Sampurasun sadayana!
Mau coba kirim cerita, tapi harap maklum jika berasa flat. Masih amatiran.
Semoga suka dengan cerita ini yang biasa-biasa saja.
Mohon bimbingannya.
"Kami mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki orang-orang normail lainnya. Kami bisa melakukan sesutu yang mungkin kelihatan aneh."
One – Revan
~~~
Re, begitu teman-teman, tetangga, dan mamanya memanggil. Papanya meninggal saat dia berumur sepuluh tahun.
Pagi itu, gerimis turun sepanjang perjalaanan menuju sekolah. Re menatap jalanan basah dari balik jendela angkot. Menatap butiran air jatuh.
Angkot yang ditumpangi Re tiba di depan gerbang sekolah. Gerimis menderas, para siswa yang satu sekolah dengan Re berhamburan turun dari angkutan umun atau motor. Mereka bergegas menuju bangunan kering.
Re melangkah mantap menuju kelasnya, X-1. Entah kenapa, sejak SMP, yang namanya kelas paling awal itu seakan-akan menjadi kelas yang paling favorit.
Hari ini adalah hari pertama Re dan teman-teman seangkatannya mengenakan seragam putih-abu.Padahal rasanya seperti baru kemarin ia berseragam putih-biru.
***
Sesampainya di depan kelas, ia melihat sebagian siswa yang sudah datang. Mereka semua masih tampak asing. Ada yang duduk diam, ada pula yang sudah berbaur dan saling mengobrol dengan teman yang lain.
Pada saat yang sama, seseorang menepuk punggungnya dari belakang.
“Selamat pagi! Kenapa nggak masuk?”
Re menoleh dan menemukan sosok Tomi yang juga baru datang.
Re baru mengenal Tomi saat hari kedua pelaksanaan masa orientasi. Saat itu mereka sedang melaksanakan hukuman karena datang terlambat. Entah karena senasib atau apa akhirnya mereka saling memperkenalkan diri. Tomi berasal dari luar kota, sekarang dia tinggal bersama neneknya sementara orangtuanya tidak bias ikut. Pertemanan mereka tidak terlalu dekat kerena berbeda kelompok, Re dikelompok 3 sementara Tomi dikelompok 6.
“Eh, hei! Selamat pagi juga.” Jawab Re.
“X-1 juga? Kita cari tempat duduk yuk. Aku pengen sebangku sama kamu.”
Tomi menggandeng tangan Re sambil memasuki ruang kelas. Mendadak, siswi-siswi yang ada di kelas terdiam. Beberapa bahkan ada yang berbisik sambi lmelempar senyum pada mereka.
Re dan Tomi duduk dibangku kedua, baris paling pinggir dekat jendela – Re yang memaksa duduk disana. Ada empat baris meja dalam kelas, masing-masing baris terdiri dari lima meja untuk dua orang.
“Hai namaku Vey”
Mendadak seorang siswi yang duduk dibelakang Re mengulurkan tangan untuk mengajak berkenalan.
“Hai! Namaku Revan, biasa dipanggil Re. Dan ini Tomi.” Re segera menyalaminya tanpa sungkan.
“Hai Vey!” Sapa Tomi.
***
Two – Kak Ali
~~~
Jam ditangan Re menunjukkan angka 07.45. Biasanya sekolah-sekolah yang ada di kota tempat Re tinggal masih belum ada kegiatan belajar-mengajar untuk dua hari pertama. Gerimis sudah reda dari tadi.
“Kita ke kantin yuk! Aku tadi lupa belum sarapan.”Ajak Vey.
“Kamu mau ikut, Tom?”Ajak Re padaTomi yang sedang asik dengan ponselnya.
“Kalian duluan saja, aku udah sarapan.” Jawab Tomi tanpa mealingkan wajahnya dari ponsel.
***
Ternyata kantin sudah begitu penuh. Re dan Vey hanya membeli nasi uduk dibungkus untuk dibawa ke kelas. Ketika Re akan berbalik, mendadak seseorang menabrak bahunya, membuat nasi bungkus yang dipegangnya jatuh dan terinjak oleh orang lain.
“Maaf aku nggak sengaja. Maaf banget.”
Re mendongak memandang orang yang sudah menabraknya tadi.
“Eh… Kak Ali…” Re setengah terkejut, yang menabraknya ternyata Kak Ali, salah satu senior pendamping dikelompoknya saat masa orientasi.
“Nggak apa-apa, kak. Aku bias beli lagi.” Ujar Re setelah menguasai dirinya.
Re berbalik menuju ke ibu penjual nasi uduk. Namun, saat Re hendak berjalan, lagi-lagi dia ditabrak siswa lain dan membuatnya hilang keseimbangan. Tubuhnya limbung, tapi sebelum pantatnya menyentuh lantai dengan sigap Kak Ali menahan tubuhnya.
“Kamu nggak apa-apa, Re?” Tanya Kak Ali.
“I-iya. Aku nggak apa-apa. Makasih kak.”
“Nih, ambil aja nasi bungkus ku. Sebagai ganti yang aku jatuhkan.” Kak Ali menyodorkan nasi bungkusnya.
“Eh… Jangan kak.” Re menolak.
“Udah ambil aja.”Paksa Kak Ali.
“M-makasih kak,”
“Sip! Aku ke kelas dulu ya, Re. Sampai jumpa lagi.”Kak Ali berlari meninggalkan Re dan Vey.
***
(Bersambung...)
Chapter permulaan, makasih yang nggak sengaja mampir dan baca.
Maaf klo ada typo.
Comments
jgn bosen-bosen buat mampir ya, maaf klo ceritanya banyak typo
~~~
Re sedang berdiri di depan kelasnya yang berhadapan langsung dengan lapangan basket. Disana ada beberapa siswa tengah bermain, salah satunya Kak Ali–-Re baru tau ternyata dia adalah pemain andalan tim basket SMA. Re sudah melupak kejadin di kantin tiga hari yang lalu.
Tapi bukan Kak Ali yang menarik perhatiannya, yang dia perhatikan adalah cowok yang selalu melakukan passing dan dribble. Gerakannya lincah, meskipun dia sering dijaga oleh dua-tiga orang, tetap saja selalu bisa meloloskan diri kemudian berlari dan melakukan operan kepada Kak Ali yang diakhiri dengan tembakan tiga poin.
Bel berbunyi nyaring, menandakan waktu istirahat berakhir. Permainan basket di lapangan juga sudah selesai. Terhitung Kak Ali sedikitnya mencetak skor lima kali dengan tembakan tiga poinnya. Dan itu didapat dari operan si cowok lincah tadi.
Re segera berbalik masuk kedalam kelas, dari kejauhan tampak Miss Evy–-guru Bahasa Inggris, berjalan menuju kelasnya.
***
Bel pulang berbunyi, Re dan siswa lainnya bergegas membereskan buku dan tas masing-masing.
“Re tunggu sebentar!”
Re menghentikan langkahnya, Tomi baru saja memanggil namanya, berlari mengejar Re yang sudah berada di depan gerbang sekolah.
“Ada apa, Tom?”
“Boleh aku main ke rumahmu?”
Re menaikkan alisnya. “Main ke rumah ku?”
“Iya. Itu juga kalau boleh sih hehe..”
Re tertawa, mengangguk. “Tentu saja boleh.”
Tomi menatap wajah Re. “Sungguh Re?”
“Asal nggak keberatan aja naik angkot ke rumah ku.”
“Aku bawa motor, tunggu disini sebentar.” Jawab Tomi riang sambil berlari ke arah parkiran.
‘Cowok aneh.’ Pikir Re.
***
Sesampainya di rumah Re, mereka berdua langsung masuk. Re menyalami mamanya yang sedang duduk di depan rumah.
“Ma, kenalin ini Tomi. Temen Re.”
“Saya Tomi tante.” Tomi berkata santun sambil mencium tangan mama Re.
Mama Re menatap Tomi, tersenyum. “Ayo Tom masuk. Jangan sungkan-sungkan. Mau tante bikinin apa?”
“Apa aja tante, asal tidak merepotkan.”
“Maksud Tomi asal banyak, Ma. Dia ini doyan makan.” Re nyengir, memasang wajah tak bersalah.
Tomi menyikut lengan Re.
“Tak apa, Tom. Re ajak Tomi ke kamar. Mama mau siapin minuman dulu.”
Di kamar, Re langsung meletakkan tasnya di kasur lalu menbuka jendela kamarnya lebar-lebar.
“Papamu dimana? Kerja?” tanya Tomi sambil duduk dipinggiran kasur dan melepas tas punggungnya.
“Papa udah meninggal enam tahun lalu.”
“Maaf, aku nggak ada maksud bikin kamu sedih.” Tomi menyesal atas pertanyaannya.
“Nggak usah khawatir, aku nggak sedih.” Jawab Re sambil duduk di kursi dekat meja belajarnya yang berhadapan dengan Tomi.
“Jadi apa alasanmu main ke rumah ku? Jangan-jangan kamu ngumpetin bom ya?” Re bertanya menyelidik sambil memeriksa tas Tomi.
“Enak aja aku bukan teroris.” Tomi segera merebut tasnya dari tangan Re.
“Trus apa alasannya?”
“Aku pengen kita deket aja, Re. Kamu mirip sama aku.” Jawab Tomi sambil berjalan ke arah jendela.
Re terdiam, setengah bingung dengan kalimat Tomi barusan.
***
(Bersambung...)
Chapter 3 update, maaf klo masih ada typo atau berasa flat. Chapter 4 menyusul besok. Siap-siap ada kejutan di Chapter 5 hehe
Turut mengundang:
@Hajji_Muhiddin @pokemon @lulu_75
makasih @RohmanPutra11 udah mampir
Selamat membaca @Hajji_Muhiddin @pokemon @lulu_75 @RohmanPutra11
Four – Rizki (a)
~~~
Re sedang melamun, bukan memikirkan perkataan aneh Tomi tempo hari lalu, dia sudah ambil kesimpulan bahwa Tomi anaknya mungkin terlalu polos dan tidak tahu kalau setiap kalimat yang diucapkannya bermakna ambigu. Dia sedang memikirkan hal lain, dia sedang memikirkan Rizki–nama cowok yang lincah bermain basket, Re tahu namanya dari Tomi. Selain aneh, Tomi juga selalu tahu banyak hal, pikir Re.
“Woy, ngelamun aja. Ke kantin yuk? Laper nih.”Tomi sukses menyadarkan Re yang dari tadi asik melamun.
“Eh, apa?”
“Kamu ngelamun terus Re. Nggak denger apa tadi bel istirahat.” Sewot Tomi. “Ke kantin yuk?”
“Hehehe… Maaf. Yuk, ke kantin.”
Untuk menuju kantin sekolah, Re dan Tomi harus melewati lapangan basket terlebih dulu. Kebetulan saat itu ada sebagian siswa kelas XII sedang bermain basket, tentu saja Kak Ali dan Rizki juga terlihat tengah bermain.
“Eh, Tom.” Re menepuk punggung Tomi pelan. “Kak Ali dan Kak Rizki beneran jago mainnya ya?” Tanya Re tanpa memalingkan pandangannya pada Rizki.
“Kenapa emang?” Jawab Tomi yang juga memandang ke arah lapangan basket.
“Kak Ali jago tembakan tiga poin, pernah aku liat dia menembak dari tengah lapangan. Juga Kak Rizki, dia bener-bener lincah. Dia selalu lolos dari penjagaan.”
“Hmmm…Aku sebenarnya ragu Re?”
Re menatap Tomi penasaran. “Ragu kenapa?”
“Ini hanya firasatku aja, sepertinya mereka mempunyai ke… RE AWAS!!!” Tomi berseru panik.
Sebelum Re menyadarinya, sebuah bola basket menghantam keras tepat diwajahnya. Tubuhnya limbung. Hidungnya terasa begitu sakit. Tak berapa lama sebagian siswa yang melihat kejadian datang menghampiri Re yang jatuh terduduk. Sebagian ada yang tertawa, sebagian lagi merasa iba.
“Ya ampun, Re. K-kamu baik-baik aja kan?” Pertanyaan Tomi terdengar tak masuk akal.Siapa yang baik-baik saja setelah wajahnya dihantam dengan bola basket.
“K-kamu… B-baik-baik saja, kan?”Itu bukan suara Tomi, tapi Rizki. Datang menghamapiri dengan raut muka cemas dan merasa bersalah.
“Baik-baik saja apanya. Siapa pun pasti ngerasa sakit setelah dihantam bola basket. Baka*!” Sergah Tomi kesal. Padah tadi dia yang bertanya seperti itu.
*Baka=Bodoh (Jpn)
Re mencoba berdiri. “Udah, Tom. Aku baik-baik aja kok.”
“Aku minta maaf.Nggak sengaja.” Ucap Rizki penuh penyesalan.
“Iya kak, aku nggak ap—“
“RE HIDUNG KAMU BERDARAH!!!” Tomi berseru panik (lagi).
Re menyentuh hidungnya, tiba-tiba kepalanya terasa berat. Pandangannya kabur dan detik berikutnya semuanya menjadi gelap.
***
.
.
.
.
.
.
TAMAT
.
.
.
.
.
.
Eh? Siapa yang bilang TAMAT??!!
Maksudnya Bersambung
Hehe... Masih bersambung guys, jadi masih berlanjut ini cerita. Update selanjutnya masih chapter 4 ya.
~~~
“Dimana ini? Aww… kepalaku.”
“Kamu sudah sadar? Kamu ada di UKS”
Ingatan Re belum sepenuhnya kembali. Re menggeleng-gelengkan kepalanya, masih sedikit pusing.
“Masih belum ingat? Tadi kamu ping—“
“Bola basket.” Potong Re cepat.Sekarang dia sudah ingat semuanya.
“Ah iya. Tentang itu aku minta maaf. Namamu Revan, kan?”
“Eh?” Re menatap sesorang yang dari tadi berada disamping ranjang tampat dia berbaring.
“Kak Rizki?! Ngapain disini?” Re terlonjak kaget. Yang sekarang bersamanya adalah Rizki. Cowok idaman Re. Tapi, sejak kapan dia ada disini?
“Tentu saja nungguain kamu, Revan. Aku harus bertanggung jawab udah bikin kamu pingsan.”
Tak sadar Re menyunggingkan senyum tipis, barusan dia menyebut namaku.“Makasih, kak.”
“Tak masalah, tapi sebelum itu…” Rizki mencondongkan badannya ke arah Re. Wajah mereka cukup dekat. Rizki menatap serius wajah Re dihadapannya. “Hmmm… Sepertinya hidungmu udah baikan.”
Re terdiam kaku. Jantungnya berdegup kencang. Dia bisa merasakan kalau wajahnya sekarang memanas.
“Eh… Em… Sekarang jam berapa ya, kak?” Re mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
Rizki memeriksa jam tangannya. “Sebentar lagi mungkin pulang. Maaf , Revan. Van? Eh?” Rizki bingung menyebut nama panggilan untuk Re
“Panggil aku Re saja.”
“Iya, Re. Hmmm… Maaf Re sepertinya aku harus kembali ke kelas. Tak apa aku tinggal?”
Re menggelang. “Nggak apa-apa. Sekali lagi makasih udah nungguin aku, kak.”
Rizki tersenyum lebar sambil mengacak lembut rambut Re. Kemudian berjalan ke arah
pintu sambil melambaikan tangan lalu mengucap selamat tinggal.
Re sekali lagi terdiam. Memegang rambutnya. Lantas tersenyum penuh arti.
***
(Bersambung…)
Maaf klo banyak typo berkeliaran.
Chapter 4. Disini udah jelas ya kalo Re sebenarnya suka sama siapa?
View dan komentar buat cerita ini masih sedikit, tapi tak apalah yang penting aku nulis hahaha.
See ya