It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Baru kali ini ngirim ke kampung pake jne?
ra sekolah ra kerjo ra eleng dino blas.
Ga sengaja ketemu, tapi utungnya ga saling kenal juga sih.
Tapi aku tau. )
munyer ae loading nang kono-kono ae (
Jumat, 19 Oktober 2018 | 15:49 WIB
BANDUNG, KOMPAS.com - Polisi menemukan sebuah grup gay Bandung di media sosial Facebook. Hal tersebut terungkap berdasarkan penelusuran pada tanggal 9 Oktober 2018.
"Melalui penelusuran Cyber Patrol telah ditemukan grup Facebook Gay Bandung Indonesia (GBI)," kata Wadir Krimsus Polda Jabar, AKBP Hari Brata di Gedung Dirkrimsus, Jumat (19/10/2018).
Dikatakan, grup GBI ini dibuat oleh sebuah akun Facebook Syamsudin Ikhsan sejak tanggal 26 Oktober 2015. Adapun admin grup tersebut diketahui berinisial IS yang juga merupakan pemilik akun grup GBI itu.
"Grup GBI ini merupakan wadah atau komunitas pecinta sesama jenis yang memiliki 4093 anggota atau member," katanya.
Polisi juga menemukan banyak percakapan yang melanggar norma kesusilaan, seperti percakapan orientasi sesama jenis, penawaran jasa pijat laki-laki, pembentukan grup WA gay dan lainnya dalam grup gay tersebut.
Penangkapan Pelaku
Berdasarkan laporan warga, Unit Cyber Polda Jabar akhirnya berhasil menangkap dua orang pelaku berinisial IS alias Isan (28) berperan sebagai admin grup GBI dan pasangan prianya IW alias Boy (26) di rumah kos Jalan Jatimulya, Kelurahan Gumuruh Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, Kamis (18/10/2018) sekira pukul 02.00 WIB.
Baca juga: Polisi Pastikan Tak Ada Grup FB Khusus Gay di Garut
Tak hanya menangkap pelaku, polisi kemudian melakukan penggeledahan di rumah kos tersebut.
"Di tempat pelaku didapati alat komunikasi sebanyak lima unit ponsel dimana alat komunikasi tersebut digunakan pelaku untuk mengelola grup Facebook GIB," tuturnya.
Ponsel itu digunakan pelaku untuk mengganti deskripsi nama grup menjadi "Peduli Gay Bandung" sekitar tanggal 15 Oktober 2018.
Selain ponsel, polisi juga menemukan 25 buah alat kontrasepsi dan alat bantu seks lainnya yang digunakan pelaku untuk melakukan hubungan seks dengan kekasih prianya.
"Pelaku juga mendapatkan uang dari penjualan alat kotrapsepsi itu," tuturnya.
Atas perbuatannya, pelaku dijerat pasal 45 ayat (1) Jo Pasal 27 Ayat (1) UU RI no.19 tahun 2016 tentang perubahan UU no 1 Tahun 2008 tentang ITE.
"Ancaman hukuman penjara maksimal 6 tahun, dengan denda Rp 1 miliar," terangnya.
Penulis: Kontributor Bandung, Agie Permadi
Editor: Khairina
https://https-regional-kompas-com.0.freebasics.com/read/2018/10/19/15493861/buat-grup-gay-di-medsos-pasangan-sejenis-ditangkap?iorg_service_id_internal=533382163492388;AfqLv1BO8YeamLcv
Ah, memang sangat menarik dan menghibur untuk disimak sih. Tapi kalau bisa dijabarkan, yaa itu sangat teknikal. Hal yang sangat lumrah dan tak perlu jadi sesuatu yang sepertinya krusial sedemikian rupa melihatnya.
Dengan pujian bahwa industri hiburan Korsel, utamanya KPop, yang mampu menampilkan kesegaran di pergaulan internasional juga tak lepas dari keliru. Udara segar memang selalu dihembuskan dari negeri ginseng ke industri hiburan seluruh belahan bumi karena tampaknya ia mampu tampil dengan mencontek Baray namun ditampilkan dengan sangat beda sehingga kesannya jauh dari pengaruh Barat. Tentu saja tidak demikian. Tentu saja Barat sebenarnya adalah masih kiblat KPop sendiri sedari dulu dari ragam perspektif.
Pun kalau dibilang KPop tampil mengedepankan kolektivisme dengan grup-grup musiknya dibanding Barat yang banyak memajukan bintang-bintang individualisnya, adalah sebuah kekeliruan besar.
Tampilnya individualisme di Barat itu sendiri ialah buah dari kebebasan berekspresi yang merangsang lahirnya karya seni dari beragam manusia dari beragam latar kondisi sosio-kultural. Gaga dengan masa kecilnya yang kerap dirisak dan bernyanyi A Star Spangled Banner siang hari dibawah tangga rumahnya untuk berlatih, Whitney yang besar di gereja lalu dilatih oleh Clive Davis, Mariah yang mondar-mandir di New York mencoba menembus pasar dan meyakinkan banyak produser, dan ribuan contoh lainnya.
Sedangkan kebintangan dalam KPop itu sendiri banyak lahir asrama-asrama pendidikan, asuhan rumah produksi, yang minim kebebasan berekspresi bagi peserta didiknya. Belum lagi mengenai kontrak-kontrak yang dibuat dengan para bintang. Masih yakin menyebutnya sebagai anti-individualisme?
Sebagai catatan akhir, Whitney Houston punya band latar yang sama untuk 30 tahun karirnya. Michael Jackson pun dengan para penarinya. Menggambarkan ciri individualisme, itu? Coba.. coba.. sesekali, grup-grup KPop tampilkanlah para bintang itu dengan para musisi/band -nya di panggung. Kan katanya mengedepankan kebersamaan.