It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
keren itu...
@RioWijaya makasih ya udah baca cerita ringan ini
aku bikin ceritanya bukan sekedar khayalan kok bos...tapi aku melihat yang ada di sekitarku juga..masalah uke dan seme yang cakep, dan keluarga yang menerima..gimana lagi..aku nemu yang seperti itu sih diantara teman temanku...ada temenku, uke yang cakep dan mamanya udah tau keadaannya dan mamanya gak marah, trus ketemunya sama seme yang cakep juga dalam sekolah yang sama...dan ada temanku seorang seme yang seluruh keluarganya udah tau keadaannya dan dia diterima dengan baik sama semua keluarganya itu, dia juga memiliki uke yang good looking...ada juga aku temui temen fb ku yang keturunan chinese dengan wajah good looking juga dan ukenya cute...ya walaupun ada juga temenku yang gak open ke keluarganya sih...dan ada juga pasangan atau salah satu diantaranya yang gak terlalu cakep...nah seperti itulah yang aku temui disekitaranku, dan aku masukin dikit ke cerita fiktifku ini...jadi bukan sekedar mengkhayal semata...tapi sepertinya kamu belum baca semua part yang udah update ya belum tau bagaimana pihak andri...
@kincirmainan hehe makasih ^^ masih harus banyak belajar nih..
oke nanti aku mention
aku harap pada suka sama part yang masih belum memuaskan ini...dan maaf juga jika konflik pada ceritaku ini masih ringan banget, habisnya aku gak pandai bikin konflik yang super heboh gitu..
kalau ada typo atau salah tulis dan lainnya tolong kasih tau ya, biar diperbaiki..
selamat membaca..
@denfauzan @3ll0 @Yirly @Sho_Lee @Aurora_69 @arieat @o_komo @okki
@monic @Adi_Suseno10 @soratanz @asik_asikJos @xmoaningmex @lulu_75 @RifRafReis @LostFaro @gaybekasi168 @amostalee @andi_andee @hananta @Pratama_Robi_Putra @Sicilienne @LeoAprinata @liezfujoshi @josiii @freeefujoushi @RenataF @ricky_zega @ocep21mei1996_ @naraputra28 @AvoCadoBoy @chandisch @RinoDimaPutra @Derbi @JosephanMartin @Viumarvines @akumisteri1 @Obipopobo @babehnero @vane @kunnnee @Rars_Di @abyyriza @adammada @Soshified @SyahbanNa @wisnuvernan2 @yogan28 @kincirmainan @Reyzz9
*******
Part 15
“Andri...cepetan!”
“Iya sebentar!”
Dengan tergesa-gesa aku menuruni anak tangga. Hari ini adalah hari pertamaku libur sekolah dan hari pertamaku bekerja di restoran Kak Rio dan Kak Inka. Karena sekarang aku lagi libur, jadi aku masuk kerja pada sift pagi. Tora tidak mengetahui hal ini, karena jika aku memberitahukannya, bisa-bisa dia melarangku. Lagian aku juga sudah janji dengan Kak Inka. Jadi aku harus semangat.
“Lama amat sih,” omel Kak Inka yang sedang sibuk mengolesi roti tawar dengan selai kacang kesukaannya. Aku hanya cengengesan sambil garuk-garuk kepala, lalu menarik kursi di samping Kak Hendra.
“Jadi mulai hari ini kamu kerjanya Dek?” tanya Kak Hendra dengan mulut penuh roti.
“Iya Kak,” aku mengangguk semangat.
“Hebat Adik Kakak, udah bisa nyari duit sendiri,” pujinya sambil mengacak rambutku pelan. “Nanti gaji pertama traktir ya,” lanjutnya menaik turunkan kedua alisnya. Aku hanya manyun menanggapi kakakku yang satu ini.
Selesai dengan sarapanku dan berpamitan sama Mama dan Papa, aku memasuki mobil Kak Inka menuju restoran. Dalam perjalanan aku teringat lagi dengan percakapanku bersama Tora setelah dia menceritakan tentang masa lalunya padaku beberapa hari yang lalu.
“Kalau kita sudah lulus nanti, aku ingin kita liburan ke Bandung, dan kamu harus kenalin Diah ke aku,” kataku setelah selesai mendengarkan semua ceritanya.
“Baiklah.” Dia tersenyum dan membelai pipiku.
“Tapi aku nggak mau kenalan dengan mantamu,” kesalku. Entah mengapa aku merasa sedikit jengkel ketika Tora menceritakan tentang hubungan intimnya dengan mantannya itu, lebih tepatnya cemburu. Padahal dia pernah mmeberitahuku kalau dia sudah pernah melakukannya sekali, dan aku bersikap biasa saja. Tapi saat dia menceritakan kejadiannya, rasa cemburu itu datang begitu saja. Mungkin karena saat denganku dia tidak mau melakukannya.
Apa aku tidak menarik baginya hingga dia tidak mau melakukan hal itu padaku? Atau dia hanya ingin melakukannya pada cinta pertamanya?
Pertanyaan-pertanyaan aneh itu mengganggu pikiranku.
Dia terkekeh mendengar ucapan kesalku. “Aku tidak akan melakukan hal itu,” ujarnya. “Dia adalah masalaluku, aku tidak akan mencarinya lagi karena orang yang saat ini kucintai adalah dirimu dan aku berharap untuk selamanya,” lanjutnya sambil mencium keningku yang berhasil membuatku tersipu. Katakanlah kami adalah pasangan yang terlalu berharap lebih pada hubungan yang banyak orang bilang ‘aneh’ ini, tapi itulah harapan kami. Bisa terus bersama selamanya.
“Tapi kenapa kamu tidak mau melakukannya denganku? Sementara dengan mantanmu......”
Aku tidak meneruskan lagi kalimatku. Aku menatapnya cemberut. Dia mengernyitkan keningnya, lalu tersenyum dan mencium lagi keningku.
“Apa aku tidak menarik?” tanyaku pelan. Dia menggelengkan kepalanya, lalu membenarkan posisi berbaringnya.
“Kamu sangat menarik. Dan munafik jika aku tidak ingin melakukannya denganmu. Bahkan, terkadang ketika aku memperhatikanmu, aku membayangkan tubuhmu yang polos berada dibawahku,” katanya frontal, yang sukses membuatku membelalakan mataku.
“Apa?!...Tora kamu mesum!” aku memukul bahunya. Dan dia hanya terkekeh menanggapi kekagetanku. “Jadi selama ini, setiap kali kamu memperhatikanku, kamu membayangkan hal-hal mesum, hmm?”
“Aku bilang ‘terkadang’ sayang,” terangnya yang masih terkekeh melihat ekspresiku. “Dan yang paling menyiksaku adalah saat kamu memintaku untuk memasukimu. Aku harus menahannya dengan kuat supaya tidak lepas kendali, karena aku harus menepati janjiku kepada kakakmu.”
“Maafkan aku. Aku tidak akan memintanya lagi sampai saatnya tiba,” sesalku, lalu menyandarkan kepalaku ke dadanya. Kurasakan tangannya memain-mainkan rambutku. “...tapi kalau minta yang lain boleh kan?” tanyaku mendongakan kepalaku dan memasang jurus andalanku ‘puppy eyes’.
Dia tersenyum, kemudian mengangguk dan mencium hidungku. Aku membalas senyumannya dan menyandarkan kembali kepalaku ke dadanya.
Aku tidak peduli dengan masalalunya. Yang harus kulakukan hanyalah setia, dan menjaga cinta kami.
*
“Aku kangen kamu,” gumamku sambil menggenggam cincin yang terdapat pada kalung pemberian Tora.
Ehem..
Sebuah deheman mengagetkanku. Membuatku segera memasukan kembali kalungku kedalam baju.
“Kamu lagi ngelamunin Tora ya?” goda Kak Inka di sebelahku. Aku hanya menanggapi ucapannya dengan memanyunkan bibirku.
“Baru beberapa hari aja nggak ketemu udah galau maksimal,” ledeknya.
“Biarin,” dengusku. Dia mencibirkan bibirnya, lalu mengajakku masuk ke dalam restoran.
Setelah memperkenalkan diri, aku memulai pekerjaanku dengan bersih-bersih, hingga melayani pelanggan. Semua teman-teman kerjaku sangat baik dan bersahabat, mereka mengajariku dengan sabar karena mereka tahu aku masih belum terbiasa dengan pekerjaan ini. Jangan kalian pikir mereka bersikap baik karena aku adalah Adik dari pemilik restoran. Tidak. Mereka tidak tahu.
Mas Bayu seorang senior dan chef di sini juga selalu sabar mengajariku yang sangat lamban. Dia mengajariku bagaimana bersikap manis dan sopan kepada para pelanggan yang datang, dan tidak boleh salah mengantarkan pesanan. Dia adalah salah satu chef yang sudah lama bekerja di restoran orangtuanya Kak Rio. Sekarang dia membantu Kak Rio di restoran barunya.
**
Baru saja aku mengganti pakain, tiba-tiba hp-ku bergetar. Aku begitu senang saat kontak dengan nama ‘my lovely vampire’ muncul di layar hp-ku. Rasa lelah setelah bekerja seharian tadi hilang begitu saja.
“Aku kangen!” ujarku semangat saat menjawab panggilan telponnya. Terdengar tawa renyah di seberang sana. Ah aku rindu dengan tawanya ini.
“Aku jemput besok,” jawabnya lembut.
“Benarkah?! Kamu punya waktu luang? Besok kita bisa ketemuan?” tanyaku antusias. Suara tawanya kembali terdengar.
“Iya. Aku akan datang setelah jam makan siang,” jawabnya.
“Baiklah.” Aku mengangguk semangat, walaupun aku tahu dia tidak bisa melihatnya.
“Kalau begitu aku tutup dulu telponnya, karena sebentar lagi akan ada rapat.” Aku cemberut mendengar dia mau mengakhiri panggilannya.
“Baiklah,” balasku dengan suara lemah.
“Nanti malam kita sambung lagi,” ujarnya menghiburku. “I love you.”
“I love you too.”
Aku senyam-senyum sendiri setelah mendapat telpon darinya. Sudah tiga hari kami tidak bertemu. Terakhir kami bertemu ketika pembagian rapor kenaikan kelas empat hari yang lalu. Dan sekarang dia mengajakku kencan. Aku harus mempersiapkan diri dan tampil dengan baik di depannya nanti. Ah, aku sudah mulai lebay.
“Andri, kenapa senyam-senyum sendiri? Kamu baik-baik aja kan?” suara Niken salah seorang teman kerjaku sukses membuatku terlonjak kaget. Dia mengerutkan keningnya melihatku yang salah tingkah sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal.
“Eh..anu..itu..aku....” aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku gugup. Sementara Niken sudah tersenyum penuh arti dan memberikan tatapan menggoda kepadaku.
“Hmmm..seprtinya aku tahu apa yang membuatmu senyam-senyum sendiri. Kamu habis dapat telpon dari pacarmu ya?” godanya sambil mencolek daguku. Aku jadi tersipu, dan mengangguk dengan malu-malu di hadapannya.
Kuperhatikan sekeliling, ternyata hanya ada kami berdua. Aku merasa lega, kemudian berpamitan kepada Niken. Tapi baru beberapa langkah aku teringat lagi dengan janji kami. Besok siang. Dan besok aku kerja sampai pukul 4 sore. Aku jadi panik setelah megingat kalau aku harus kerja besok. Mau menghubungi Tora rasanya tidak mungkin, karena dia sudah pasti sedang rapat sekarang. Aku mengutuk diriku sendiri ‘bodoh’ karena telah membuat janji dengan pacarku sementara aku harus kerja.
Aku menunggu telpon dari Tora dengan gelisah. Alasan sudah kupersiapkan. Berharap dia percaya dengan alasan yang akan kuberikan nanti. Kak Inka juga sudah mengatakan kalau ini adalah alasan yang bagus, juga tidak berbau kebohongan, walaupun tidak rinci.
Kurasakan hp-ku bergetar. Sebuah panggilan video call dari Tora. Aku menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan sebelum menjawab panggilan video darinya. Setelah merasa tenang aku menerima panggilannya dan memberikan senyuman termanisku padanya.
“Hai sayang.” Dia membalas senyumku sambil melepaskan dasinya. Sepertinya dia baru pulang kerja.
“Kamu baru pulang?”
“Iya. Maaf ya, aku baru menghubungimu lagi pada jam segini.”
“Nggak apa-apa. Aku ngerti kok dan aku senang pukul berapapun kamu hubungi,” jawabku, masih memberikan senyuman terbaikku.
“Makasih sayang.”
“Tapi kamu harus jaga kesehatan,” ujarku khawatir. Dia terkekeh lalu mengangguk dan melanjutkan aktifitasnya melepaskan kancing kemeja putih yang dikenakannya satu-persatu.
“Kamu jangan khawatir,” balasnya, dan sudah melepaskan kemeja tersebut, yang membuatku terpaku menatap tubuh setengah telanjangnya.
Sekarang dia malah melepaskan celana kerjanya dan..... Damn! Apa dia mau menggodaku?
“Andri!?” panggilannya mengagetkanku.
Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Sadar kalau aku sudah terlalu lama memperhatikan tubuhnya.
“Tora! kenapa kamu membuka semua pakaianmu?!” omelku, memperhatikan tubuhnya yang kini hanya mengenakan celana dalam saja.
“Kenapa? Bukankah kamu sudah pernah melihatnya?” godanya.
“Iya. Tapi.....”
“Atau kamu mau ikut aku ke kamar mandi? Kita bisa melanjutkan video call di sana, hmm?” godanya lagi memotong ucapanku.
“Kamu mau menyiksaku?!”
Dia terkekeh, tidak mempedulikan aku yang mencak-mencak di sini. Melihat dia mandi, dan aku harus menahan diri di sini? Dia sudah gila.
“Aku suka melihat wajah meronamu sayang,” ujarnya lembut. Aku hanya memanyunkan bibirku menanggapi ucapannya barusan. Sementara dia tersenyum manis di sana sambil memperhatikanku dengan mata teduhnya.
“Hmm Tora. Besok kita kencannya sore aja ya?” ujarku akhirnya.
“Kenapa?”
Umm besok aku pergi sama Kak Inka, dan pulangnya menjelang sore gitu. Nggak apa-apa kan?” aku menatapnya gugup. Takut kalau dia bertanya lebih jauh. Namun akhirnya aku merasa lega mendengar jawabannya.
“Baiklah. Aku akan menjemputmu sore,” ujarnya sambil tersenyum.
Ternyata dia tidak bertanya lebih jauh lagi. Apa mungkin karena aku perginya dengan Kak Inka, makanya dia tidak banyak bertanya? Ah sudahlah. Yang penting Tora sudah setuju kalau kencan kami di ganti menjadi sore.
**
Aku menunggu kedatangan Tora di teras sambil memainkan hp-ku, berbalas pesan dengan Radit. Dia diusir dari rumahnya karena kakaknya melihat dia berciuman di dalam sebuah mobil dengan pacarnya yang orang Norwegia itu. Entah di mana lokasi mereka saat itu, aku tidak tahu. Dia tidak menjelaskan secara rinci padaku. Pacarnya dipukul habis-habisan, dan dia diseret paksa oleh kakaknya pulang ke rumah. Dia dicambuk dan dihina oleh Kakak dan Ayahnya.
Sekarang dia di rumah sakit menunggui pacarnya yang sampai saat ini belum siuman. Aku jadi ikutan sedih setelah membaca pesannya. Dan bertambah sedih setelah melihat foto dirinya yang banyak mendapat bekas cambukan dari keluarganya. Tak terasa airmataku menetes melihat luka di tubuh Radit. Aku tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi padaku jika orangtuaku mengetahui tentang perbedaanku.
[Gue takut kehilangan Vegard,] tulisnya pada pesan balasan.
[Dari semalam hingga sekarang dia belum siuman. Gue takut Dri.] isi pesannya sangat menyedihkan.
[Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja. Vegard akan sadar. Lu harus kuat ya?] aku memberikan semangat padanya.
Tit..Tit...
Aku mengalihkan pandangan saat mendengar bunyi klakson mobil dari depan. Di sana terparkir sebuah mobil brio putih. Kaca mobilnya diturunkan hingga menampilkan sosok yang kutunggu-tunggu. Aku memasukan kepalaku ke dalam rumah dan sedikit berteriak pamit kepada Mama yang berada di ruang tengah. Setelah Mama membalas teriakanku, buru-buru aku menutup pintu dan sedikit berlari menuju pagar sambil bertanya-tanya dalam hati. Mobil siapa yang dipakai Tora hari ini, karena aku tidak pernah melihat mobil tersebut di rumahnya. Setiap kali kami pergi kencan dia selalu meminjam honda jazz milik mamanya.
Aku duduk di sebelahnya sambil membalas pesan dari Radit. Memberikan semangat padanya dan mendoakan agar pacarnya segera siuman, sekalian pamit karena aku akan pergi dengan pacarku.
“Kamu pakai mobil siapa?” tanyaku penasaran.
“Hadiah dari Mama,” jawabnya sambil memasangkan safety belt padaku. Aku mengangguk-nganggukan kepala tanda mengerti. Ah, beruntung sekali nasib pacarku ini.
Kami menghabiskan waktu di sebuah danau buatan yang pernah kami kunjungi sebelumnya. Kami menceritakan banyak hal. Saling melepas rindu karena beberapa hari tidak bertemu. Tak lupa aku juga menanyakan pekerjaannya, apa-apa saja yang dikerjakannya. Ternyata dia mengemban tugas yang sangat berat di usianya yang masih sangat muda ini menurutku. Rapat ini-itu, memeriksa dokumen-dokumen penting, bahkan hotel yang dia urus tidak hanya satu. Walaupun ada orang kepercayaan papanya yang membantu, tapi tetap saja pasti tidak mudah baginya. Apalagi jika kita sudah sekolah nanti.
Tora juga menanyakan hari-hariku dan dengan siapa aku berbalas pesan tadi. Aku menceritakan kalau aku berbalas pesan dengan Radit. Keadaan Radit, termasuk mengenai kekhawatiranku jika nanti orangtuaku melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan keluaga Radit. Ya, tidak bisa kupungkiri kalau ketakutan itu menghantuiku lagi setelah mengetahui keadaan Radit yang dicambuk dan diusir dari rumah oleh keluarganya karena tahu anaknya berpacaran dengan sesama jenisnya. Mungkin aku juga akan mendapatkan perlakuan yang sama dari orangtuaku jika mereka tahu keadaanku, atau mungkin lebih parah lagi.
“Kamu percaya sama aku kan?” aku mengangguk menjawab pertanyaannya. “Kalau begitu, mulai dari sekarang kamu harus membuang semua ketakutanmu itu. Apapun yang terjadi nanti, kita akan hadapi bersama. Aku akan selalu bersamamu.”
Aku tersenyum mendengar ucapannya yang selalu bisa menenangkanku. Aku merasa beruntung memiliki kekasih seperti dirinya.
Aku menatap wajah putih pucatnya. Begitu tenang tanpa beban. Kuperhatikan kesekeliling kami. Sepi, hanya ada dua pasang kekasih yang jaraknya cukup jauh dan posisi kami juga menguntungkan karena terhalangi pohon besar di tepi danau. Dengan berani aku menyandarkan kepalaku ke bahu Tora dan merasakan tangannya mengelus rambutku. Kami menikmati kebersamaan tanpa ada gangguan.
Selesai dari danau, Tora mengajakku ke rumah Om Heri yang terletak di Pondok Indah. Katanya Om Heri mengundang kami makan malam di rumahnya. Aku hanya menurutinya, yang penting selalu bersama dengannya hari ini.
“Bagaimana kabar kalian?” tanya Om Heri saat menyambut kedatangan kami.
“Baik Om,” jawab kami serempak dan menjabat tangan Om Heri, yang dibalas dengan pelukan singkat. Pun Tante Sofia melakukan hal yang sama, memeluk kami dengan hangat.
Yang paling heboh menyambut kedatangan kami adalah Elisa. Dia segera saja menyeret tanganku untuk ikut dengannya. Meninggalkan Tora bersama orangtuanya yang sudah membahas masalah hotel. Ada untungnya juga Elisa menyeretku bersamanya sampai ke ruang tengah rumah ini.
Baru saja aku mendudukan diri, Elisa sudah antusias menceritakan tentang foto kami yang dia ambil saat ulang tahun Tora, yang membuat teman-temannya sesama fujoshi heboh dan iri karena Elisa memiliki kenalan pasangan yaoi di dunia nyata, sementara mereka hanya tahu di dunia maya, ckckck.
Dia sampai memperingatkan teman-temannya kalau mereka tidak boleh memberitahu siapapun mengenai hubunganku dengan sepupunya. Teman-temannya juga berharap bisa bertemu denganku, tapi Elisa tidak terlalu menanggapi keinginan mereka. Ah, apa semua fujoshi itu bersikap aneh seperti mereka?
“Kalau misalkan mereka kepengen banget ketemu Kakak. Kakak mau nggak ketemuan dengan teman-temanku itu?”
Aku menggaruk-garuk belakang kepalaku, bingung menjawab pertanyaan Elisa. Aku memandang Tora yang sudah duduk di sampingku. Meminta pendapatnya yang juga menatapku.
“Elisa. Jangan minta yang aneh-aneh pada pacar kakakmu!” teriak Om Heri yang berdiri tidak jauh dari kami. Sepertinya dia sedang menelpon seseorang.
“Cuma nanya doang kok Pa! Lagian aku tahu Kak Tora nggak bakal ngizinin,” sahut Elisa membalas teriakan papanya.
“Pintar kamu,” ujar Tora seraya mengacak rambut Elisa gemas, membuatnya memanyunkan bibir.
Tante Sofia memanggil kami semua ke ruang makan untuk menyantap makan malam yang sudah dihidangkan. Baru saja kami bangkit dari tempat duduk, suara seseorang terdengar dari arah pintu depan.
“Aku pulang!”
Kami menolehkan pandangan ke asal suara. Seorang pemuda tampan dengan tubuh tinggi tegap berbalut kemeja putih yang lengannya digulung hingga ke siku. Tangan sebelah kirinya menjinjing sebuah tas hitam persegi empat, dan di tangan kanannya tergantung sebuah jas hitam. Ciri khas orang pulang kerja. Dia berjalan mendekat ke arah kami lalu berpelukan dengan Tora. Sepertinya dia anak sulung Om Heri, karena wajah mereka terlihat mirip.
Selesai mereka berpelukan, Elisa mengambil jas dan tas dari tangan pria tersebut, lalu membawanya entah kemana. Dan aku yang dari tadi memperhatikan mereka berpelukan jadi salah tingkah karena ditatap begitu lekat oleh pria tadi.
“Ternyata Mr. Vampire kita sangat pandai mencari pasangan. Bisa mendapatkan pacar seimut ini,” ujarnya sambil mengedipkan sebelah matanya padaku dan memasang senyum menggoda. Aku merasakan pipiku memanas, mungkin sudah memerah sekarang.
Tora memukulkan bantal kursi ke bahu orang tersebut. Dia hanya terkekeh menerima serangan dari Tora.
Pria yang belum kuketahui namanya itu mengulurkan tangannya padaku. Aku menjabat tangannya dengan kikuk.
“Andri, Mas,” ujarku sopan.
“Panggil saja Mas Rega,” balasnya masih menggenggam tanganku, kemudian memberikan ciuman jarak jauh.
Aku membelalakan mata dan tubuhku kaku seketika karena tingkahnya barusan, dan tersadar kembali saat dia mengerang kesakitan sambil memegang perutnya karena mendapat sikutan dari tangan Tora.
“Tenagamu bertambah kuat saja, sepupu,” ucap Mas Rega sambil mengelus-ngelus perutnya.
“Itu belum seberapa.” Tora menarik tanganku menuju meja makan. Di sana sudah menanti Tante Sofia dan Om Heri, juga Elisa. Melihat Mas Rega yang mengelus perutnya, Tante Sofia hanya geleng-geleng kepala.
Selesai makan malam, kami semua berkumpul di ruang keluarga, kecuali Mas rega. Karena dia harus mengganti pakaian kerjanya. Tante Sofia menceritakan tentang kedua anaknya. Terutama tentang Mas Rega yang memang suka usil. Setiap ada sepupunya yang membawa pasangan pertama kali ke rumahnya, tidak peduli pacar sepupunya itu laki-laki atau perempuan. Maka dia akan usil menggoda pacar mereka.
Pernah salah seorang sepupu perempuannya membawa pacar ke rumahnya, dan kebetulan ada Mas Rega di sana. Saat diperkenalkan, Mas Rega menggoda dan melayangkan ciuman jarak jauh kepada cowok tersebut, seperti yang dilakukannya padaku barusan. Sepupunya yang sudah mengerti dengan keusilan Mas rega hanya menjitak kepalanya gemas. Tapi pada waktu berikutnya cowok sepupunya itu jadi takut ke rumahnya. Takut ketemu lagi dengan Mas Rega. Namun setelah dijelaskan oleh sepupunya kalau Mas Rega memang suka usil, akhirnya si cowok mau datang lagi ke rumahnya. Bahkan sekarang pacar sepupunya itu menjadi akrab dengan Mas Rega.
**
Hari-hariku menjadi penuh semangat setelah bertemu dengan Tora beberapa hari yang lalu. Hampir setiap hari dia mengirim sms padaku, dan terkadang kami melakukan video call di malam harinya. Dia juga mengatakan jika aku kangen padanya dan dia tidak sempat menemuiku, aku bisa datang ke hotelnya. Tentu aku sangat senang mendengarnya karena aku bisa mengisi hari libur yang kudapat dari tempat kerja bertemu dengannya. Dan beberapa hari lagi kami akan masuk sekolah, dengan begitu kami bisa bertemu lagi setiap harinya.
Hari ini aku juga bersemangat lagi karena semalam Tora menghubungiku dan akan mengajakku kencan lagi nanti malam. Katakan aku lebay, tapi itulah yang kurasakan karena sudah beberapa hari tidak bertemu.
“Ada yang lagi happy nih.” Dandi salah seorang rekan kerjaku mencolekku dari belakang.
“Bikin kaget aja kamu Dan,” protesku padanya.
“Hehehe sorry. Tar malam mau malam mingguan ya? Happy banget kayaknya,” tanyanya penasaran.
“Hehehe tau aja kamu,” aku garuk-garuk kepala salah tingkah. “Aku mau ngantar pesanan orang dulu ya,” ujarku sambil berlalu meninggalkan Dandi.
Aku berjalan menghampiri meja yang terletak di tengah ruangan. Di sana duduk dua orang pria yang begitu asyik mengobrol. Salah seorang dari pria tersebut posisinya tepat menghadap ke arahku yang sedang berjalan menghampiri mereka. Sesekali dia tersenyum kepada orang yang duduk di depannya yang posisinya membelakangiku. Senyuman yang cukup menarik menurutku.
Aku terus berjalan mendekati meja mereka, namun entah mengapa jantungku deg deg an, berdetak sedikit lebih cepat. Aku berdiri di samping pria yang membelakangiku, meletakkan pesanan mereka dengan hati-hati. Pria di depanku tersenyum sambil mengucapkan terimakasih. Tapi aku merasa ada yang aneh. Aku merasa temannya yang disebelahku berdiri terus memperhatikanku, meski begitu aku tetap fokus menata hidangan untuk mereka di atas meja.
Setelah selesai aku menolehkan kepala kepada orang di sebelahku yang selalu menatapku. Mataku melebar mengetahui siapa orang itu. Dia menatapku begitu tajam dan sukses membuatku tak bergerak ditempat. Apa aku terlalu serius pada pekerjaanku sampai tidak melihatnya, bahkan saat aku sudah berada didekatnya. Dia adalah.... Tora.
Oh rasanya aku ingin menghilang secepatnya dari tempat ini.
Anyway, what will happen k sAndri y, after Tora saw him as waitress?
Dah g sabar euy, tuk next part ny
Smoga Tuhan mmberikan kluangan waktu tuk Bung @akina_kenji shingga dpt mnylesaikan sluruh pkerjaanny. After that, mgkn bs nglanjutin tuk nulis cerita ny lg
Amin
#MorningPray #Ganbatte #MaySuccessBeUponYou
1. Dia terkekeh mendengar ucapan kesalku. “Aku tdak akan melakukan hal itu,”
2. “Iya. Maaf ya, aku baru menghubbungimu lagi pada jam segini.”
3. Yang paling heboh menyambut kedatangan kami adalah Elisa. Dia segera saja menyeret tnganku untuk ikut dengannya.
Rio? Yawlah, jadi teringat sama Rio-nya mas Senna hikz hilz
Aduhhh puasaku batal gak ya tadi sempat naik 'itu' pas baca Ngahahahah
Suka nih sama konfliknya yg gak terlalu berat kayak gini, jujur aku banyak happy-nya baca cerita ini. Nah lo Andri udah ketauan ya sekarang, wahh siap2 nih di hukum sama Tora
1. aku tidak akan mencarinya lagi karena orang yang saa ini kucintai adalah dirimu dan aku berharap untuk selamanya,”
2. “Iya. Maaf ya, aku baru menghubbungimu lagi pada jam segini.”
3. Yang paling heboh menyambut kedatangan kami adalah Elisa. Dia segera saja menyeret tnganku untuk ikut dengannya.
4. Apa aku terlalu serius pada pkerjaanku sampai tidak melihatnya, bahkan saat aku sudah berada didekatnya. Dia adalah.... Tora.
Hmm makasih ya udah di mention, aku malah lebih suka cerita yg konfliknya gak begitu heboh, saat membaca ini ceritanya mengalir begitu saja.
Ditunggu update selanjutnya...
Andri ketahuan sma Tora, ugh..., apakah Tora bakalan marah? Ditunggu kelanjutannya kak @akina_kenji
Bilang aja k Tora klo Andri kerja buat biaya pernikahan mereka berdua. Wkwk
yan terjadi sama andri, mungkin tora akan marah dan mendiamkannya kali hehehe
@Reyzz9 haha tar deh suruh andri bikin alasan cadangan..
@JosephanMartin wokeh akan aku edit nanti, makasih ya udah nunjukin typonya...karena udah lama gak update jadi pas selesai, aku gak terlalu merhatiin typonya saat di post...
siapa tuh mas senna? *kepo*
waduhh aku jadi merasa bersalah nih, gara gara baca ceritaku adekmu jadi.....
kayaknya kalo gak keluar gak bakal batal...tapi kok bisa naik? tora kan masih pake cd lol..
@adammada kembali kasih, makasih juga yaw udah nunjukin typonya ke aku, saat di post memang gak terlalu diedit, jadinya bertebaran deh typonya hehe
@Aurora_69 ntahlah, mungkin karena sekarang bulan puasa tora gak bakal marah kali yak...tapi akan terharu saat mendengar alasannya adalah biaya pernikahan mereka lol..
Masak kamu gak tau kak sama Senna & Rio? itu loh ceritanya kak Kin di Wattpad, judulnya 'SENNA a Moslem and a Gay' cari aja ada kok. Temanya Agama kak, & tentu aja kisah cinta mereka berbentur agama, keluarga. udah naik cetak sih, aku udah punya bukunya, kemarin ikut PO. Kokoro ini gak kuat bacanya kak, hampir mau berhenti karna nangis mulu bacanya.
*Curhat*
Wkwkwkwk...Hampir mau naik kak, tapi gak sampe kok, abisnya sambil membayangkan kejadiannya sih LOL