BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Gula Kapas

sebenernya ini cuma iseng aja sih.. err cuma pelampiasan aja, ini aku cuil dari ceritaku yg tak bisa keluar dari kepompongnya #halah tetiba mampet di tengah jalan gitu.. ya udah jadilah ini ngaco abis, ndak ada awalan ndak ada kejelasan spesifik dan bantet pulak #plakk sorry guys saia nyepam di sini.. siapa pun yg gak sengaja masuk kesini apa lagi komen, plis jangan timpuk saia.. *deep bow* saia gak salah, yang salah adalah langit #ehh

.
.
.
.ENJOY.
.
.
.



"Hatiku itu selembut bokong bayi, serius. Kalau belum tau gimana lembutnya bokong bayi itu, cobalah raba bokong Adikmu yang masih bayi, tak punya adik yang masih bayi? Beralih lah ke keponakanmu, tak ada juga? Opsi terakhir, anak tetanggamu yang masih bayi tentunya. Oh ya, jangan lupa ber-modus-ria biar dirimu tak di kira seorang pedhofilia yang sedang melakukan sekuhara terhadapa balita di bawah umur. Aku juga seorang yang sangat pemaaf, err.. gak terlalu juga sih. Kemarahan ku hanya sesaat, selayaknya kembang api. Saat panas menjalar dan membakar sumbu.... Syuuuttt! Duaaarrr! Lalu hilang tak berbekas, seperti itu lah kemarahanku. Ck, terlalu filosofis? Gak aku banget! Ok.. lupakan! Puji syukur kepada Tuhan, aku tak di beri hati selayaknya Medusa (tau medusa kan?) Sekalinya marah ia bisa mengubah semua jadi batu! Hieeeee.. ngeri banget!"

"Berhentilah membual, Zain!" Fikry mencibir dan menyeruput kopinya dengan tenang. Angin sore menyapu lembut rambut kecoklatannya.

"Aku hanya menjawab pertanyaanmu dengan fakta yang ada. Lagi pula, bukti otentik-nya kan kamu sendiri."

Fikry mendengus mendengarnya.

"Hey! Kalau sifat-ku gak kayak gitu mana mungkin akhirnya kamu nyerah dan luluh dalam dekapanku."

Kali ini Fikry batuk-batuk mendengarnya.

"Sudah mulai gelap, udara sore tidak bagus untuk otak pembualmu." Fikry turun dari balai-balai, memakai sendalnya lalu menghadap Zainnal yang masih bersilah tenang. Waktu berlalu dan tak ada tanda Zainnal ingin beranjak dari tempatnya.

Jengah, Fikry berbalik dan beranjak pergi. Namun sebelum kakinya melangkah tangannya terlebih dahulu di sambar. Zainnal mencekal pergelangan tangannya dengan posisi selayaknya merangkak. Fikry menghadiahinya tatap super tajam.

"Apa mau mu? Lepaskan tanganku." Fikry berucap judes dan masih tak meninggalkan tatap super tajamnya.

Tak mengindahkan ucapan judes Fikry, Zainnal merubah posisi duduknya tanpa melepas pergelangan tangan Fikry, sekarang Zainnal duduk dengan kaki menggantung dibalai-balai. Fikry sekarang menghadap Zainnal sepenuhnya saat sebelah tangannya ikut di genggam, Paha Fikry menyentuh lutut kaki Zainnal yang menggantung.

"Sekeras apa pun hatimu, aku akan selalu setia menjadi air yang senantiasa bersabar, perlahan mengikis kekerasanmu dengan kelembutan." Jemari Zainnal mengusap lembut punggung tangan Fikry yang berada dalam genggamannya, tatapannya sarat akan rasa yang mengagumkan.

Pipi Fikry bersemu.

Senyum bahagia nampak di bibir Zainnal.

Kening mereka bertemu. Fikry berucap dalam kedekatan mereka. "Gombalan mu basi." Lalu melepas segala kedekatannya dengan Zainnal, tentu saja setelah memberi kecupan samar di ujung bibir Zainnal.

Zainnal hanya tersenyum geli akan tidakan Fikry yang menurutnya manis itu.

Seruan Fikry yang telah berada di pertengahan antara balai-balai dengan rumahnya membuyarkan acara senyum-senyum Zainnal.

"Lekas masuk, Zain! Kamu tidak mau kesurupan saat petang gini kan? Jangan lupa bawa sekalian itu yang ada di balai-balai!" Lalu berlari masuk kedalam rumah.

Ini lah yang selalu dan selalu membuat seorang Zainnal Ramdhani jatuh hati berkali-kali kepada Fikry Al Farishi.

"Kau seperti gula kapas, butuh proses yang rumit agar butiran-butiran gula yang keras itu menjadi terasa lembut dan manis, Fikry Al Farishi adalah gula kapas milik Zainnal Ramdhani, selalu." Gumam Zainnal samar.


Setelah membereskan kekacauan kecil di balai-balai Zainnal beranjak pulang untuk bertemu gula kapas miliknya, yang mungkin sekarang sedang bermanja-manja kepada ibunya, huh dasar. Dan tentu saja ia harus rela di duakan setelah ibunya. Zainnal tersenyum, ia berjanji tak akan membiarkan gula kapas miliknya terabaikan lalu mengeras kembali. Langkahnya mantap meninggalkan balai-balai yang sekarang tergantikan oleh serangga-serangga malam yang mengerubungi lampu yang berpendar remang.
.
.
.
.
.



*****

Madafaka!!!

Comments

Sign In or Register to comment.