BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Permen Gulali Joya

1568101114

Comments

  • Joe sayang Obi
  • @Obipopobo kapan terusinnya? Pengen ngemut - ehem - permen gulalinya Joya :tongue:
    (Waduh @Adrian69 bukan SJ hap-hap-hap neh :joy: )
  • Terima kasih lo udah di mention....hahaah...

    Btw itu si joya kok bisa tau kalau dompet yang isinya recehan punyanya si cowok lucu itu dri mana..???????
  • Gak di repost di mari koko ?
    Ya sudah
    *pergi dari kamar koko
    *banting pintu kamar
  • Hai hai abang!

    Hahah, ini bang Obi next lagi ‘Permen Gulali Joya’-nya. Obi ingin abang merasakan manisnya gulali Joya sekali lagi. Miniseri yang sengaja Obi buat khusus untuk forum BF tercinta ini.

    Yap, seperti biasa sebelum memulai mengikuti chapter miniseri ‘Permen Gulali Joya’, Obi ingin mengenakan tarif buat abang-abang semua (hahah..). Berapa tarifnya? Murah kok, liat rincian di bawah:

    1. Baca cerita Obi, bayar dengan 1 ‘Like’ atau 1 ‘LOL
    2. Atau dalam beberapa kasus tertentu, abang bisa membayarnya dengan 1 ‘Kesal
    3. Kasih Obi 1 komentar (wajib).

    Yap! Wajib berkomentar, Obi ingin mendengar suara dan tanggapan abang sama temen-temen semua (❀*´ `*). Itu aja deh, selamat mengikuti (❀*´ `*).




    Chapter 5. Dompet


    ...Menolong orang lain harus dilakukan dengan hati yang tulus, tidak boleh pamrih sedikitpun...


    Bangun pagi, menyiapkan kotak harta karun, mandi...
    Sarapan (ada sisa makanan semalam), berdoa, berangkat...
    Jangan lapar, jangan menyerah, berjuanglah...



    Selamat pagi fajar terang! Selamat pagi burung pipit dengan kicauannya! Selamat pagi barisan rumput yang berembun! Selamat pagi ikan sapu-sapu yang berkecipuk di kali! Selamat pagi dunia! Selamat pagi! Joya mengawali langkah paginya dengan suka cita. Senyum lebar menghiasi bibirnya. Siulan khasnya yang lama tidak didendangkan, kini terdengar disela-sela langkah kecilnya. Menemaninya pagi itu. Ceria sekali. Kau tahu kenapa? Semalam─dan bahkan pagi ini, ia kenyang! Hasil kerja kerasnya kemarin berbuah demikian. Memang benar kata orang. Kerja keras itu selalu ada hasilnya. Kenyang. Kenyang sekali. Semalam, adik kesayangannya dapat tidur dengan nyenyak dalam dekapan hangatnya. Dan pagi tadi sebelum berpamitan, ia dapat melihat senyuman manis adiknya. Pantaslah jika rupa-rupanya ia tampak ceria penuh suka cita pagi itu. Senang sekali Joya bisa sedikit membahagiakan adiknya. Sampai-sampai adik semata wayangnya bilang─“Nanti jika abang pulang, aku ingin dibawakan ayam lagi!”. Biarlah. Ia suka. Apa boleh buat.

    Semalam adik semata wayangnya gembira sekali. Selain karena Joya pulang membawa makanan lezat sesuai janjinya pagi kemarin, ia juga memberikan torehan gambar sebuah rumah megah. Joya berkata bahwa ia akan membangun rumah megah bak istana untuk adiknya seperti yang ada pada gambar. Tidak henti-hentinya Joya menjelaskan detil setiap sudut rumah yang akan dibangunnya. Ia berkata akan membuat kolam renang yang nanti akan ia letakkan di halaman belakang. Agar adiknya bisa berenang bebas kapan pun ia mau tanpa harus pergi ke sungai lagi. Adiknya hanya bisa mendengarkan ia berceloteh tentang rumah megah. Seakan-akan itu benar-benar akan terjadi. Seakan-akan Joya akan membangunnya besok pagi, atau lusa. Tapi ia senang. Ia senang mendengarkan Joya demikian. Baginya, hanya dengan mendengarkan ketulusan Joya bercerita di depannya, ia sudah bisa merasakan kehangatan jika mereka tinggal di dalam rumah mewah tersebut. Tidak masalah sebenarnya jika Joya gagal mewujudkan angan-angannya. Karena baginya, ketulusan hati kakaknya lah rumah terhangat itu.

    Pagi ini, sebelum pergi menjajakan permen gulalinya, Joya ingin mengembalikan sebuah dompet yang ia minta dari Bocil¬─teman pencopetnya. Bukan tanpa alasan ia meminta dompet tersebut. Bukan karena isi uangnya sedikit. Atau banyaknya kartu-kartu berlogo bank-bank ternama yang bahkan Bocil sendiri tidak mengetahui untuk apa kartu tersebut. Bukan. Bukan itu. Melainkan Joya tau bahwa dompet bermerk tersebut adalah milik ‘anak berwajah lucu’ yang mempunyai rumah megah. Rumah yang sempat ia gambar kemarin. Ia ingin mengembalikannya. Karena kebetulan ia tau. Tau? Tidak juga. Mereka hanya sempat bertatap-tatap muka selama kurang dari lima detik. Apa itu cukup untuk mendeskripsikan kata ‘tau’. Hmm, entahlah! Yang jelas di salah satu kartu-kartu tadi terdapat foto ‘anak berwajah lucu’ itu. Ahh. Joya teringat akan senyuman ‘anak berwajah lucu’ kemarin. Kenapa anak itu mau memberikan senyumnya kepadanya? Apa ia pantas mendapatkan senyuman itu? Joya dengan pakaian kumal seadanya itu? Mereka jelas berbeda kelas. Golongan si kaya dan si miskin. Bicara tentang harapan dan cita-cita, si kaya lah yang lebih mempunyai kesempatan. Ho ho! Kesempatan! Bicara tentang itu, belakangan marak sekali berita di tv-tv mengenai dewan perwakilan rakyat yang mencuri-curi kesempatan untuk menambah jam tidur siangnya ketika rapat besar. Dan mereka dibayar akan itu. Beruntungnya si kaya. Sampai-sampai tidur pun menghasilkan rupiah. Banyak tidur dompet pun tebal! Ahh! Ingin rasanya meminta Bocil untuk berjalan 5 menit saja di samping dewan-dewan terhormat tersebut. Siapa tau ia bisa mendapatkan dompet yang jauh lebih tebal isinya dari milik para cukong-cukong itu.

    Joya masih berjalan dengan sandal bututnya. Sandal jepit murahan. Sandal satu-satunya yang ia punya. Pemberian mendiang ibunya ketika masih hidup. Dibeli dari hasil laba penjualan permen gulali. Ia tidak akan pernah mempunyai alas kaki jika ibunya tidak membelikannya. Ayahnya? Lupakan. Pria itu tidak akan pernah mau menyisihkan uang hasil menariki ongkos parkir. Sedari dulu pria itu tidak mau menafkahi mereka─Joya dan adiknya. Bangsat memang. Akhirnya selemparan batu lagi Joya akan sampai di rumah megah pinggir jalan. Rumah megah tempat dimana ia bisa menjumpai ‘anak berwajah lucu’ itu. Dengan sedikit ragu kini Joya berdiri tepat di depan pagar rumah yang makin terlihat apik jika dilihat dari dekat. Bagaimana ini. Dadanya berdegup kencang. Ragu-ragu? Entah kenapa perasaan itu makin menjadi ketika ia berada hanya selangkah dari pagar rumah si kaya. Apa ‘anak berwajah lucu’ itu akan sudi menemuinya? Bagaimana jika ternyata ia sama saja seperti anak-anak kaya pada umumnya. Yang sombong dan congkak itu? Bagaimana jika Joya kembali mendapatkan tatapan yang merendahkan dan buangan ludah dari anak itu. Joya masih ingat dengan jelas wajah anak itu. Dilihat dari sudut manapun. Anak itu Cina!

    Kenapa Joya benci sekali dengan yang namanya Cina? Apa karena dia kena sepak oleh cukong pemilik toko kelontong emperan pertokoan lusa kemarin? Apa karena anak keturunan Cina asli yang meludah kearahnya dan ibunya? Ohh bukan! Bukan itu. Itu hanya secuil kisah tentang itu saja. Di kampung perkotaan yang terbelah oleh sungai besar ini. Kampung si kaya dan si miskin. Konsep rasialitas adalah hal yang biasa. Sedikit cerita. Dulunya pendahulu cukong-cukong pemakan babi yang ada di kampung ini adalah mereka-mereka yang tergabung kedalam milisi militer Belanda. Mereka membantu menjajah orang-orang pribumi untuk merebut kekuasaan lokal dari mereka. Dengan iming-iming beberapa hektare tanah dari Belanda tempat untuk mereka tinggal─cukong-cukong itu, mereka dengan membabi buta menyiksa orang-orang pribumi tanpa kenal ampun. Konsep rasialitas ini pelan-pelan tumbuh dan mengakar dalam hati masing-masing pihak. Pihak mereka keturunan oriental, dan pihak pribumi lokal ini. Maka tidak heran jika Joya kurang menyukai kaum sipit itu. Terlebih setelah ia tahu dan melihat dengan jelas bahwa ibunya ditabrak mobil sedan mewah milik salah satu dari kaum pemakan babi itu.

    Lalu apa yang akan Joya lakukan? Mengurungkan niatnya untuk mengembalikan dompet itu? Tidak! Joya teringat akan pesan mendiang ibunya bahwa─...Menolong orang lain harus dilakukan dengan hati yang tulus, tidak boleh pamrih sedikitpun.... Ya! Sekalipun ia akan mendapatkan tatapan merendahkan dan buangan ludah, ia harus mengembalikan dompet itu. Ia tidak mengharapkan akan adanya sambutan yang baik dari anak itu. Tidak ada urusan anak miskin ini beramah-tamah. Toh ia hanya akan mengembalikan dompet saja. Tidak mengharap lebih.

    Sambil menelan ludah Joya menekan sebuah saklar kecil berbentuk bulat. Joya tahu itu adalah bel rumah. Dua kali ia menekan saklar tersebut. Hingga tiba-tiba terdengar suara gerendel pagar yang dibuka. Pintu pagar tersebut terbuka pelan. Ada seseorang yang membukanya. Dan untuk orang itulah Joya repot-repot membuang waktunya pagi ini─’anak berwajah lucu’ itu. Joya terkejut. Begitu pula dengan anak itu. Mereka saling bertatap muka dalam beberapa detik. Tiga. Ahh tidak, mungkin lima detik. Dan dalam kurun waktu lima detik itu, dada Joya semakin berdegup kencang. Seorang anak keturunan cina berdiri selangkah di depannya. Dan kini ia melemparkan senyuman yang sama untuk Joya.


    “Kau cari siapa?” anak itu bertanya ramah kepada Joya.
    “Ka..., itu...” suara Joya tertahan. Ia menelan ludah. Anak itu masih menunggu jawaban dari Joya.
    “Tidak..., aku..., aku hanya ingin mengembalikan barang ini. Aku yakin ini milikmu.” Joya mengulurkan dompet temuan itu dengan ragu. Ia sedikit gemetar.
    “Hei..., itu milikku. Dimana kau menemukannya? Aku memang mencari ini dari kemarin.” Anak itu tersenyum lebar. Ia menerima dompet tersebut yang memang miliknya.
    “Errgghhh...., aku memukannya di jalan. Itu tergeletak begitu saja disana.” Joya berbohong untuk menyingkat cerita. Juga kalo ia sampai menyebut nama Bocil, ia takut akan makin panjang urusannya.
    “Terima kasih, jika bukan karena kau, aku tidak akan pernah menemukan dompet ini kembali.” Anak itu berterima kasih kepada Joya.


    Ahh! Joya salah! Sekali lagi Joya salah! Anak ini berbeda dari anak-anak kebanyakan. Ia memang keturunan cina─kaum pemakan babi itu. Tapi dia baik. Dia ramah. Dan menurut Joya, anak ini tahu sopan santun.

    Dompet sudah ditangan pemiliknya. Kini mereka berdua terdiam. Sebentar. Hanya lima detik. Tapi bagi Joya, itu terasa lama sekali. Urusan Joya sudah selesai disini. Ia tidak akan mengharap lebih. Karena itu akan menjadi pamrih.


    “Masuk?” anak itu menawarkan Joya untuk sekedar mampir-mampir.
    “Ahh..., tidak. Aku akan pergi. Aku hanya ingin mengembalikan dompet itu saja. Mari.” Joya berpamitan dan langsung membalikkan badan.


    Belum sampai tiga langkah Joya berjalan. Anak itu sudah memanggilnya lagi.


    “Hei! Paling tidak, izinkan aku mengetahui namamu!” pinta anak itu.
    “Joya.” Joya menyebutkan namanya.
    “Terima kasih sudah mengantarkan dompet ku kembali, Joya.” kata ‘anak berwajah lucu’ itu.


    Joya hanya mengangguk dan kembali berjalan. Ia sudah memakai lima menit waktunya yang berharga untuk bekerja menafkahi adik semata wayangnya. Hari ini ia harus bekerja keras lagi. Mau tidak mau harus begitu. Adiknya minta ayam lagi hari ini. Santapan lezat itu. Ayam memang sedap.

    Mengenai ‘anak berwajah lucu’ itu? Bagi Joya, ia berbeda. Ia anak yang baik!

    (Joya menjajakan permen gulali nya. Terjadi hal yang serupa. Ada seseorang yang memborong permen gulalinya sepuluh tusuk sekaligus! Mendekati peringatan tahun baru cina memang melancarkan urusan Joya. Mungkin berkah dari Dewa pemberi rezeki kaum mereka.) [Bersambung].



    p.s “Jangan lupa tarif sama komentarnya yah bang (❀ *´ `*)”
  • Adrian69 wrote: »
    @Obipopobo Rasanya nggak ada dimention ada 'anak berwajah lucu' dalam dompet ketiga?
    Obipopobo wrote: »
    Adrian69 wrote: »
    @Obipopobo Rasanya nggak ada dimention ada 'anak berwajah lucu' dalam dompet ketiga?

    @ Bang @Aurora_69 : Hahah, iya bang (❁ *´ `*) . Anak berwajah lucu Obi sebutin di Chapter 3 bang. Di chapter 4 dompet yang ditemukan oleh Bocil ternyata kepunyaan 'Anak Berwajah Lucu' tadi. Dan kebetulan Joya tau. Chapter 5 nyeritain Joya ngembaliin dompet itu bang (❁ *´ `*)
    @Obipopobo Hwahahaha Obi sejak kapan gw ganti user name?

    Uda @Aurora_69 kita emang mirip ya sampe @Obipopobo ketuker....

    Mau main Uda-Udaan Uda @Aurora_69 ? Atau maen kayak nomor yang bikin user namenya kita mirip? :lol:


    Astaga..., jadi Obi salah mention antara Bang @Aurora_69 sama bang @Adrian69 (╥﹏╥"), haduuu..., maaf maaf (╥﹏╥"). Hahah (❁ *´ `*) , habis yang kelihatan cuma '69' nya bang (❁ *´ `*) . Mungkin itu yang bikin terbalik (❁ *´ `*)
  • lulu_75 wrote: »
    Joya bener-bener anak yang baik ...

    Iya bang @lulu_75 (❁ *´ `*) , budi pekerti Joya sangat dalam bang (❁ *´ `*) . Mendiang ibunya yang membuat kepribadiannya seperti itu (❁ *´ `*) . Makasih bang Lulu udah sempetin cicip gulali Joya lagi (❁ *´ `*)

  • LostFaro wrote: »
    lulu_75 wrote: »
    Joya bener-bener anak yang baik ...

    Makasih kak~

    @ Bang @LostFaro : Weii abang (❁ *´ `*) !! Hahah (❁ *´ `*)
  • “Errgghhh...., aku memukannya di jalan. @obipopobo
  • LostFaro wrote: »
    Pendek banget.. Ini palingan 1/4 sko :3
    Tapi bagus kok bi. Berasa kaya obi ngalamin kejadian itu. Padahal beda banget 180° dari kehidupan obi yg~

    Hahah, iya bang @LostFaro (❁ *´ `*) , porsinya engga sebanyak SKO bang (❁ *´ `*) . Hmm..., terus apa lanjutan dari 'kehidupan Obi yang~', harus ada lanjutannya bang (❁ *´ `*) , Obi kasih Opsi buat ngelanjutinnya deh...

    a. Amburadhul
    b. Padet Les
    c. Ngebosenin sampe sampe pengen kabur ke planet Namec buat cari Bejita
  • masih sedih aja ceritanya huhuhu...*baper*
    untung permennya laris, jadi bisa beli nasi padang....bilangin ke joya ya obi, uangnya jangan lupa ditabung dikit...

    tadi ada salah nama di part 2 ya? 'Joya berhenti mengelus rambut Joya'


    Ahh bang @akina_kenji (❁ *´ `*) , tenang abang, ini cerita fiktif kok (❁ *´ `*) , jangan sedih bacanya bang (❁ *´ `*) . Iya bang Joya nabung kok dikit-dikit (❁ *´ `*) .

    Hooo...., uwaaa...., Obi ada typo yah (❁ *´ `*) ? Aduh, bisa diedit engga yah bang disini (❁ *´ `*) ?
  • Adrian69 wrote: »
    @Obipopobo kapan terusinnya? Pengen ngemut - ehem - permen gulalinya Joya :tongue:
    (Waduh @Adrian69 bukan SJ hap-hap-hap neh :joy: )

    Bang @Adrian69 : udah ada next nya bang (❁ *´ `*) . Maaf bikin abang nunggu ngemut (eh maksud Obi cicip) gulali Joya nya bang (❁ *´ `*) . Selamat membaca yah bang (❁ *´ `*)
  • Terima kasih lo udah di mention....hahaah...

    Btw itu si joya kok bisa tau kalau dompet yang isinya recehan punyanya si cowok lucu itu dri mana..???????

    Iya sama sama cici @liezfujoshi (❁ *´ `*) . Harusnya Obi yang ngucapin terima kasih buat cici, soalnya cici udah mau cicip permen gulalinya Joya (❁ *´ `*) . Hoo, itu, salah satu kartu yang dikeluarin Bocil ada fotonya 'anak berwajah lucu' itu cici (❁ *´ `*)
  • Obipopobo wrote: »
    Adrian69 wrote: »
    @Obipopobo Rasanya nggak ada dimention ada 'anak berwajah lucu' dalam dompet ketiga?
    Obipopobo wrote: »
    Adrian69 wrote: »
    @Obipopobo Rasanya nggak ada dimention ada 'anak berwajah lucu' dalam dompet ketiga?

    @ Bang @Aurora_69 : Hahah, iya bang (❁ *´ `*) . Anak berwajah lucu Obi sebutin di Chapter 3 bang. Di chapter 4 dompet yang ditemukan oleh Bocil ternyata kepunyaan 'Anak Berwajah Lucu' tadi. Dan kebetulan Joya tau. Chapter 5 nyeritain Joya ngembaliin dompet itu bang (❁ *´ `*)
    @Obipopobo Hwahahaha Obi sejak kapan gw ganti user name?

    Uda @Aurora_69 kita emang mirip ya sampe @Obipopobo ketuker....

    Mau main Uda-Udaan Uda @Aurora_69 ? Atau maen kayak nomor yang bikin user namenya kita mirip? :lol:

    Astaga..., jadi Obi salah mention antara Bang @Aurora_69 sama bang @Adrian69 (╥﹏╥"), haduuu..., maaf maaf (╥﹏╥"). Hahah (❁ *´ `*) , habis yang kelihatan cuma '69' nya bang (❁ *´ `*) . Mungkin itu yang bikin terbalik (❁ *´ `*)
    @Obipopobo ..... Terima kasih. Gak sia-sia nunggu Joya balik lagi.

    @Adrian69 jadi sedih banget bacanya.... Terharu. Haahhhh.... Sekarang mau duduk diam dengan manis, tunggu Joya balik lagi :smile:
  • Wahh di next lagii .. kyaaa
Sign In or Register to comment.