It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
apdet pokoknya mah di tunggu pake banget.
Masih baca POV ku kan?? hmm makasih yang sudah baca hihi.. mohon komentarnya salam Raffa Angkasa Putra selamat membaca
(23) Raffa POV
“aku cuman mau tanya.. ngg maaf yaa sebelumnya”
“… gak apa nih aku tanya??” sambungnya yang menoleh ke arahku.
“iyaa” jawabku singkat.. terlihat Fael seperti meragu ingin mengucapkannya.
“.. umm…”
“apa kamu ada hubungan keluarga dengan pak Hari??” ucapnya.. hubungan keluarga dengan pak Hari? Apa maksud Fael?
“gak Raff.. kenapa kamu tanya seperti itu??” tanyaku heran..
“oo—oooh jadi gak ada hubungan keluarga yaa??”
“hahaaaa” sambung Fael dengan tertawa lebar.
“kenapa? Kenapa kamu tanya seperti itu??” tanyaku lagi. Fael terdiam sesaat, mulutnya terbuka sedikit, raut wajahnya terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu dahinya sedikit berkerut.
“ohh gak apa kok.. aku kira pak Hari bagian keluargamu.. habisnya aku sering liat kamu bareng pak Hari di sekolah” ucapnya kemudian terkekeh.. raut wajah Fael kini berubah sedikit tenang, namun ketika Fael menatap arah lurus ke depan, aku sempat melihat ada kecemasan di raut wajahnya.
“itu saja??” tanyaku. Sebenarnya aku ingin menanyakan yang sebenarnya, maksudku.. aku tau Fael berbohong, Fael seperti menyembunyikan sesuatu, aku sedikit cemas.
“hehee iyaa sayang” Fael tersenyum seringai. Aku sangat menyukai senyum seringainya itu, aku membalas senyumnya dengan senyumanku.
Faelpun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, suasana tengah malam yang begitu sepi serta hujan deras sedari tiada hentinya.. hawa dingin kini tidak aku rasakan.. tentu saja aku tidak merasakan dingin karena aku memakai jaket kuning milik Fael, aku suka sekali dengan aroma jaket Fael yang aku kenakan ini.. begitu harum seperti aroma perpaduan antara jeruk mandarin dan lemon.
Sepersekian detik aku menoleh ke arah Fael. Lagi-lagi raut wajah kecemasan Fael terpampang jelas di wajah bersihnya itu. akupun menyenderkan punggungku ke kursi mobil serta mendaratkan kepalaku tentunya, sadar akan hal itu Fael langsung menoleh ke arahku lalu memancarkan senyumnya lagi.
“ngantuk ya??” tanya Fael kembali fokus mengemudi.
“iyaa Raff” sahutku.. aku merenggangkan otot-ototku yang sedikit kaku akibat aku sempat tertidur di dalam bioskop.
“sabar yaa.. sebentar lagi kita sampe kok” ucapnya sembari tersenyum lagi padaku.
Hawa kantuk semakin terasa di kelopak mataku hingga aku menguap membuat mataku sedikit berair, Fael pun menyuruhku tuk tidur namun aku menolak karena menurutku aku sangat tidak sopan jika meninggalkan dia yang sedang mengemudi namun apalah dayaku, daya mataku tak kuasa menahan kantuk, akupun terlelap lagi.
**
Aku merasakan sesuatu yang hangat tengah mengusap lembut pipi kananku, perlahan-lahan aku membuka mataku dari tidurku yang lelap, pandanganku masih buram melihat apa yang aku lihat, aku merasa posisiku saat ini tidak seperti tadi malam maksudku sepertinya aku tengah berbaring di atas ranjang nan empuk ini. Kembali lagi aku merasakan usapan lembut di pipi kananku, sepertinya ada seseorang yang tengah mengelusku menggunakan tangannya hingga aku tersadar sepersekian persen, sebentar aku mengucek-ngucek mataku tuk membasi kantukku ini, kini aku bisa melihat seutuhnya dan ternyata benar aku tengah berbaring di atas ranjang empuk ini. Aku menguap sebentar dan aku merasa seseorang tengah memelukku dari arah belakang. Aku memegang tangan seseorang yang memelukku ini hingga aku makin sadar keberadaanku sekarang, aku berada di rumah Fael tepatnya di kamarnya di atas ranjangnya dan tangan yang aku sentuh sembari memelukku ini adalah tangan Fael. Bagaimana Fael membawaku kemari? Maksudku berada di atas ranjangnya ini, ataukah Fael menggopohku? Atau menggendongku seperti perempuan? Pipikupun mulai memanas memikirkan itu.
“pagi.. Raffa” sapaan Fael terdengar dari arah belakangku. Ketika Fael mengucapkan itu, deru nafas Fael terasa di bagian tengkukku.. ohh seketika bula romaku berdiri.
“nyenyak banget tidurnya” ucapnya lagi. Kemudian pergelangan tangan Fael berada di atas bagian perutku, Fael mendekapku dari belakang.
“aku suka banget aroma tubuhmu.. tubuh aslimu ini.. kayak bayi” tambah Fael yang berhasil membuat bulu romaku berdiri lagi. Aku sangat menikmati posisi saat ini, berada di dekatnya, berada di dekapnya, sungguh nyaman nan hangat.
“umm.. apa semalam aku ketiduran?” ucapku. Fael terkekeh dan kepalanya beralih posisi berada di atas lenganku.
“iyaa sayang semalam kamu tertidur di mobil” jelas Fael dengan posisi yang sama. Aku mencerna apa yang di ucapkan Fael.
“jadi.. siapa yang membawaku ke kamarmu ini?” tanyaku. Lagi-lagi Fael terkekeh.
“yaa jelas aku sayang..” aku tidak bisa membayangkan bagaimana Fael membawaku ke kamarnya ini, aku tidak ingin memikirkannya, jika aku memikirkannya pasti pipiku akan bersemu merah.
“nyenyak kan tidurnya??” tanya Fael yang masih dengan posisinya. Lama-lama lenganku terasa berat akan tindihan kepalanya itu. akupun membenarkan posisiku dan Fael membenarkan posisinya.
“sangat nyenyak” jawabku tersenyum. Kini posisiku tengah menghadap ke Fael yang berbaring menghadap ke arahku, dengan sangat jelas aku menangkap aura matanya yang indah berwarna coklat itu serta wajah bersih kuning langsat. Fael memiliki wajah nan teduh, matanya tidak terlalu besar dan sedikit sendu menenangkan serta hidungnya yang bulat kecil begitu cocok terukir di wajah kecilnya yang sedikit bulat dan alisnya yang menghiasi terlihat tipis namun sangat pantas dengan struktur wajahnya. Aku menyukai apa yang aku lihat dengan jelas nan dekat ini terutama hidungnya, hidung Fael seperti hidung seseorang yang pernah aku sayangi.
“yukk kita kebawah, mamah pasti udah buat sarapan untuk kita” ajak Fael. Aku mengangguk kecil.
*doook doook*
“dek….! Udah bangun beloooom.. cepetan bangun udah jam 8 nih!” teriak suara di balik pintu kamar Fael. Itu pasti suara kak Michell, pikirku.
“nah tuuh, udah di tegur sama kak Michell” ucap Fael sembari bangkit dari baringnya lalu menuju ke pintu kamar dan membukanya, akupun melonggarkan otot-ototku yang terasa kaku akibat tidur yang cukup panjang ini.
“haaaah?? Mbak Bela!!!”
“oh my god…!! kapan mbak Bela di sini?? Adek kangen sama Mbak..” ku melihat Fael memeluk seorang wanita berambut coklat yang tingginya sama dengan Fael, siapa mbak Bela? Batinku.. kemudian aku beranjak dari ranjang Fael berjalan menghampiri kedua orang yang sedang berpelukan tersebut, wanita tersebut sadar akan hadirnya aku di depannya dan melepaskan pelukan.
“Fajar yaa??” tanya wanita yang bernama Bela.. Fael pun menatap heran wanita itu.
“ckkk bukan mbak.. dia Raffa.. … umm teman adek”
“Raffa?” wanita itu mengulang namaku, mungkin saja wanita itu tidak percaya bahwa namaku Raffa.
“elaaaah si mbak kayak gak pernah liat cowok cakep aja sih” celetuk Fael.
“temanmu ini namanya Raffa??” tanya wanita itu menoleh ke Fael lalu menoleh ke arahku.
“iyaa mbak.. saya Raffa..” aku berucap sembari memperkenalkan diri sekaligus menjulurkan tanganku.
“ohh my god!! adek .. temanmu ini.. suaranya.. yaa ampun.. adek nemu dimana??” sifatnya sedikit mirip dengan sifat adekku Siska.. kalian masih ingat kan ketika adekku bertemu dengan kak Michell?
**
Kini aku tengah berada ruang makan di rumah Fael tentunya, sebelumnya wanita yang bernama Bela itu melontarkan pertanyaan-pertanyaan terhadapku, aku ingin membalas pertanyaan itu namun Fael memerintahkan tuk diam akhirnya aku menuruti perintah Fael. Sebenarnya pertanyaan yang di beri wanita bernama Bela itu sederhana semisal di mana aku tinggal, sudah mengenal Fael berapa lama? Kenapa aku terlihat lucu dan menggemaskan (wanita tersebut yang mengatakan, bukan aku) kemudian kenapa suaraku tidak seperti suara lelaki kebanyakan? Pertanyaan terakhir itu membuat Fael sedikit dongkol hingga membentak wanita bernama Bela itu, sebenarnya aku tidak keberatan akan pertanyaan semacam itu, lagipula suaraku seperti ini karena memang umurku baru menginjak 15 tahun.. mungkin saja jika aku berumur 17 tahun suaraku sedikit nge-bass dan berat tapi entahlah akupun tak tahu.
“dia siapa??” tanyaku penasaran berbisik ke Fael yang berada di sampingku ketika wanita bernama Bela itu pergi dari ruang makan.
“hmm kakak tertua dia mah..” jawab Fael berbisik juga.
“heii.. sedang berbisik apa kalian hmm??” tegur ibu Fael yang membawa sebuah wadah yang berisi nasi goreng di dalamnya, aromanya begitu harum membuat perutku makin keroncongan.
*kruuuuuuk*
“hayooo perut siapa itu yang bunyi??” tanya ibu Fael yang tengah meletakan wadah itu di atas meja makan.
“ini mah perut di samping adek” celetuk Fael. Akupun jadi malu.. ibu Fael tertawa renyah.
“kan memang waktunya sarapan jadi wajar saja dek” terang ibu Fael. Aku tersenyum tipis menanggapi ucapan ibu Fael.
“panggil papah, mbak Bela sama kak Michell gih dek..” pintanya ke Fael.
“panggil papah bisa adek terima, tapi kalau kedua makhluk tersebut.. no way!!” sanggah Fael yang beralalu jalan menuju ruang tv.. ibu Fael terkekeh mendengar sanggahan Fael demikian diruku.
“nahh.. ayook di makan nasi goreng buat tante..”
“… ohh iyaa piring.. ya ampun tante sampe lupa.. maaf yaa tunggu sebentar Raffa..” ucapnya sembari pergi ke dapur mengambil piring lalu membawa ke meja makan, Fael pun sudah kembali ke meja makan duduk disampingku di sertai seorang pria tinggi besar berambut pirang keputih-putihan, apakah itu ayah Fael? Tentu saja itu ayah Fael.. batinku.. karena wajahnya yang sangat mirip dengan kak Michell, memiliki hidung mancung, berambut pirang kuning keputih-putihan, serta alisnya yang berwarna sama dengan rambutnya dan bibirnya yang cukup tipis namun sedikit lebar. Sama persis dengan kak Michell pikirku.
“looh dua cewek cantik papah pada kemana??” kata ayah Fael heran tidak melihat kedua putrinya.
“cantik dari hongkong…” ejek Fael sembari memberikanku piring dan mengambilkan nasi goreng menggunakan centong putih yang berada di wadah.
“aku bisa ambil sendiri looh..” cegahku.
“udah terlanjur nempel di piring hehee” aku hanya membalas dengan kekehanku.
“Belaaaaaa…..! Michelllll……! Makan dulu sayang….” Teriak ibu Fael.. namun aku mendengar suara tangisan anak kecil yang cukup terdengar samar-samar.
“ehh.. itu Tasya yaa mah?” tanya Fael.. yang mendengar suara serupa.
“iyaa.. looh adek mau kemana?? Makan dulu..” ibunya melarang Fael pergi dari kursinya.
“paah pimpin doa makan gihh..”
“biar adek aja..” pinta Fael..
Selesai Fael memimpin doa makan kami ber-empat menyantap hidangan yang telah di sajikan oleh ibunya Fael terkecuali ibunya, ibu Fael mengatakan jika ia sedang diet..hmm padahal tubuh ibu Fael sudah termasuk postur tubuh yang ideal..huuh.. tak lama kemudian terlihat kedua kakak kandung Fael beserta anak kecil yang sedang memegang
botol susu bayi yang di tuntun oleh mbak Bela.. apa itu adek Fael? Ataukah itu anak mbak Bela? Batinku.
“loooh.. sejak kapan adek bisa makan nasi kalau sarapan??” tanya mbak Bela heran sembari menggendong anak kecil itu lalu duduk di kursi di samping ibu Fael.
“… makan dulu.. baru boleh bicara..!” tegur ibu Fael.. di sambung dengan manyun bibir Fael, aku tersenyum kecil melihat bibir manyun Fael.
“… m..ma..”
“kenapa sayang? Mau makan?? Kamu belum bisa makan ini sayang..” kata mbak Bela merespon anaknya yang hendak mengambil nasi di piring mbak Bela.
“.. uuuu sayang.. sini sama eyang” kata ibu Fael yang mengambil dan menggendong anak kecil tersebut. Jadi benar itu anak mbak Bela batinku.
Acara sarapan pagi kami sudah selesai, nasi goreng yang dibuat oleh ibu Fael sungguh nikmat menggugah selera seperti aromanya..hmm.. kukira seorang wanita cantik nan bersih itu alias ibu Fael tidak jago memasak, namun dugaanku tersebut terpatahkan oleh makanan yang aku makan dan sudah menjadi darah dagingku ini hehe.
“kamu mau kekamar atau di sini aja bareng mamah sama papah?” tanya Fael berbisik.
“kamu mau kekamar??” tanyaku berbisik juga..
“iyaa.. aku mau mandi..”
“jadi kalian berdua belum mandi hmm??” aku terlonjak kejut mendengar suara yang berada di sela-sela belakang kursi kami.. aku mendongak ke belakang terdapat kak Michell berdiri.. akupun nyengir melihat kak Michell.
“ihh… apaan dah nguping pembicaraan orang!!”
“enak aja nguping.. emang kakak dari tadi berdiri di sini kok” kilah kak Michell.
“seraaah dah..” Fael bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkanku dan menaiki anak tangga.
“hahaaaaaaaahaaa” tawa kak Michell meledak. Aku jadi terikut tertawa.
“ke ruang tengah yuuk Raff..” ajak kak Michell.. aku menuruti ajakan kak Michell.
Kini aku tengah berada di ruang tengah bersama keluarga besar Fael, aku berada di sofa sebelah kiri bersama kak Michell sedangkan ayah dan ibu Fael berada di sofa tengah dan yang terakhir mbak Bela beserta anaknya tengah berada di lantai bermain puzzle.
“yeeee pinter anak mama…” riang mbak Bela terdengar. Ayah dan ibu Fael pun jadi ikut-ikutan duduk di lantai bersama mbak Bela dan anaknya itu. keluarga yang hangat.. batinku. Pantas saja perilaku Fael begitu hangat denganku.
“Raffa udah tau belum cewek rambut coklat itu siapa??” tanya kak Michell membuka suara yang duduk di sampingku.
“iyaa saya sudah tau kak..” sahutku yang menoleh ke kak Michell. Kak Michell tersenyum.
“ngomong-ngomong cantikan mana antara dia sama kakak??” tanya kak Michell penasaran. Hihi aku jadi terkekeh.
“apa perlu jawaban jujur kak?” tanyaku.
“aihhh ya iyaa lah Raffa gimana sih..”
“yaa jelas cantikan gue lah.. secara rambut gue lebih berkilau daripada luuu” aku terkejut mendengar suara mbak Bela. Apakah suara kita sampai terdengar di sana?
“yang penting rambut guee gak mudah kusut kayak loo yaa” sanggah kak Michell..
“yaa ampun.. apa perlu mamah memasukan kalian lagi ke taman kanak-kanak? Macam anak kecil saja” dengan tawa ibu Fael.
“anak papah cantik semua kok sayang..” kata papahnya Fael.
“dek Raffa cantik juga gitu pah??”
“iyaa dek Raffa cantik.. lebih cantik dibandingkan kalian berdua..”
“enaaaak aja gue di bilang cantik..!” terdengar suara Fael.. rupanya Fael berada di anak tangga.
“heeeh Raffa.. ngapain luu ngumpul di sono?? Sini luuu!”
“macam emak-emak pemarahan manggil anaknya yaa..”
“wahahaaaaaa” tawa mereka serempak kecuali aku dan Fael.. wajah Fael terlihat bete.
**
Sebenarnya aku terheran-heran dengan perilaku Fael yang cenderung sering marah ataupun dongkol ataupun bete dengan tingkah laku keluarganya ini, namun aku sempat di beritahu oleh kakaknya yang baik nan cantik yaitu kak Michell, kak Michell berkata hal tersebut memang sering terjadi di keluarga ini dan kesannya yang mereka ucapkan ataupun polahnya hanya sebatas gurauan saja.. hmm jadi seperti itu.
“kamu dari tadi di kamar jadi ngapain??” tanyaku penasaran. Ternyata ketika Fael beranjak ke laintai dua, aku pikir dia mau mandi tapi nyatanya baru sekarang mau mandi.
“aku tadi nungguin kamu di kamar.. ehh gak taunya malah nyantol sama bonyok sama mbak and kakakku” terang Fael berkata dengan handuk yang melingkar di lehernya.
“aku mandi dulu yaa… ehh atau kita mandi bareng aja??” usulnya dengan tatapan genit mengarahku.. aku langsung tersipu dan menolaknya. Tentu saja aku menolak.
“nyesel looh gak mandi sama guee hihi..” goda Fael yang membuka pintu kamar mandi dengan ekspresi mempersilahkan aku masuk ke dalam kamar mandi.
“mandi gak!..” bentakku halus.. aku berusaha menahan grogiku.
“iyaa yaa.. huuu..”
*duuuk*
Akupun terkekeh sebentar lalu mendengar suara gemercik air di dalam kamar mandi. kini aku memilih duduk di atas ranjang Fael sembari memperhatikan se isi kamarnya dengan cat kuning dan putih. Lagi-lagi aku mendapatkan banyak barang Fael di kamar ini yang berwarna kuning seperti layar komputer Fael, bingkai foto masa kecil Fael, foto masa kecil Fael terlihat lucu dan menggemaskan terutama pipinya yang begitu montok hihi. Kali ini aku akan mendeskripsikan isi kamar Fael secara rinci, yang pertama aku melihat sebuah komputer lengkap dengan meja serta kursi yang berada di pojok kiri kamar Fael, kedua.. terdapat sebuah meja dan cermin yang berada di sisi kanan dekat dengan kamar mandi Fael, cerminnya berbentuk oval yang pinggirannya berwarna biru tosca disertai mejanya yang berwarna putih di lengkapi dengan berbagai aksesoris seperti sisir, parfum dan masih banyak lagi. Dan yang terakhir adalah sebuah rak buku terdapat di pojok kanan dekat dengan lampu tidur.. hmm aku penasaran buku apa saja yang Fael punya.
‘yaa ampun.. ternyata hanya buku komik dan beberapa novel.. aku kira buku pelajaran..’ gumamku ketika berada di depan rak bukunya.
‘Fael menyukai crayon shincan’ gumamku lagi.. di rak buku tersebut banyak sekali buku komik crayon shincan yang begitu lengkap.. huuh. Pasti mahal semua buku komik yang Fael punya ini. Batinku.
Kemudian penglihatanku beralih ke meja cermin Fael, di atas meja tersebut terdapat foto yang berukuran sedang.. hmm akupun mendekat.
‘ternyata fotoku dan dia.. foto ku dan dia ketika berada di stasiun’ Ana?? Seketika aku teringat dengan mantannya tersebut. Apa Fael masih memikirkan mantannya tersebut?
*kleeek.. kreeek*
“… lagi apa Raff??” aku menoleh ke arah Fael yang baru saja keluar dari kamar mandi, tercium aroma wangi sabun mint yang menusuk rongga hidungku.. segar. Aromanya segar.. dan yang lebih segar adalah…… ahh aku tidak mau mendeskripsikannya.
@lulu_75 @awi_12345 @Llybophi @Adhitiya_bean @key_st5 @StevenBeast @andrik2007
masih rada greget sama si fael mau nanya apaan deh, yakali nanya gitu ajaan(?) ku mencium bau bau tida sedap