BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Perfect Guy (10)

edited April 2016 in BoyzStories
1) ~ ??? Pov ~

Di sekolahku terdapat beberapa golongan. Entah itu disadari atau tidak. Mereka membuat beberapa golongan sendiri. Atau mereka menggolongkan beberapa orang lainnya yang mempunyai kesamaan atau kemiripan. Entah itu sekolah swasta, entah itu sekolah negeri atau mungkin seumur hidup, perbedaan golongan akan tetap ada. Selama kita bermasyarakat, perbedaan golongan selalu ada. Dan perbedaan golongan di sekolahku cukup terlihat jelas.

Yang paling menonjol di sekolahku adalah golongan anak nakal. Preman cabe-cabean. Mereka selalu membuat masalah. Menguasai salah satu kantin dan toilet yang letaknya ada di pojok. Merokok sembunyi-sembunyi. Membolos. Berantem dan masih banyak lagi. Seperti anak yang sedang bersandar di pohon mangga. Nama anak itu Johan, terkenal sebagai pimpinannya. Dia dari kelas 12 IPS 5. IPS 5 memang terkenal dengan keberingasan penghuninya. Tapi sampai saat ini tidak ada kasus obat terlarang yang melibatkan murid di SMAku.

Sial...panas sekali hari ini. Aku sudah banyak minum air hari ini. Tapi tetap saja haus. Buku sekolahku sampai aku pakai untuk mengipasi kepalaku.

"Nanti mau nginep dirumahku??"

"Boleh-boleh."

"Kita seru-seruan kayak minggu lalu."

"Bawa make up ya say."

"Kuteksnya juga."

Aku berjalan ke tepi saat segerombolan cewek-cewek melewatiku. Mereka itu di kenal sebagai trio endelz. Tia, Suzan, Vonni. Kemana-mana selalu bertiga. Dan mereka mewakili golongan anak caper. Selalu mencari perhatian di setiap tingkah lakunya. Mereka anggota cheerleader. Tentunya banyak cewek-cewek centil disana.

Beberapa anggota cheerleader sendiri juga masuk dalam golongan anak populer. Mereka memiliki kelebihan di tubuh yang sexy, penampilan yang menarik dan wajah yang cantik. Tidak semuanya cantik sih tapi rata-rata mereka cantik. Golongan anak populer kebanyakan diisi oleh orang-orang yang memiliki kelebihan. Mereka ada yang pintar, modis pastinya, berprestasi dalam bidang olah raga, supel hmm...sebagian, kaya apalagi dan tentu saja mereka memiliki wajah yang menarik, tampan dan cantik. Seperti Erick. Dia memiliki wajah sangat menarik, lumayan tampan, cara berpakaiannya modis, tapi dia tidak terlalu kaya. Mereka yang ada digolongan ini selalu menjadi pusat perhatian, walaupun mungkin dari mereka tidak berniat mencari perhatian.

Langkahku terhenti saat melewati perpustakaan. Seperti biasa Nina terlihat serius dengan buku yang dia baca. Nina teman satu kelasku. Dia termasuk golongan anak pintar yang cupu disayang guru. Kepanjangan? Ya memang seperti itu dia. Dan ada beberapa anak lagi yang seperti dia. Mereka pintar tapi penampilan mereka membosankan. Rata-rata wajahnya standart. Tidak menarik atau...mereka memang jelek.

"Nin...aku mau ngembaliin buku nih," kataku setelah membuka pintu perpus.

Nina menatapku.

"Retno nggak ada. Lagi ketoilet kayaknya. Tinggalin aja di mejanya."

Aku menuruti kata-kata Nina. Buku yang sudah aku pinjam hampir seminggu itu aku letakkan di meja Retno.

"Jangan lupa kamu bilangin dia. Thanks ya..."

"Yaaa..."

Pintu kaca itu aku tutup lagi secara perlahan.

Retno sama seperti Nina. Satu golongan. Karena terlalu sukanya pada buku, dia diberi amanah untuk menjaga perpustakaan.

Deg...

Tunggu!! Rasanya hpku ketinggalan di laci deh.

Aku mengecek semua kantong bajuku dan tasku. Nah kan...

Ck...menyebalkan. Bisa-bisanya ketinggalan.

Terpaksa aku memutar langkahku. Kembali kekelasku. 11 IPS 2.

Nah...kali ini aku mataku terpaku pada salah satu temanku. Lain kelas sih. Dia ada di IPA 3. Liana. Dia itu...freak. Aneh. Kalau jalan selalu cepat dengan tubuh atas yang condong sedikit kedepan. Dan penampilannya cenderung aneh. Seragamnya memang sama seperti anak yang lainnya. Namanya juga satu sekolah. Tapi yang aku bahas di sini tatanan rambutnya yang dibuat mirip tokoh anime atau kadang dia memakai jaket yang sobek dibeberapa bagian dan dia cuek bebek dengan itu semua. Golongan anak aneh ini biasanya jadi sasaran empuk bullying. Tapi untungnya di sekolahku ini mereka lebih sering dihindari. Mereka hanya jadi bahan omongan atau bahan untuk bercanda satu genk. Golongan anak aneh tidak disakiti secara fisik disini.

Kelasku sudah sepi. Hanya ada tiga anak dari kelas 12 yang nyasar kesini. Mereka tertawa-tawa karena salah satu dari mereka memperlihatkan wajah anehnya. Ya...salah satu dari mereka dari golongan anak lawak. Golongan ini suka melawak. Mencairkan suasana. Dikelasku ada Dio dan Luluk. Kalau mereka berdua sudah melawak. Satu kelas pasti heboh. Ramai luar biasa. Kadang lawakan mereka menghibur tapi tak jarang bisa menyinggung orang lain.

Tanganku merogoh laci dengan dada berdebar. Saat tanganku memegang sesuatu yang kukenal baik aku langsung menghela nafas lega. Untung masih aman. Kalau sampai hilang aku bisa kena marah mama. Bukannya aku mau menuduh kakak kelasku tapi kan...

Saat aku keluar dari kelas, aku melihat Robbin sedang berjalan sambil memainkan hp. Nah ini dia. Golongan antara ada dan tiada. Maksudku dia hampir seperti anak aneh biarpun tidak aneh. Golongan ini biasanya tidak suka bergaul. Sendirian. Pendiam. Auranya tipis. Jadi kalau golongan ini tidak masuk sekolah, anak sekelasnya baru tahu setelah jam pertama selesai atau saat di tanya guru. Itupun kalau gurunya sadar. Golongan ini tidak identik dengan wajah jelek saja. Ada juga yang cantik atau tampan. Cuma mereka lebih tertutup jadi tidak punya teman atau hanya punya satu teman.

Bruuuugghh..

Karena memperhatikan Robbin tanpa sengaja aku menabrak seseorang. Hpku sampai terlepas dari tanganku dan jatuh berputar-putar kelantai.

Sial...

"Sorry."

Vinn mengatakan itu sambil berlalu pergi. Vinn dan yang bersamanya itu adalah Rendi. Mereka berdua bisa dibilang hampir masuk ke semua golongan. Mereka pintar, mereka kaya, mereka punya tubuh bagus karena mereka suka berolah raga, mereka modis. Lihat jam yang melingkar di tangan Rendi. Aku dengar harganya saja jutaan. Atau hp yang ditenteng Vinn, dari logonya saja sudah terlihat itu hp apel. Apel merah? Apel hijau? Lupakan!! Dan yang lebih penting lagi, wajah mereka itu di atas rata-rata. Tapi jauh dari itu semua mereka juga sedikit aneh. Biasanya anak populer akan ngumpul jadi satu atau setidaknya istirahat bersama-sama, tapi kalau mereka berdua selalu menghindari hal itu. Mereka selalu berdua. Hanya berdua. Kemana-mana berdua. Ya mereka juga tidak masalah jika ada anak lain yang mendekati mereka. Cuma mereka berdua tidak pernah mendekati yang lain lebih dulu. Aku sih menilai mereka berdua itu sombong. Terlalu angkuh. Congkak. Tapi mereka sempura. Cowok sempurna dengan banyak kelebihan. Membuat semua orang yang melihatnya iri.

Aaah...layar hpku pecah. Dasar brengsek si Vinn itu. Sudah tahu hpku jatuh cuma minta maaf saja tidak ada inisiatif mau mengambilkan hpku yang terjatuh atau berbasa-basi bilang 'hpmu aku ganti' saat melihat layarku pecah misalnya. Hahaha...

Pandanganku tersita oleh pintu kaca perpustakaan. Sosok tubuhku terpantul samar-samar disana. Golongan apa aku ini? Golongan antara ada dan tiada? Freak?? Apa aku ini anak aneh?? Loser?? Cupu?? Siapa aku? Apa golonganku?? Yang jelas aku tidak masuk golongan anak populer. Bermimpi saja tidak pernah.

Aku kembali melangkahkan kakiku. Setidaknya aku tahu kalau aku tidak pernah sendirian. Ada mereka yang bersamaku, memperhatikanku dan menemaniku.





~ Whoami Pov ~

Halloooo...hahaha...ini ceritaku lagi. Aku lagi suka menceritakan anak sekolah. Ya sejak dulu. Karena saat sekolah banyak kisah. Biarpun saat aku sekolah dl trmsk freak. Golongan anak aneh. Sampai kul. Mungkin smpe skrg (itu juga aku dengar dr pacar sndri. Klo pcrku dl golongan anak pintar di sayang guru atau dosen dengan wajah yang lumayan lah hahaha...dia aja bilang aku aneh. Sial) aq g ska ngumpul2. Aku cm pnya satu tmn baik. Jd aq bisa msk golongan antara ada dan tiada. Pernh msk RS kna DB. Yg jenguk cm tmnq yg akrab itu (selain keluarga lo) trz guru2 jg g tw aq msk RS pdhl udah bikin surat izin g msk skt n surat dr dokter hahahahahaha....brengsek mereka itu. Smpe aku kul jg gtu. Msk RS krn kecelakaan. Yg nemenin ya pcrku saja. Gak ada yg jenguk kecuali saudara. Gt aja pcrq cmburu saat aku dekat sama satu tmn kantor. Ya...krn itu aku g mslh g pnya tmn dkt lg krn pcrq sndri tipe pecemburu hahaha...dia sih maunya aku cm ngandelin dia aja. Cm dia..selalu dia..dan harus dia.

Ah...curcol...gpp lah...g ada jg tmn buat di curhatin. Ngenes. Hahaha...cm pacar..udah kenyang dia aku curcolin hahaha..

Btw...selamat membaca dan semoga suka ^^
«134

Comments

  • Menarik tapi lihat dulu arah ceritanya kmana.
  • menarik ceritanya ... Vinn sengaja ...?
  • edited April 2016
    2) Siapa Aku?

    ~ Vinn Pov ~

    'Ding dong dung...ding dong dung...ding dong dung...ding....'

    Uuugghh...

    Suaranya...mengganggu. Dengan mata yang masih tertutup aku mencari hpku. Dimana?? Mana?? Tanganku menerobos di bawah bantal.

    'Ding dong dung...ding dong dung...ding dong dung...ding....'

    Aaarrgghhh...

    Kali ini aku benar-benar terbangun. Duduk sambil mencari-cari dimana hpku. Rupanya ada di atas samping kanan bantalku.

    Setelah mematikan alarm yang mengganggu itu aku bersiap-siap untuk tidur lagi.

    "Kak Vinn...mau tidur lagi ya?? Aku aduin mama lo," Gita masuk kekemarku begitu saja.

    Dia langsung naik ke kasur dan memelukku.

    "Ngantuk sayang. Lima menit lagi ya."

    "MAAAAAA.....emmm...!!!" aku membekap mulutnya.

    Aku mengela nafas.

    "Iya...iya kakak bangun. Jangan teriak-teriak. Nanti tenggorokanmu sakit."

    Untuk membuat Gita diam, aku memberinya wafer yang aku simpan di laci mejaku.

    "Yaaaayy..."

    Anak itu langsung berlari keluar kamarku sambil menutup pintu keras-keras.

    Aku Vinn Alexi Pratama, anak pertama dari dua bersaudara. Gita Raveina Pratama adalah adik kecilku yang masih TK nol kecil. Jauh kan usia kami. Mamaku baru bisa mengandung lagi setelah aku besar. Mama mengalami keguguran dua kali. Padahal saat mengandungku dulu mama baik-baik saja, tapi saat hamil anak kedua, mama jatuh dari tangga dan akhirnya mengalami keguguran. Kehamilan ketiga juga mengalami keguguran. Kandungan mamaku jadi lemah setelah keguguguran anak kedua dulu. Tapi mama sangat ingin punya anak lagi. Dan saat tahu hamil lagi, mama dan papa berusaha sebaik mungkin untuk menjaga calon adikku itu. Dan lahirlah Gita dengan tangisannya yang kencang.

    Klek...

    Pintu kamarku terbuka lagi.

    "Mas, bangun gih."

    "Yaelah bi, ini aku juga udah bangun. Cuma males aja mau mandi hahaha..."

    Bi Reni masuk kedalam kamarku lalu membuka gorden coklat itu. Sedangkan aku merenggangkan tubuhku sebelum turun dari kasur.

    "Kalau udah bangun ya gordennya di buka sendiri. Udah besar juga masih aja kayak anak kecil," omel bi Reni yang kini sibuk merapikan tempat tidurku.

    "Iya bi. Khilaf," sahutku sambil menyambar handuk yang ada di belakang pintu kamarku.

    Aku berjalan menuju kamar mandi yang ada di sebelah kamarku, berada di antara kamarku dan Gita. Mandiku sebentar. Kata Rendi aku cuma mandi bebek. Cuma nyebur lalu udahan. Ya ngapain juga lama-lama di kamar mandi? Kalau sudah selesai mandi ya sudah.

    Mama terlihat sedang memakaikan bedak ke wajah Gita di ruang makan. Sejak jatuh dari tangga mama tidak pernah naik ke lantai dua. Mungkin trauma. Jadi papa yang biasanya tidur menemani Gita.

    "Jangan tebel-tebel ma," aku mengingatkan.

    Biarpun itu bedak bayi tapi tetap saja itu bedak. Bahan kimia. Tidak bagus buat kulit. Apalagi untuk kulit Gita yang masih kecil.

    Aku mencomot pisang goreng dan langsung memakannya. Bi Reni menuangkan susu ke dalam gelasku. Seharusnya makan roti minumnya susu. Nah ini aku makan pisang minumnya susu.

    "Udah selesai??" tanya papa yang sudah rapi dengan pakaian kantornya.

    "Udah," mama langsung menyambar tasnya, "ayo adek pamit sama kakak dulu."

    Gita langsung menarik-narik bajuku. Aku langsung menurunkan kepalaku mencium keningnya.

    "Adek mau sekolah dulu. Muaaahh..."

    Gita mencium bibirku lalu memeluk leherku.

    "Nggak boleh minum es ya," aku memeluknya erat.

    "Uang jajan..."

    Aku melirik mama.

    "Minta mama. Udah sana. Nanti telat."

    Aku mendorong pelan adik kecilku itu.

    "Kakak pelit."

    Aku menjulurkan lidahku. Mana mungkin aku kasih dia uang jajan. Yang ada uangnya pasti habis buat beli makanan yang aneh-aneh. Nanti ujung-ujungnya sakit terus aku yang di marahin mama karena manjain Gita.

    "Bi aku berangkat," pamitku.

    "Iya mas. Ati-ati."

    Aku menyambar tasku.

    "Eh mas-mas!!!"

    "Hem??"

    "Titip dong."

    "Titip apa??"

    "Itu loh jagung manis. Yang diserut terus ada apanya itu..."

    "Oh itu. Iya nanti aku beliin."

    Aku memakai headset bluetooth di telinga kananku. Saat aku masuk ke dalam mobil aku melihat ada sebuah kotak yang dibungkus rapi.

    Ah...iya...kemarin Rendi ninggalin itu di mobilku. Katanya itu hadiah ulang tahunku yang terlambat lima hari. Dia beli online khusus untukku. Dia memang tidak suka belanja online. Katanya, barang yang di pesan tidak sama dengan aslinya. Tapi karena kemarin aku kebelet bab jadi aku tinggal begitu saja di mobil.

    Karena penasaran aku membuka kotak itu. Mataku membulat kaget setelah melihat isinya.

    Dildo. Warna hitam. Besar. Berurat.

    'Apa? Pagi-pagi udah telfon...kangen??'

    "Iya kangen sampai pengen bunuh. Ngapain kamu ngasih aku dildo?? Udah rusak apa kepalamu itu?"

    'Keren kan? Jadi kamu nggak usah mimpi pantatmu di obok-obok sama bule.'

    Aku meringis.

    "Siapa juga yang mau sama bule??? Mau aku simpen dimana ini coba??"

    'Dipantatmu??'

    Ck...

    Rendi tergelak.

    Aku langsung memutus sambungan telfon kami.

    Jadi...mau diapakan ini dildo? Dibuang.... sayang. Jangan deh. Nanti aja aku cari tempat aman.

    Aku mulai melajukan mobilku. Pak No dengan sigap langsung membuka pintu gerbang.
  • Makasih yg udah komen...dua komen pertama hahahahaha....muaaahh
  • kereen ceritanya...
  • astaga ... dildo ...? Vinn gay dong ...
  • colek dede kalau apdet bang
  • bagus ceritanya bang. kapan lanjutannya ni ?
  • 3) Siapa Dia? (1)

    Plak...

    Aku menampol kepala Rendi saat dia mengungkit soal dildo lagi.

    "Apa sih?? Aku kan udah baik hati ngasih kami kado. Bukannya terima kasih yang aku dapet malah..."

    "Ya jelas lah. Gila kamu."

    Rendi terkekeh.

    "Nanti aku nggak ikut futsal. Ada Johan. Kalau kamu mau..."

    "Nggak..." potongku, "aku males."

    Jelas saja dia tidak mau ikut futsal. Rendi kan ada main sama maminya Johan. Sudah setahun ini mereka jalan. Dan selama itu juga Rendi harus berhati-hati. Kalau Johan sampai tahu, dia bisa mati dalam sekejap.

    Aku berteman sama Rendi sejak kelas 10. Itupun karena ketidaksengajaan. Dia tahu aku homo karena dari layar hp ku terpampang situs gay. Hp ku tidak sengaja jatuh dan dia yang mengambilkannya untukku. Waktu itu aku malu sekali. Rasanya mau mati saat dia tersenyum mengejek.

    Malam harinya tanpa sengaja kami bertemu di salah satu hotel. Aku sedang di lobby hotel menunggu tanteku check-out. Sedangkan dia melenggang masuk dengan seorang tante-tante yang menggandeng tangannya manja. Saat aku perhatikan si tante itu aku sadar, si tante adalah maminya Johan. Aku hanya bisa memamerkan gigiku saat dia menyadari keberadaanku. Besoknya saat aku makan bakso di kantin sekolah, dia duduk di dekatku. Setelah itu kami menjadi dekat. Dekat dalam artian teman. Tidak lebih.

    "Aduuhh sial...saat aku bawa motor malah ujan deres gini. Ck..."

    Untungnya tas Rendi tahan air.

    "Deritamu," olokku.

    Rendi mendengus. Dia langsung berlari meninggalkanku ke area parkir motor. Aku pun berlari ke tempat parkir mobil.

    Cuaca yang sering berubah seperti ini membuatku harus banyak-banyak minum air putih dan minum vitamin. Tapi aku lebih mementingkan memperbanyak istirahat. Tidur cukup dan tidak begadang. Ya biarpun aku kadang-kadang begadang untuk main game atau sekedar buka-buka situs di internet.

    Saat aku mau melewati pos satpam. Aku melihat ada satu cowok yang menarik perhatianku. Dia berteduh di pos satpam itu dengan tangan kanan yang terjulur kedepan untuk merasakan derasnya hujan. Dia sendiri sedikit menengadah untuk melihat langit yang mendung. Aku sampai memperlambat laju mobilku dan menurunkan kaca untuk memperhatikannya. Matanya terlihat kosong. Entahlah...atau menggambarkan kesepian. Aku tidak tahu. Dia terlihat....

    DIIINNN..DIN..DIN..!!

    DEG...

    Ck...sial.

    Mobil belakangku mencoba memberondongku dengan klaksonnya.

    Brengsek. Kelas berapa sih anak itu? Main pencen klakson saja. Nggak sabaran banget.

    Sebelum aku mempercepat laju mobil, aku sempat melihatnya menatapku.

    Deg..

    DegDeg...

    DegDegDeg....





    ~ Siapa Dia (2) ~

    Aku belum pernah seperti ini. Berjalan keliling kelas demi kelas seperti orang gila. Mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. IPA sampai IPS.

    "Hei..." Sussy dari kelas 12 IPS 1 menyapaku saat aku terus memperhatikan kelasnya, "kok sendirian? Mana Rendi??"

    Cewek ini suka sama Rendi. Sudah dua kali dia nembak Rendi. Tapi Rendi menolaknya mentah-mentah. Kalau ditanya soal fisik, Sussy itu cantik biarpun badannya kurus. Dan...kalau ditanya kenapa Rendi selalu menolak jelas bukan karena Sussy kurus tapi karena Rendi memang suka sama wanita dewasa. Tante-tante.

    "Tadi Rendi..." aku tinggal di kelas, "ngerjain pr di kelas."

    Saat bel istirahat tadi berbunyi aku langsung keluar kelas tanpa mengajaknya. Aku cuma mau memastikan sesuatu, jadi tidak perlu lah mengajaknya.

    Aku kembali menengok ke dalam kelas Sussy sekali lagi sebelum melangkah pergi.

    Hpku bergetar.

    Rendi : PING!!!

    Rendi : dmn??

    Me : kantin??

    Me : hehe

    Rendi : sialan aku d tinggal

    Rendi : brengsek.

    Rendi : beliin teh dingin

    Enak aja.

    Me : kantinnya tutup

    Rendi : aku tusuk pantatmu pake dildo lo

    Cih...brengsek banget nih anak.

    Tapi...benar juga. Ini kan jam istirahat. Siapa tahu dia ada di sana. Kemarin aku melihatnya hanya sebentar tapi aku merasa ada yang aneh.

    Kantin yang biasa aku datangi ramai ramai luar biasa. Akhirnya aku ke kantin yang ada di dekat kelas 10.

    Deg...

    Dia...di ada disana.

    DegDeg...

    Duduk sendirian.

    Cowok itu....

    "Ren...bisa kesini??? Aku di kantinnya anak kelas 10."

    'Huh?? Masa kamu nggak berani ke kantin sendiri??'

    "Udah sini aja! Aku tunggu lima menit."

    Aku berjalan mendekati ibu kantin yang sibuk dengan kipas dari sobekan kardus.

    "Teh bu," kataku sambil menyodorkan uang ke ibu kantin itu.

    Saat aku membuka tutup botol itu, Rendi sudah datang. Dia langsung menyambar jajanan 500an dan langsung memakannya.

    Sedangkan cowok itu masih sibuk dengan nasi bungkusnya.

    "Ren..." aku menyodorkan teh itu ke Rendi, "kamu tahu nggak nama cowok itu?!"

    "Yang mana??" Rendi mengedarkan pandangannya.

    "Yang...yang duduk sendirian dipojok."

    Kini Rendi menatap cowok itu. Dia nampak berfikir.

    "Siapa ya...kalau nggak salah dulu aku sekelas sama dia deh."

    Aku langsung tersenyum.

    Rendi masih berfikir...keningnya sampai berkerut.

    "...dea...dra...Chandra. Iya...itu Chandra."

    DEG...

    Chandra...





    ~ Whoami Pov ~

    Aku capek hahaha...kmrn dr sby...tolak..dan skrg capek...

    Ah iya...sorry g bisa tag satu2..y di liat aja klo chapternya ganti ya udah update hehehe... ty y yg udah baca...aq mw siap2 kerja dl...
  • Lanjut dong... Jangan lupa mention yak :)
  • Chandra itu yang ditabrak Vian ...? jadi penasaran nih ...
  • 4) Chandra

    Jadi namanya Chandra...

    Aku kembali melirik cowok itu. Dia lahap sekali makan nasi bungkus yang menurutku rasanya hambar. Aku pernah beli dan langsung aku buang setelah suapan pertama. Rasanya terlalu hambar. Lagipula tahu gorengnya juga hambar. Intinya nasi bungkus yang di jual di kantin ini rasanya tidak enak. Tapi Chandra memakannya dengan lahap. Sesekali dia meminum aqua gelasnya.

    ...

    ...

    "Sini ikut!!" tiba-tiba Rendi menyeretku keluar dari kantin dan sedikit menjauh dari keramaian.

    "Apa sih Ren!!" aku mendorong Rendi.

    Kerah bajuku jadi berantakan gara-gara tingkah Rendi. Aku merapikannya.

    "Ngapain kamu tanya-tanya Chandra?? Suka kamu sama dia???"

    "..."

    "..."

    "..."

    "Kamu...jangan bilang...kalau kamu suka sama dia."

    Aku tidak bisa menahan senyumku.

    "Hehe...hehehe...."

    Rendi meremas rambutnya lalu mencengkeram bahuku.

    "Kamu..." Rendi menunjuk kantin itu, "kamu suka sama dia??? Ya ampuuun."

    Aku masih tersenyum.

    Kini dia mengusap-ngusap wajahnya.

    "Dia??????" Rendi kembali menunjuk kantin.

    "A...aku nggak tahu ini suka atau bukan tapi aku...sedikit...ter.. tarik. Mungkin."

    "Ya ampuuuunn.... Astagaaaaa...!!! Vinn!!! Dia...dia genduuuuuut..."

    Aku menatapnya tajam.

    "Dia cuma sedikit gemuk," kataku kesal.

    Rendi terlalu lebay. Lihat apa yang dia katakan. Dia mengatai Chandra gendut. Menurutku Chandra cuma sedikit gemuk. Chandra nggak gemuk-gemuk amat kok.

    "Dia jelek. Culun. Dia....dia...nggak kayak koleksi foto dihp mu yang gagah berotot, ganteng, keren....dia..perutnya buncit. Wajahnya bulat, tidak...kepalanya juga bulat. Kayak bakso super jumbo yang di jual disimpang lima," Rendi memutar telunjuknya di dekat kening, "mabuk ya kamu Vinn. Kepalamu nggak apa-apa kan?!"

    Aku menghela nafas.

    "Lebay banget kamu Ren. Aku kan sudah bilang kalau aku cuma tertarik sama dia."

    Lagian Chandra nggak jelek-jelek amat kok. Kalau kacamata bulatnya di lepas seperti kemarin atau potongan rambutnya sedikit diubah, dia cakep kok. Aku suka matanya. Entah kenapa....dia keren.

    Rendi menyebik.

    "Itu sama aja kamu bilang ke aku kalau kamu suka sama dia."

    Aku terdiam.

    Kata-kata Rendi ada benarnya. Aku tidak pernah tertarik sama orang. Kalaupun aku suka, itupun cuma foto-foto binaraga atau model ataupun artis ganteng yang sedang naik daun.

    "Kamu aja nggak tau apa-apa tentang dia, kok bisa-bisanya suka."

    "Makanya aku mau cari tahu tentang dia."

    Rendi menghela nafas.

    "Aku syock," katanya lirih, "setahuku orang homo itu sukanya ama cowok yang rata-rata tubuhnya bagus. Nah...kamu?!"

    Nggak juga deh.

    "Kamu tahu nggak kelasnya Chandra di mana?"

    "Nggak tahu."

    Jadi aku harus cari tahu.

    Saat aku berfikir untuk membuntuti Chandra waktu dia balik ke kelasnya, Rara teman sekelas Rendi saat kelas 10 dulu berjalan melewati kami.

    "Raaa!!!"

    "Heee..." sahut Rara saat Rendi memanggilnya.

    "Sini!!"

    "Ada apa??"

    Rara mendekati kami.

    "Kamu tahu kelasnya Chandra nggak?"

    Aku kaget juga saat Rendi bertanya langsung ke Rara.

    "Chandra??" Rara nampak bingung.

    "Temen sekelas kita dulu."

    "... ... ... ...oo....oohhh...Chandra yang cupu itu??"

    "Iya yang itu."

    Sialan mereka itu. Chandra nggak cupu ah...keren kok.

    "Kalau nggak salah IPS 2 deh."

    "Yakin??" kali ini aku yang bersuara.

    Rara menatapku lalu tersenyum.

    "Iya dia IPS 2. Kenapa kok tanya kelasnya Chandra."

    IPS 2 ya...

    "Soalnya dia punya utang sama Vinn."

    "Nggak!! Ngawur kamu Ren."

    Rendi terkekeh.

    "Serius dia punya utang sama kamu Vinn?? Harus kamu tagih lo. Kayaknya orangnya sedikit aneh deh. Nanti uangmu nggak balik lo. Dia pasti pura-pura lupa."

    Apaan lagi ini. Bisa-bisanya mereka jelek-jelekin Chandra kayak gitu.

    "Dia nggak punya utang," kataku kesal.

    Aku langsung melangkahkan kakiku pergi. Rendi langsung menyusulku.

    Bodo banget sama dia.

    Kenapa mereka berdua bisa dengan gampangnya menilai orang lain? Padahal mereka nggak terlalu kenal juga sama Chandra. Dari reaksi mereka berdua yang masih harus mengingat-ngingat saat di tanya tentang Chandra aku tahu kalau mereka juga nggak tahu apa-apa tentang Chandra.

    Seperti aku...

    Langkahku terhenti. Bayangan Chandra yang menatapku dengan bola matanya yang hitam pekat itu kembali menggoda.

    Jadi...aku beneran suka sama dia? Sama Chandra?





    ~ Whoami Pov ~
    Lulu...vinn g nabrak lo hahaha...

    Btw..aq tunggu komenx yee...buat aq pnya asupan gizi hahaha..

    Ty yg udah baca ^^
  • 5) Jadi Detektif

    "Kenapa kamu nyeret-nyeret aku segala sih Vinn?? Kalau kamu mau buntutin dia, nggak usah ngajak aku segala."

    Rendi mengomel saja sejak meninggalkan sekolah. Tapi dia tetap menyetir untukku. Sedangkan aku hanya memperhatikan angkutan berwarna kuning yang tak jauh di depan sana.

    "Belok kiri Ren."

    "Iya aku tahu," dengus Rendi, "kalau sampai sepeda motorku ilang. Kamu harus ganti. GANTIIIII....!!!"

    "Nggak mungkin ilang. Ada satpam kan. EHHH...REEM!!! REEEMMM!!!"

    Rendi langsung menginjak rem. Tubuh kami berdua langsung terpental kedepan. Untung pakai sabuk pengaman, jadi aman.

    DIIINNNN...

    DIIINNNNN....

    TIIINNN...

    TIN

    TIN

    "Fuck!!! Buta yaaaa??! Nggak tau apa kami lagi ngikutin angkutan yang mengangkut cowok gendut?!"

    Aku menghela nafas. Dia tidak seharusnya marah-marah. Kan kita yang salah. Injak rem mendadak.

    Aku berdecak saat yang turun bukan Chandra. Dan angkutan itu kembali melaju.

    "Kalau sampai aku mati muda. Aku hantui kamu seumur hidupmu."

    "Kan kamu yang nyetir," aku masih melihat angkutan itu, "Ren jalan Ren!!"

    "Iya tahu. Emangnya aku buta apa?!"

    Aku menggeleng pelan. Dasar Rendi. Padahal kalau di depan umum sifatnya tidak separah ini. Kenapa saat bersamaku saja dia jadi ganas ya?!

    Angkutan itu terus melaju. Sesekali berhenti untuk menurunkan penumpang.

    "Jauh juga ya," desisku, "apa tadi dia udah turun tapi kita nggak tau?!"

    "Huh??? Serius kamu bilang gitu?? Orang gendut kayak dia jelas aku tau kalau dia turun. Kalau matamu sih aku nggak tau ya, tapi mataku udah SNI."

    Plak....!!

    Kali ini aku menampol kepalanya karena gemas. Rendi memegang kepalanya sambil melotot kearahku.

    "Udah sana fokus!!! Tuh ketinggalan kan," kataku kesal.

    Angkutan itu sudah menghilang dari pandanganku.

    Rendi juga nampak kaget. Dia langsung menginjak gas.

    "Hati-hati!! Motor," kataku mengingatkan.

    Aku jadi menyesal mengajaknya. Caranya menyetir bisa membuatku kena serangan jantung mendadak.

    Rendi langsung mengerem mendadak saat angkutan yang baru terlihat lagi berhenti.

    Braaakkk....

    Mobilku sedikit bergoyang.

    "Anjing!!! Mobilkuuu..." Rendi langsung keluar dari mobil.

    Ngomong-ngomong, ini mobilku.

    Saat aku mau keluar dari mobil, aku melihat Chandra turun dari angkutan dan berjalan masuk kedalam gang.

    "Apaan!! Kalian ini buta atau apa?? Nabrak mobilku segala," Rendi terlihat emosi.

    "Tapi kan situ yang salah. Ngerem mendadak. Lihat kakiku patah kan."

    "Cuma lecet," aku mencoba menengahi.

    Kalau patah tidak mungkin dia bisa berdiri seperti itu.

    Ternyata ada sepeda motor yang menabrak mobilku dari belakang saat Rendi mengerem mendadak.

    Anak SMP ya...

    Mobilku penyok.

    Saat Rendi mencoba membalas kata-kata anak itu, aku mengambil uang 100.000 dan langsung menyodorkannya.

    "Ya kurang lah..."

    "Heh!!! Udah untung di kasih..." aku menahan Rendi yang mau mendekati anak itu.

    Aku kembali menyodorkan 50.000.

    "Obat lecetmu sama servis mobilku, masih mahalan servis mobilku. Lagian kamu masih SMP kan, udah naik motor. Mau aku antar ke kantor polisi?"

    Anak itu terdiam.

    Dia langsung pergi mengendarai sepeda motornya.

    "Gila kamu Vinn...dia itu masih SMP. Aku pukul sekali aja...heiii!! Mau kemana??!!"

    Aku langsung berlari mengejar sosok Chandra. Tadi dia masuk ke gang sempit ini. Tapi...jejaknya sudah hilang. Sosoknya tidak terlihat.

    "Kemana dia tadi...??"

    Aku terus berjalan menyusuri gang itu. Beberapa kali aku melewati anak kecil yang sedang bermain. Permainan tradisional.

    Kakiku berhenti melangkah saat melihat jalannya bercabang. Kekanan dan kekiri. Yang mana? Kanan? Kiri??

    Aku berjalan ke kanan, tapi karena ragu aku akhirnya berjalan kekiri. Masih ragu lagi, akupun berhenti berjalan.

    Kemana??

    Aku melepas kacamata hitamku yang daritadi masih aku pakai.

    Pandanganku langsung tertuju di rumah besar di dekat jalan bercabang itu. Chandra keluar hanya mengenakan kaos dalam dan celana pendek. Aku buru-buru bersembunyi di balik pohon yang ada dibelakngku. Chandra mengambil jemuran yang ada di halaman.

    Jadi ini rumahnya...

    Besar.

    Dihalaman rumahnya banyak pohon dan bunga. Lalu ada tempat duduk dari bambu dan kayu. Kelihatan sekali kalau rumah itu nyaman dan sejuk.

    Saat Chandra masuk kedalam rumah, aku memotret rumah itu.

    Hehehe...

    Aku kembali memakai kacamata hitamku dan berjalan pergi.





    ~ Whoami Pov ~

    Syedih...g ada yg komen :(
Sign In or Register to comment.