BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

When You Have The Different Ways to Tell Your Feelings.

Setelah sekian lama jadi silent reader akhirnya memberanikan diri buat posting disini. Yang ku posting sekarang belum masuk ke cerita inti nya namun masih pengenalan latar belakang is protagonis, ngomong-ngomong ini cerita pertamaku baik di forum manapun dan yg pasti masih banyak kesalahan di cerita ini, selamat membaca.

--------------------------------------------

Phase #0 – Past Memories (Part 1)

-November – 2,5 tahun yang lalu-

Aku benci dia,

Aku sangat membenci dia.

Semua ini bermula pada 6 bulan yang lalu sejak dia pindah ke sekolahku. Sungguh awalnya aku merasa iba dan kasihan kepadanya, kutahu juga ini bukan salahnya, namun karena dia, KARENA DIA PINDAH KE SINI, semua jadi begini. Karena dia, aku harus membersihkan coretan-coretan di mejaku yang isinya menyuruhku untuk mati, aku pun harus membawa sepatu dalam ruanganku ke rumah setelah sepatuku selalu ku temukan di tempat sampah setiap hari, aku pun terpaksa makan siang di atap sekolah sendirian karena tidak ada tempat yang aman selain disini, aman dari hinaan dan gangguan mereka ketika aku sedang makan. Well, aku pun sudah terbiasa dengan hidup yang menyedihkan ini. Semua musuh teman kelas ku menjadikan aku sebagai objek bully di kelas, guru-guru ku di sekolah tidak ada yang percaya padaku dan aku pun tidak mau khawatirkan orang rumah. Itu semua bukan salahku. Mereka yang melakukannya namun aku yang satu-satunya dijadikan orang yang bersalah atas kejadian itu, dasar orang munafik.
Pagi ini aku kembali menjalani rutinitasku sehari-hari dengan perasaan berat dan ingin sekali tidak pergi kesana. Aku pun melangkahkan kaki ku dengan berat ke sekolah busuk itu. Ketika sampai sekolah, ku ganti sepatu ku dengan sepatu dalam ruangan yang kubawa dari rumah dan melangkahkan kaki ku ke kelas. Ketika aku di kelas, terlihat banyak orang yang berbisik-bisik dengan perasaan tidak suka kepadaku yang sangat berharap aku tidak ada disini dan tidak ada di pandangannya lagi, seperti

“sebaiknya dia yang mati saja”,

“lebih baik tidak usah sering ke sekolah”,

atau “dia masih ada disini setelah apa yang dia perbuat? dasar tidak tahu diri”.

-------------------------------------------
-Mei – 3 tahun yang lalu-

“kamu tahu di kelas kita bakal ada anak pindahan?”,

“yang benar?”, ucapku.

“iya, tadi kulihat dia ke ruang guru bersama itou-sensei. Sangat imut sekali meskipun dia cowok”, ucapnya.

Terdengar bunyi bel di kelasku, seluruh murid kembali ke tempat duduknya masing-masing. Ku lihat Itou-sensei, wali kelas kami masuk ke kelas bersama si anak pindahan itu. Benar apa yang dikatakan Okada Mari, teman kelas ku yang duduk di depanku, dia sangat imut buat ukuran seorang cowok. Namun, ada yang mengganjal di pikiranku. Si anak baru itu seperti mengenakan sesuatu di telinganya, sepertinya alat bantu pendengaran, dan dia memegang buku sketch dan marker di tangannya.

“Kelas kita kedatangan murid baru, dia pindahan dari Tokyo. Ichijou-kun silahkan memperkenalkan diri”, ucap Itou-sensei.

Terlihat dia membuka buku sketchnya sambil menulis sesuatu, seluruh teman kelas ku berbisik keheranan. Lalu, dia membalikkan buku sketch ke hadapan kami dan terlihat tulisan yang rapih bertuliskan,

“Namaku Ichijou Rei”, itulah yang tertulis.

Lalu dia membuka halaman berikutnya dan kembali menuliskan sesuatu, setelah itu ia kembali membalikkan buku sketch itu dan memperlihatkan lagi ke arah kami.

“Aku penyandang tuli, satu tahun kedepan mohon bantuannya”, ucapnya dalam buku sketch itu.

Seperti yang kuduga, dia itu memang penyandang disabilitas. Seluruh teman kelas pun kembali berbisik-bisik keheranan sampai ada yang sedikit frontal,

“kenapa dia sekolah disini? Kan ada sekolah buat orang tuli”, ucap salah satu teman kelasku.

“Iya, kalo disini malah nambah beban buat kita semua”, usap salah satu teman kelaku yang lain.

Memang, aku juga sedikit heran mengapa dia pindah ke sekolah umum. Tapi yang lebih mengherankan adalah sifat beberapa orang teman kelasku (hampir semua) yang tampak sinis kepada dia. Seolah mreka seperti tidak punya jiwa kemanusiaan sama sekali. It’s fine kalo mereka tidak terlalu suka dengan kepindahannya ke sini, tapi tidak segitunya juga, dia juga manusia sama seperti kita dan dia juga punya hak sama dengan kita.

“Ichijou-kun, silakan duduk di bangku yang kosong di sebelah sana”, ucap Itou-sensei sambal menunjuk bangku di sebelahku.

Murid pindahan itu pun segera berjalan menuju bangku di sebelahku, setelah dia duduk di situ dia menuliskan sesuatu di buku sketch nya

"Mohon kerja sama nya", itulah yang tertulis di buku sketchnya.

Aku pun membalasnya dengan menganggukan kepalaku disertai dengan senyuman kepadanya.

Selama pelajaran berlangsung, ada beberapa hal aneh yang ku rasakan hari ini. Pertama, selama pelajaran berlangsung, terkadang dia menoleh ke arahku sambil melihatku dengan pandangan yang tajam, namun ketika aku juga menoleh kepadanya dia langsung memalingkan wajahnya dari wajahku. Apa maunya dia? Kedua, terkadang aku juga jadi sering melihatnya sesekali setelah aku tahu dia sering curi-curi pandang kepadaku, ini yang paling aneh. Entah kenapa aku jadi tentram setiap melihat wajahnya. Tidak, tidak, tidak, ini salah. Kenapa juga aku jadi bersikap seperti ini kepadanya? Padahal dia itu laki-laki, LAKI-LAKI. Namun, kami tidak ada yang berani memulai pembicaraan atau saling-lempar-kertas-kecil-selama-pembelajaran seharian ini. Hanya sekali, itu pun yang dia bilang 'mohon kerjasama nya' itu, bisa dibilang situasinya agak canggung antara kami. Bukan hanya ke saya saja, teman-teman kelas yang lain juga tidak ada yang dia ajak berbicara, meskipun aku tahu dia 'agak' spesial dalam komunikasi. Teman kelasku juga tidak terlalu peduli terhadap kehadirannya di kelas, masih pandangan sinis terhadapnya, tidak mengherankan setelah suasana yang tidak mengenakkan pada saat dia baru masuk ke kelas tadi.

Comments

Sign In or Register to comment.