Hai! Perkenalkan saya member baru disini, panggil aja dengan nick Tio ( ^-^)/ dan ini adalah Topik pertama dan cerita pertama dari Tio~.
Tio sebenarnya sudah jadi member lumayan lama di BF tapi sebelumnya discreet dan jadi sider aja (sebenernya sekarang masih sih...) jadi suka tutup-dan-bikin baru gitu. Dan sekarang balik lagi ke BF karena kangen sama bahas - bahasannya disini, apalagi bagian Boyzstories nya itu ceritanya oke oke semua~
Sekarang Tio pengen ikutan juga untuk kasih kontribusi ke bagian Boyzstories (Tio seneng nulis tapi ya gitu tulisannya jelek jadi gapernah di share~) yaitu kumpulan cerita pendek dengan tema Kids Are All Right ^^). Bingung? Yaudah gapapa baca aja cerita-ceritanya nanti juga paham kkk~
O| Kenapa cerita pendek>? Motivasi nulis Tio itu pendek, jadi semacam sering patah semangat dijalan gitu, jadi dariapada nulis cerita yang panjang dan macet terus ga selesai mending dibikin cerita pendek aja kan??
O| Terus kok dibikin per-part? Padahal cerpen udah pendek juga >? Nah ini Tio minta maaf banget ( >,<) Tio itu agak sedikit sibuk di real life karena kuliah jadi ya jarang ada waktu untuk bikin langsung selesai (kecuali untuk oneshot ya bisa langsung selesai), waktu untuk nulis palingan cuma di bus pas berangkat dan pulang kuliah atau pas lagi santai, jadi Tio terpaksa bikin ceritanya perbagian kalau ceritanya terlalu panjang dan belum bisa selesai saat itu juga..
O| Lho, jadi kalau gitu ceritanya nanti bakalan pendek dan lama selesainya>? Ngga kok~ Tio usahain paling lama 1 minggu itu harus selesai satu project cerita ( ^-^) jadi tolong supportnya dengan komentar, Like, LOL atau Kesalnya ya!~ KHUSUS untuk Kesalnya jangan sering - sering ya ( T..T) kasih kesalnya pas dibutuhkan aja..
Oke kalau gitu let's get started, shall we?
======================================================================================================================================================================================================================
First Project | Selamat! | -Foreword- |
"Sen, kalau sudah besar nanti kamu mau jadi apa?" Tanya seorang wanita muda yang sedang menggendong seorang anak kecil di tangannya sambil mengelus kepalanya pelan.
"Sen mau jadi dokter tante! Mama bilang Sen harus belajar yang tekun supaya nanti kalau sudah besar bisa jadi dokter seperti paman Robin, yang punya banyak uang untuk beli mainan bagus dan bisa jalan - jalan keliling dunia tiap hari!~ " Ucap Sen yang saat itu sedang berumur 3 tahun dengan wajah polosnya berseri - seri menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Semua orang selalu mengatakan <b> Apabila kau ingin hidup senang dan membahagiakan orang tuamu, jadilah seorang <i> Dokter, Akuntan, Insinyur atau Pembisnis </i> </b> , tapi diluar itu.. Pernahkah kalian mendengar orang-orang mengatakan bahwa untuk hidup senang, pilihlah jalan yang kau memiliki kemampuan padanya sehingga kamu bisa menghasilkan yang terbaik dibidang itu dan membahagiakan orang tuamu.
Tidak?
Itulah kejamnya sebuah pengharapan terhadapmu. Terutama pada Sen kecil yang saat itu belum paham betul bagaimana beratnya menanggung pengharapan dari orang tua dan orang-orang disekitarnya.
Hingga sampai pada titik dimana Sen harus dihadapkan pada pilihan :
<b> " mengikuti hatiku untuk mengejar mimpi " atau " mengorbankan diriku untuk menaati norma yang berlaku? " </b>
Comments
-_-
Itu belum selesai kok, masih ada lanjutannya, itu sekedar bagian pembuka project pertama aja ( '-')7
Ini lanjutannya mau di post dibawah, semoga mulai suka ya!~
"Ah.. Anak yang menyedihkan, bagaimana kau bisa hidup sambil memiliki anak yang bodoh seperti dia sih?"
Aku terbangun di sebuah ruangan kosong yang gelap, tak ada setitik cahaya pun bisa ditemukan disini, hanya ada kegelapan yang terbentang tanpa ujung.
Aku tidak tahu bagaimana tubuhku bisa berada di tempat ini, karena hal terakhir yang kuingat hanyalah aku sebelumnya sedang duduk di depan meja belajar, lalu tiba - tiba semuanya gelap dan aku terbangun di tempat ini.
"A.. Aku dimana?" Tanganku menggapai tanpa arah ke sekeliling, berusaha nenemukan sesuatu untuk berpegang di dalam kegelapan ini.
"Lihat tuh. Nilai ujiannya pun kecil! Kalau aku jadi dia, pasti aku akan membunuh diriku sendiri karena malu"
"SIAPA ITU!" Tubuhku segera bereaksi cepat saat aku menangkap sebuah getaran suara "Tunjukkan dirimu!" Panggilku dengan penuh ketakutan sambil mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Tapi tetap saja, hanya gelap yang kudapat serta kesunyian yang menyelubungi.
"Hahaha, sangat menyedihkan.." Suara itu kembali menggema, kali ini terdengar suara laki-laki dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya, dan juga aku bisa merasakan sumber suara itu berjalan mendekat mengarah ke tempat tubuhku tersungkur disini.
Takut.. Aku takut sendirian disini.
"Orang bodoh ini, bisanya hanya membuat malu keluarga saja" Suara itu kembali berlanjut, aku dapat merasakan kehadirannya semakin mendekat, berjalan perlahan menghampiriku.
Aku berusaha dengan sekuat tenaga menggerakkan tubuhku untuk bangun dan berlari, tetapi entah kenapa kakiku seperti mati rasa, aku tidak bisa merasakan kakiku sama sekali, semua yang bisa kulakukan hanyalah melempar jangkauan tanganku untuk meraih sesuatu sebagai tumpuan untuk menarik tubuh, tapi nihil, aku masih saja tidak bisa mendapati sesuatu untuk berpegang.
" Ah.. Jadi disini kau rupanya " Suara itu kembali muncul. Tetapi tidak seperti sebelumnya, aku sekarang bisa merasakannya sangat dekat denganku, " Sen Satomi " Sangat dekat seperti..
Tubuhku bergetar hebat disertai air mata yang entah dari kapan menetes. Secara tiba - tiba ruangan gelap ini dipenuhi cahaya putih yang sangat terang, menampakkan sosok laki-laki tinggi dengan seragam sekolah panjang berwarna abu-abu dan sekerumunan orang - orang berbaris dengan rapih dibelakangnya berdiri di hadapanku.
" Kau tahu kenapa orang tuamu memberi namamu Sen Satomi ? " Tubuhku makin bergetar dengan terlihatnya sumber dari suara - suara itu " Karena Satomi itu, " Laki-laki itu berhenti sebentar, lalu mengeluarkan gulungan kertas yang bertuliskan kaligrafi dari namaku, kemudian dia melanjutkan " Sa, yang memiliki arti pintar dan cerdas lalu Tomi yang berarti Indah " Sambil menujukkan senyumnya yang mengerikan
" Tapi apa yang harus dilakukan apabila anak yang diharapkan ternyata bodoh dan bahkan tidak bisa mengerti filosofi namanya sendiri dengan baik? "
"TIDAK! BERHENTILAH" Aku berteriak sekuat tenaga berusaha untuk mengkonfrontasinya untuk berhenti, aku ingin dia berhenti untuk melempar semua ejekan itu! Karena tidak! Aku bukan anak yang bodoh!
" Tentu saja kita harus menghukumnya, benar kan? "
"Aku mohon.. Berhentilah"
Sayangnya, tidak ada respon yang berarti diberikan olehnya, dia datang mendekatiku lalu..
[b] BUKKK [/b]
Sebuah tendangan yang sangat kuat mendarat dikepala bagian kananku, tendangan yang sangat kuat dan cepat dimana hal itu membuat tubuhku terlempar ke lantai dengan sangat kuat. Semuanya terjadi begitu cepat, bahkan terlalu cepat untuk-ku dapat merasakan tubuhku yang sekarang sudah menempel dengan lantai.
Tidak ada rasa sakit yang berarti, semua yang kurasakan sekarang hanyalah perih pada bagian pelipisku dan dengungan pada telinga kananku. Beberapa detik sesudahnya, pandanganku mulai memburam dan otak-ku mulai merespon atas perlakuan yang barusan aku terima, rasa sakitnya mulai terasa, leherku terasa sangat tegang dan ngilu dan pernapasanku mulai terasa terganggu, sebuah cairan memenuhi lubang hidungku membuat susah untuk bernafas dan kemudian mataku mulai terasa berat.
" Ah, sampah ini mau berbuat curang? Jangan tidur dulu Sen-bodoh " Samar - samar aku melihat laki-laki tadi datang mendekatiku lalu
[b] BUKKK [/b]
Lagi, sebuah tendangan yang kuat mendarat pada bagian perutku, tendangan yang lebih kuat dan cepat daripada sebelumnya. Otakku yang telah aktif merespond stimulan rangsangan sakit dari perlakuan sebelumnya saat itu juga langsung merespon rangsangan dari reseptor rasa sakit di bagian perutku dan menterjemahkannya menjadi pengalaman sakit yang sangat kuat, rasanya seperti sebuah batu besar yang sangat berat dijatuhkan diatas perut dan dadamu, sampai pada titik aku bisa merasakan nafasku telah berhenti untuk beberapa saat dan kemudian pandanganku seketika berubah menjadi bias putih seperti sambaran kilat
yang kemudian menyadarkanku.
Aku masih berada di dalam kamarku, tertidur di depan meja belajar dengan tumpukan buku sastra sebagai bantalnya
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
" Dengar Sen, hari ini adalah hari penentuan, " Suara berat dari Papa menyadarkan lamunanku atas sarapan yang dihidangkan di hadapanku sekarang " Semua hasil belajarmu selama lebih dari 14 tahun ini akan di pertanggung jawabkan hari ini, papa harap kamu bisa lebih dewasa dalam hal ini. Jangan pernah lagi kamu memikirkan hal bodoh seperti kemarin, jangan membuat malu keluarga kita! ".
" Baiklah papa. " Tak ada respond berarti yang bisa kuberikan kepada kedua orang tua ku sekarang, semua yang bisa kulakukan hanya mengikuti apa yang mereka perintahkan kepadaku.
Memang sudah seharusnya tugas seorang anak adalah berbakti kepada orang tuanya bukan ? Layaknya seperti yang kupelajari di sekolah, seorang anak harus bisa mengabdi kepada orang tuanya dengan seluruh tenaga yang dimilikinya, anggap saja kedua orang tuamu adalah seorang raja dan ratu di rumah ini dan kau bertugas untuk mengapdikan seluruh hidupmu untuk membuat mereka bangga.
Mereka sudah memberikan harta, keringat, darah dan waktunya untuk merawatmu sejak kecil, dan semua yang kau perlu lakukan hanya berbakti kepada mereka, tidak kurang dan tidak lebih. Sangat mudah bukan? Harusnya aku sadar akan hal itu kemarin dan tidak perlu membuat mereka marah seperti itu.
" Dua jam lagi 大學修學能力試驗* (Suneung) akan dimulai, dalam 5 menit supir papa akan mengantar kamu ke tempat ujian, bersiaplah " Mama berucap dengan lembut sebagai instruksi untukku mempercepat sarapanku, dia tentu tidak ingin aku terburu-buru dan terlambat datang ke tempat ujian.
" Tapi mama, bolehkah Sen pergi sendiri dengan kereta? " Ucapku pelan, lalu berhenti sebentar untuk menyendok sup rumput laut yang ada di hadapanku " Sen ingin menikmati udara pagi hari ini, perjalanan dengan kereta tidak akan memakan waktu yang lama " lanjutku kemudian.
Orang dulu bilang sup rumput laut itu baik untuk keberuntungan. Entahlah, aku pun tidak yakin, semoga saja itu benar dan bisa menambah keberuntunganku untuk hari ini.
" Terserah kamu saja, segeralah bersiap, agar kamu bisa mengulang kembali pelajaran disana. "
Aku kemudian mundur dan beranjak dari meja makan untuk meraih ransel yang sudah digantungkan di tiang dekat pintu, tentu saja dengan sebuah bungkukkan hormat dan ucapan terima kasih kepada orang tuaku di awalnya.
" Sen pergi dulu, tolong doakan keberuntungan untuk hari ini " Ucapku sambil tersenyum kepada orang tuaku, diiringi bungkukkan hormat kedua, lalu beranjak melangkah keluar dari rumah.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Desingan ringan rem dari kereta yang kutumpangi dengan lembutnya membangunkanku dari tidur pendek selama 15 menit yang kuambil dari dari stasiun di daerah rumahku, menandakan aku sudah sampai di kota pusat dari Korea Selatan, Seoul. Tempat dimana aku nantinya akan mengambil studi lanjutan di Universitas Nasional Korea dimana adalah satu terbaik yang ada di Korea.
Dengan sigap aku langsung meraih ransel yang ada di pangkuanku, lalu memaikainya di pundakku sembari berjalan keluar dari kereta dan berjalan cepat menuju tangga keluar dari stasiun. Kulirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku, sekarang masih pukul 7:17, aku masih punya waktu lebih kurang 90 menit untuk sampai ke tempat ujian. Tempat ujian yang ku tuju sebenarnya tidak terlalu jauh dari tempatku berada sekarang, hanya beberapa blok dari stasiun ini, bahkan dengan berjalan pelan pun tidak akan memakan waktu sampai 15 menit.
" Ah.. Segarnya, " Sambil berjalan cepat menuju tempat ujian, kuhirup udara pagi kota Seoul dalam-dalam, sangat segar. Tinggal satu blok lagi, dan aku akan sampai.
Hari ini jalanan sangat lenggang, hampir tidak ada kendaraan yang melintas, toko - toko pun banyak yang tutup. Hal ini bukan lagi pemandangan yang aneh, untuk menghormati 大學修學能力試驗* (Suneung) sendiri, rata - rata warga Korea akan memperlambat untuk membuka tokonya, terutama toko penjual makanan, mereka akan menunda pembukaan toko dan menolak semua orderan makanan sampai ujian selesai, hal ini karena mereka takut akan disalahkan atas makanan mereka membawa dampak buruk bagi peserta ujian. Semua taman ditutup agar tidak ada warga sipil yang berkeliaran dan mengganggu berlangsungnya ujian. sekolah diliburkan, dan bahkan anak - anak kecil dihimbau oleh pemerintah untuk tetap berada di dalam rumah untuk menghindari gangguan kepada peserta ujian.
Aneh ya? Tapi itulah budaya dari negaraku. Suneung* seperti hidup dan mati bagi para pemuda disini, Seneung memainkan peran penting dalam pendidikan di Korea Selatan . Karena hal tersebut, Suneung digambarkan sebagai 'kesempatan untuk membuat atau menghancurkan masa depan seseorang' karena akan jadi apa dirimu nantinya akan ditentukan oleh hasil dari Seneung.
Sebuah fakta yang mengerikan, setidaknya untukku.
" Hai, " Sebuah tepukan kecil menghentikan langkahku untuk masuk melewati gerbang raksasa dari universitas tempatku akan melakukan ujian. Dengan segera aku menolehkan badanku sebagai respond dari panggilan itu, " Ujian hari ini? " Kulihat Hansol sedang berdiri dibelakangku, tersenyum kecil dengan tangannya masih menempel pada pundakku.
" Hyung*?! Kau datang?, " Aku segera memeluk tubuhnya erat saat itu juga, " Kemarin kau bilang tidak bisa datang karena masalah pekerjaan " Ucapku lirih sambil sedikit terisak.
" Ah, Sen.. Hyung* mana yang rela melepas nam-dongsaeng* nya pergi menghadapi Suneung* tanpa memberinya semangat terlebih dahulu haha " Hansol membalas pelukanku dengan sama eratnya dibarengi satu tangannya mengusap bagian belakang kepalaku dengan lembut.
Bukan suatu hal yang aneh dimana seorang kakak memberikan semangat kepada adiknya, apapun itu bentuknya. Setiap orang berhak mendapatkan dukungan dan kenyamanan sebelum menempuh sesuatu yang berat bukan?
Pelukan itu berlangsung untuk beberapa saaat, hingga Hansol mulai melonggarkan pelukannya dan melepasnya. Hanseol memposisikan diriku menghadapnya lurus dengan dirinya, wajahnya yang tenang masih menyinggungkan senyuman seperti tadi
" Sudahlah, jangan menangis lagi " Ucap Hansol pelan sambil tangan kanannya menyeka sudut mataku yang telah meneteskan air mata. " Lihat, aku membawakanmu kopi. " Lalu menyodorkan segelas gelas kertas yang berisi kopi panas di dalamnya.
" Kopi susu dengan tambahan gula, seperti kesukaanmu hehe. Caffeine bagus untuk merangsang saraf sadarmu dan glukosa bisa menjadi bahan bakar otakmu untuk berfikir nanti " Jelasnya saat aku meraih gelas kopi yang diberikannya " Nah! Sekarang masuk sana, mulailah belajar lagi, manfaatkan waktu yang tersisa dan konsentrasilah akan jawabanmu, aku akan menunggu diluar "
Aku hanya bisa menyunggingkan senyum bahagia sambil berjalan memasuki gerbang karena perlakuan dari Hansol, sebuah perhatian kecil seperti ini bisa memberikan efek booster semangat untukku, karena tidak banyak orang yang mau memberikan semangat yang tulus seperti ini. Selain dari guruku agar aku berhasil yang dimana hanya karena mereka takut kalau aku gagal, karena mungkin saja aku (atau orang tuaku) akan melakukan gugatan terhadap mereka sebagai pembimbing yang lalai karena menyebabkanku gagal dalam Seneung. Lalu untuk orang tuaku sendiri, mereka hanya.. Ah sudahlah.
12 November 2016
08:00
==========================================================================================================================================================================
" Baiklah, kalian dipersilahkan untuk membuka soal ujian " Teriak seorang pengawas ujian yang berada di depan.
Keadaan kelas sekarang sangat hening, kelas ini di isi sekitar 30 orang siswa dengan 15 pengawas yang diletakkan di setiap sisi dari kelas serta kamera pengawas yang dipasang di sudut kanan dan kiri bagian depan kelas, suhu dari kelas pun di buat senyaman mungkin agar tidak menggangu konsentrasi dari siswa yang mengerjakan ujian. Aku bersumpah, ujian ini seperti dikondisikan sebagai ujian tentang hidup dan mati untuk seorang siswa.
Aku mengambil nafas dalam - dalam lalu perlahan menghembuskannya sambil membalik kertas ujian yang ada di hadapanku. Semua keamanan yang diberlakukan sangat membuatku tidak nyaman dan dengan fakta bahwa nantinya hasil dari ujian ini sangatlah penting membuat ku semakin takut akan kegagalan.
Aku terus memikirkan tentang apa yang akan dikatakan orang - orang dan keluarga besarku saat mengetahui anak tunggal dari presdir TCn yang merupakan perusahaan raksasa berpengaruh di Korea dan Guru Besar bidang kesehatan yang menjadi rujukan pendapat untuk pendidikan segala ilmu yang berhubungan dengan kesehatan manusia ternyata memiliki anak yang sangat bodoh karena tidak bisa menyelesaikan ujian Suneung?
Mungkin keluargaku akan membuang diriku atau bahkan mungkin saja akan terjadi kasus seperti pada dinasti Joseon dahulu dimana keluargaku mungkin akan membunuhku dan mencoret namaku dari bagian keluarga Han* karena malu?
Entahlah.
12 November 2016
09:00
***************************************************************************************************************************************
Panduan Kata Asing
-) 大學修學能力試驗* (Suneung) : Sebuah sistem seleksi ujian masuk universitas yang hanya dilakukan setahun sekali di Negara Korea Selatan
-) Hyung/kakak : Sebuah panggilan dari laki - laki yang umurnya lebih muda kepada laki - laki yang lebih tua dalam range umur tertentu, dapat diartikan sebagai kakak, dan berlaku meski tanpa adanya hubungan darah secara langsun
-) Han: Salah satu dari ratusan marga dari penduduk korea
-) Dongsaeng : Sebuah panggilan dari orang yang tua kepada orang yang lebih muda, arti harfiah adalah adik
-) Nam-Dongsaeng : kombinasi dari kata Namja (laki-laki) dan Dongsaeng (adik) yang memiliki arti adik laki-laki