginya. Bahkan ketika Revie sudah mulai masuk kuliah, Arfan selalu menjemput dan mengantarnya pulang.

    “Oh iya, aku mau nanyain sesuatu ke, Kakak.” Tiba-tiba Revie teringat dengan apa yang telah dilihatnya di dalam laptop kakaknya itu.

    “Kamu mau nanya apa?”

    “Apakah...pemilik akun ‘i am_ar’ itu, Kakak?” tanya Revie menyelidik.

    Sebelum Revie mengetahui tentang video panas gay yang ada di dalam laptop Amar, dia sempat membaca hasil ketikan cerita yang sangat dikenalnya. Cerita yang selalu Revie baca di akun wattpad miliknya. Dan menemukan cerita itu di laptop Amar.

    “Kok kamu tahu?” tanya Amar heran.

    “Aku Rere, yang selalu curhat ke akun Kakak itu,” jawab Revie.

    “Tunggu dulu... kamu Rere yang sering curhat tentang si Tuan Pemaksa itu?” Revie mengangguk sebagai jawaban.

    “Jangan bilang kalau Tuan Pemaksa itu adalah, Arfan?” tanya Amar memastikan. Dengan malu-malu, Revie mengangguk lagi sebagai jawaban. Amar pun tersenyum bahagia melihat ekspresi Revie yang menggemaskan menurutnya.

    Tanpa sepengatahuan Revie, Amar mengirimkan pesan kepada Arfan. Dia menyuruh Arfan, untuk mengajak Revie makan malam di luar. Tidak lama Arfan membalas pesan tersebut.

    **

    Revie duduk di hadapan Arfan dengan kikuk. Sementara Arfan sendiri tersenyum bahagia karena orang yang dicintainya ini mau diajak makan malam. Pemuda itu mengajak Revie makan malam di restoran yang romantis. Dan karena mendapatkan dukungan dari calon kakak iparnya, Arfan berencana untuk menyatakan perasaannya sekali lagi kepada Revie.

    Pesanan mereka sudah datang. Mereka menyantap makan malam tanpa banyak bicara, karena dari tadi Revie lebih banyak diam. Tapi, Arfan tidak mempermasalahkan hal itu. Berdua dengan Revie saat ini sudah membuatnya bahagia.

    Selesai menyantap makan malam, Arfan mengantar Revie pulang. Akan tetapi, sebelum turun dari mobil, Arfan menggenggam tangan Revie dan menatapnya penuh cinta.

    Revie yang heran melihat sikap Arfan, kini paham kenapa pemuda itu memandangnya seperti itu. Arfan menyatakan perasaannya sekali lagi.

    “Aku tahu ini terlalu cepat bagimu. Tapi aku harap kamu sudah mau membuka hatimu untukku... Revie, tolong izinkan aku menjaga dan menemani hari-harimu. Izinkan aku menjadi pendampingmu.” Arfan berkata sedikit gugup, tapi penuh keyakinan. Dia berharap Revie tidak menolaknya kali ini.

    “Walaupun aku belum bisa sepenuhnya mencintaimu?”

    “Aku akan membuatmu memberikan seluruh cintamu hanya untukku.” Revie terkekeh mendengar jawaban Arfan yang penuh percaya diri itu.

    “Baiklah. Aku terima pernyataan cintamu. Buat aku hanya terfokus padamu,” ujar Revie sambil tersenyum.

    Arfan begitu bahagia mendengar jawaban Revie. Mengecup bibir Revie beberapa kali, kemudian memeluknya dengan erat. Revie pun membalas pelukan Arfan. Dia berharap Arfan adalah pria yang tepat untuknya.

    .
    .
    .

    END
Sign In or Register to comment.