By SepKis
Part I
Angin malam membelai lembut seluruh tubuh kami, gemerisiknya terdengar samar ditelinga. Ombak laut tak henti-hentinya berkejar-kejaran terhempas di permukaan pasir dan membawa jutaan buih.
Bau garam sudah menemani penciuman kami sedari tadi.
Di malam seperti ini, pantai memang sudah sepi tetapi momen seperti inilah kami manfaatkan untuk berduaan.
Kami jarang sekali kesini, mengingat jarak pantai dari kota kami lumayan jauh. Tapi di pantai inilah kami selalu menumpahkan segala permasalahan tentang hubungan kami.
Pohon kelapa yg sedari tadi menari-nari , seolah memberi isyarat bahwa malam ini akan hujan mengingat intensitas angin mulai bertambah.
Kami hanya duduk di bawah pohon kelapa melihat ke arah lautan. Kuakui ketika aku melihat lautan, aku merasa nyaman. Entah mengapa, aku jugak tak tau.
Bulan jugak sudah tak nampak lagi, mungkin dia sudah bersembunyi di balik gumpalan awan hitam. Atau mungkin dia sudah muak melihat kami berdua yg sedari tadi sibuk dengan diri kami sendiri sehingga mengabaikan dia, entahlah!
"Kau mau kemana?"
"Pulang"
"Sebentar, masih banyak yg mau kubicarakan."
"Kau hanya membahas hal yg itu-itu saja!"
"Kau tau aku."
"Tidak, kau sulit dimengerti"
"Jadi selama 2 tahun ini?"
"Aku hanya ..."
"Hanya apa?"
"Hanya bosan dengan pembahasanmu malam ini!"
"Tapi aku tak habis fikir"
"Sudahlah."
Toni mendekatiku, ia memang sudah berada di dekatku tapi kali ini ia ingin melakukan apa yg aku suka, dia akan memelukku.
Ia memeluk tubuhku dari samping dan menuntun kepalaku untuk bersandar di pundaknya, dan mencium ubun-ubunku, ya ubun-ubun! Ia suka melakukan itu.
Hati ini semakin gk karuan, tapi mau tak mau aku harus menahan perasaan ini.
"Kau adalah hidupku, aku hanya ingin kau kuat!"
Aku tak menjawab, lidah ku kelu.
Hatiku masih tertegun dengan segala kata-katanya itu. Di samping itu aku tak tau, apa yg akan terjadi padaku setelah aku mengambil keputusan itu. Aku tak mau kehilangan Toni, bahkan jika memang ada kehidupan kedua dan ketiga atau bahkan yg ke sekian juta kalipun aku tetap ingin bersamanya, apakah aku berlebihan? Aku rasa tidak! Aku hanya mengakatakan apa yg kurasakan saat ini. Pelukannya memberi aku sebuah rasa, yg tak pernah kudapat dari siapapun. Rasa nyaman yg terlalu berlebihan malah. Aku ingin dia tetap memelukku sampai kami tua bahkan sampai kami mati. Sekali lagi, aku tidak berlebihan, hanya saja itu yg kupikirkan pada saat ini.
"Kita sudah 2 tahun bersama, suka dan duka sudah menjadi gula dan garam dalam hidup kita , aku akan tetap bersamamu, kau jangan terlalu rapuh! Tegarlah! Aku akan tetap bersamamu meskipun kau telah bersamanya!"
"Tapi..."
Aku gk sanggup, gk sanggup!
Seakan hatiku sudah tertusuk benda tajam dan panas, aku akan menangis! Aku akan menangis! Tidak! Dia tidak akan suka!
Aku sudah tak kuat lagi . Air mataku mengalir begitu saja , aku bersyukur, di tempat ini minim cahaya jadi dia tidak akan tau.
Namun sial! Aku terisak! Dia mendengar isakanku.
"Kamu menangis?"
Enough! Aku akan mengatakannya, apapun resikonya aku akan mengatakannya.
"Aku gk mau menikah ton, aku gk mau, gk mau..."
Aku mengatakan itu dengan sedikit isakan di sela-selanya. Sudah pasti dia tau klo aku sedang menangis. Toni mengencangkan pelukannya.
"Sudah ya, sudah. Kita kan sudah membicarakan ini"
"Aku gk mau ton, gk mau.."
Aku mengulanginya dengan isakanku, aku gk bsa lagi menahannya terlalu berat kurasa.
Aku tak tau mungkin dia marah, sehingga dia mendorongku keras, aku pun tergeletak di atas pasir, Toni bangkit, dia melihatku tajam.
"Kubilang sudah ya sudah! Kau jangan menangis! Jangan! kau melukai hatiku, dalam sekali. Jgn lakukan itu, jgn menangis untukku. Aku gk bsa, gk bsa melihat kau menangis."
Dia menghempas tubuhnya kepasir, ia kembali duduk dengan menyentuh ujung matanya. Sudah kutebak ia juga menangis. Namun itu lah Toniku ia akan tetap selalu berusaha tegar, agar menjadi sandaranku. Tak seperti aku yg terkesan rapuh, aku sebenarnya tak serapuh ini. Hanya saja masalah ini terlalu pelik. Aku yakin byk orang yg berlagak tegar diluaran sana akan menjadi rapuh ketika mengahapi dilema besar ini.
Sudahlah, aku hanya bisa pasrah.
Aku bangkit dan membersihkan bagian dari bajuku yg terkena pasir, perlahan namun pasti aku berjalan mendekati air laut, kubiarkan air laut itu menyentuh kakiku. Aku harus mengeluarkannya malam ini, harus!
"AKU GK MAU MENIKAH DENGAN RANI!! AKU HANYA MENCINTAI TONI! KAU ADALAH SAKSINYA AIR LAUT, KAU SAKSINYA!"
Hah! Aku sedikit lega, ternyata benar dengan berteriak beban didada akan terasa sedikit berkurang.
Aku terkejut, ada yg menyentuh pinggangku dan memelukku dari belakang. Toni..
Dia mencium leherku dengan desahan nafasnya yg memburu. Aku menikmatinya. Sungguh nyaman dan tentram.
"Aldi, ingat waktu kita pertama bertemu?"
"Hmmm.."
"Kau dekil dan item"
Aku tersenyum sembari membalikkan badan, aku memegang pipi Toni. Ia tersenyum manis kepadaku, senyumannya tak dapat kuartikan dengan logika. Hanya saja aku dapat mengerti, seolah kami sedang menyelami hati satu sama lain.
"Aku takkan pernah lupa apa yg kita mulai, tapi aku sama sekali tak mau ini berakhir!"
"Aldi, lihat aku ! Apa kau pikir aku mau semua ini berakhir"
Aku hanya bsa diam melihat tatapannya, tanpa dikatakan pun aku tahu dia juga gk mau semua ini selesai.
"Aku jugak tak mau ini berakhir, namun aku berusaha kuat agar bsa menjadi tempatmu untuk bersandar, tempatmu untuk berteduh, aku hanya gk ingin kau rapuh."
"Aku tau."
Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya , hidung kami saling bersentuhan satu sama lain. Nafas kami bersatu. Hangat! Mungkin dunia ini adalah milik kami saat ini. Aku mendekatkan bibirku ke kebibirnya, hanya itu yg bsa kami lakukan untuk menyatakan bahwa kami saling mencintai. Saling memiliki, dan saling melengkapi. Namun, sebuah dinding besar telah mencoba meghalangi kami, dan aku yakin suatu saat aku akan menghancurkan dinding besar itu, aku sama sekali gk tau caranya, tapi jika aku bersama dengan Toni, apapun bsa kami lakukan.
"Terima kasih telah mau menjadi malaikatku."
"Hei, kata-kata macam apa itu? Aku akan tetap menjadi malaikatmu selamanya"
"Aku tau."
"Baiklah."
"Tapi...."
"Tapi apa?"
"Apa yg akan terjadi setelah aku menikah?"
"Aku akan mengurangi"
"Mengurangi apa?"
"Intensitas bertemu denganmu"
"Apakah aku sanggup?"
"Kau sanggup sayang, kau adalah cintaku pasti kau kuat"
"Aku benci ini"
"Sudahlah, orangtuamu adalah prioritasmu, patuhlah!"
"...."
Sepertinya pembicaraan ini sudah ditutup, aku tak mau mengingatnya lagi, yg terjadi terjadilah.
Untuk saat ini lebih baik aku menikmati saat-saat bersama Toni seperti malam ini.
Kami memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar mengitari pantai sambil berpengangan tangan, namun sepertinya malam ini tak mengijinkan kami berlama-lama disini. Angin mulai mengusir kami dengan gemerisiknya yg semakin keras, baiklah dunia, kami akan tutup malam ini. Semoga aku juga bisa menutup persoalan yg sedang kualami. Semoga!
'Pergilah masalah secepat kau datang.
Jangan kembali seumpama kau ingin.
Beranjak lah masalah sesegera kau mulai.
Jangan muncul apabila kau hendak.'
Comments
2 years ago
"Mak, aku berangkat!"
"Iya nak, hati-hati"
Pukul 07.00 aku harus berada di halaman kantor, untuk melaksanakan prosedur perusahaan yaitu dengan menyelenggarakan acara Bintalfisidis (pembinaan mental fisik dan disiplin) di Kodam kavaleri TNI AD di ibukota provinsi.
Aku! Ya aku, namaku adalah Aldi Pratama Syahputra. Umur 25 tahun, tinggi badan 175cm dengan berat badan 65 kg, ideal bukan? Tapi aku lebih merasa kurus.
Aku memiliki seorang adik perempuan bernama Mira Dwi Syahputri, jarak umur kami 15 tahun. Ya, aku memiliki adik ketika aku berumur 15 tahun, maka dari itu aku adalah anak yg sedikit manja, dan harapan keluarga. Terutama ayah!
Ia selalu merawat kami penuh dengan pengorbanan, aku tau hal itu adalah kewajibannya, tapi aku selalu kagum dengan cara dia merawat keluarganya.
Namun, ayah dan ibu sudah semakin tua, mengingat adikku yg masih terlalu muda, maka sudah pasti kalau mereka mengharap apa yg seharusnya mereka harapkan dariku, cucu!
Namun mereka tak pernah membahas hal tersebut, dan aku pun bersyukur akan hal itu, karena aku adalah seorang lelaki yg memiliki orientasi seksual yg berbeda. Aku tak akan memberitahu kepada ayah dan ibuku,karena aku tidak akan sanggup melihat wajah kecewa mereka.
"Aldi!"
"Yap, hadir"
Masing2 dari kami telah di absen, waktunya untuk melakukan perjalanan. Hari ini sepertinya matahari tak mau terlalu galak pada bumi, itu terlihat dari cara dia menyinari jalanan yg kami lalui, atau mungkin memang dalam keadaan mendung, mungkin!
Aku hanya sebagai Marketing Executive di salah satu perusahaan GSM terkenal di Indonesia, di cabang daerah.
Untuk itu aku hanya bisa mengikuti prosedur perusahaan dengan patuh walau aku berpikir kegiatan ini hampir tidak ada maknanya.
Setelah 4 jam perjalanan , akhirnya kami sampai, huh! Lelah.. Meskipun hanya duduk saja di dalam bus.
Diabsen lagi, diabsen lagi! Pikirku. kami bukan anak kecil lagi, gerutuku. Hari ini moodku hancur karena di dalam bus tadi sangat bising, please lah.. Aku hanya butuh ketenangan.
Kami dipandu untuk ke barak-barak yg telah di siapkan oleh para tentara disini.
Aku menempati yg ditengah karena menurutku aman, tentram dan gk dingin kalau malam.
"Deggg!!"
Aku tertegun, ketika aku menoleh ke barak sebelah ada seseorang yg memperhatikanku,dan saat itu ia langsung menoleh kearah lain.
Sudahlah, aku hanya 3 hari disini dan akan kuselesaikan dengan cepat, jgn ada yg terlalu mengganggu pikiranku saat ini.
"Para peserta bintalfisdis di harapkan untuk berbaris di lapangan karena akan ada pembagian kelengakapan acara, serta pembagian regu dalam beberapa kompi dan pleton!."
Hanya dalam waktu 5 menit semua peserta sudah berada di lapangan.
Pembagian kelengkapan berjalan dengan lancar. Semua peserta sudah memiliki apa saja yg telah dibutuhkan dalam kegiatan ini, celana, baju, topi, sepatu dll sudah ditanganku.
Pembagian regu akhirnya dimulai. Sebelum namaku disebut aku coba untuk merangkai sebait puisi.
'Ditengah hamparan alam yg bersorak.
Kucoba membaur ke hati sang pemandu.
Dalam diam kuhanya berkata.
Sembunyilah ke dalam hati yg terlalu gelap ini'
"Aldi!"
"Hadir!"
"Hadir, hadir! Kamu pikir di kantor? Siap pelatih! Seharusnya begitu"
"Si-siap pelatih!"
Haduh, malu! Aku gk mendengar apa yg mereka bicarakan.
"Kamu berada di kompi nusa pleton 2"
"Siap pelatih!"
Hah! Aku berlari ke arah reguku, dan megambil barisan paling belakang. aku menoleh kesegala arah guna memastikan apakah ada orang yg kukenal dalam regu ini.
"Degggg!"
Orang itu,ya orang itu! gk salah lagi. Dia orang yg memperhatikaku tadi.
Aku mencoba untuk tenang, apakah ini takdir? Ah tidak mungkin , aku hanya mendramatisir keadaan.
Aku melirik ke arahnya, dia mendekat, padahal kan dia dari kompi dan pleton yg beda. Perasaanku saat ini seperti di dekati oleh dosen killer karena ketahuan nyontek, huuhh! Susah dijelaskan.
Ia mengulurkan tangannya.
"Hai, aku Toni!"
"Aa-aku Aldi"
"Dari kantor cabang mana?"
"*namakota*"
"Ohhh, aku dari *namakota*"
"Wah berarti dekat dong!"
"Iya, makanya aku kayak dah pernah lihat kamu."
"Hah? Iya?"
"Eh tapi maaf , kamu kok item dan dekil gini, habis diapain tadi dijalan?."
Huuh sial! Ternyata dia merhatiin aku karena itu, haduh! Malu.
Orang yg frontal menurutku, tapi baru dia sih yg pertama kali bilang begitu. Haaah! Sabar al, sabar..! Aku hanya memberi senyuman kecutku!
"Ah, masa sih?"
"Gk kok, canda! Kamu manis kok, tapi masih jauh dari tampan."
"...."
Aku hanya bsa diam, kuakui dia itu memang tampan dengan tinggi yg kutaksir sekitar 178cm dan ya, aku gk tau berat badannya.
Kulitnya putih dengan hidungnya yg mancung, dan bibirnya yg tipis dengan sedikit beard yg tersemat tipis. Aku memang gk bsa di bandingkan dengan dia, tapi tak seharusnya dia berkata seperti itu kan?
"Kok diem? Tersinggung ya?"
"Engaak engaak"
"Tapi kamu beda lo."
"Bedanya?"
"Kamu tuh item tapi manis!"
Enough! Dia menyinggung warna kulitku lagi, gk bisa dibiarin. Aku harus mengakhiri percakapan ini.
"Hehe, iyaiya. Sudah dulu ya"
Aku beranjak dari tempatku tadi untuk menghindarinya, aku langsung mengambil barisan paling depan.
Akhirnya rangkaian acara pada hari itu selesai di jam 10 malam, dengan jeda makan siang 15 menit, shalat maghrib dan makan malam 30 menit.
Haaah sungguh sangat melelahkan. Tapi seru jugak kok, karena kebersamaan memang bisa mengalahkan segalanya.
Walau dengan orang baru dikenal, tapi kami sudah diajarkan jiwa korsa melalu pendalam materi tentang bela negara yg kami pelajari selama 1 jam, ya menurutku singkat. Tapi lumayan berpengaruh. Ditambah dengan permainan kerjasama untuk menambah kekentalan jiwa korsa kami. Huuu seru!
Setelah itu, kami diperintahkan untuk tidur satu barak dengan grup yg telah dibentuk tadi, okelah. Aku mengambil semua barang-barangku dan menuju barak yg seharusnya kutempati.
Huuh, aku lelah sekali, persetan dengan mandi , mandinya sebelum shalat subuh saja.
Belum sempat aku menutup mata, tiba-tiba ada yg menyentuh tanganku.
"Boleh aku tidur di sini?"
"Hah! Toni?"
"Kok kaget?"
"Kamu kan, kita kan, aku. Kita beda regu!"
"Kok mendadak gagap gitu?"
"Eenggak, aku cuma kaget, kamu kok bsa disini?"
"Oh,gini! Aku minta sama kepala pelatih untuk segrup samamu!"
"...... Ehmmm, kamu becanda kan?"
"Ya iyalah, aku gk da temen di grup tadi!"
"Oohhhh"
"Tadi kamu kok pergi gitu aja sih?"
"Eee-enggak da, kamu capek? Yaudah tidur aja kita!"
"Hmm oke!"
Aku kenapa? Kenapa aku gugup! Perasaan apa ini? Apakah ini takdir? Oh tidak.. Aku mendramatisir keadaan lagi.
Aku gk bsa tidur dengan wajah yg mengarah padanya, aku memunggunginya.
Toni mencolek punggungku.
"Al, kamu udah tidur?"
"Udah!"
"Kok masih ngomong?"
"Udah ya Ton! Aku capek!"
"Aku jugak capek"
"Aku udah ngantuk!"
"Tapi aku belum!"
"Jadi?"
"Ngobrol yuk!"
Aku membalikkan badan dan senyum ke arahnya.
"Aku dah capek dan ngantuk ton, blum lagi bsok jadwal kita padet sampek jam 12 malam, kan ada charaka malam dan apel malam!"
"Ih, manis bgt senyumannya!"
"Iya, tapi aku masih jauh kan dari kata tampan, gk seperti kamu yg memang tampan!"
Aku mengahkiri percakapn ini dengan tidur ke posisi semula, memunggunginya!
Toni juga sudah tak bersuara lagi.
Akhirnya.. Hari ini selesai juga.
'Tertutuplah mata dengan segala kesaksianmu.
Tunggulah mimpi dengan segala indah buruknya.
Tutup dan pastikan bangun.
Agar kau tau betapa indahnya dunia'
Aku takkan melepaskanmu, untuk kali ini kau takkan bisa lari dari genggamanku, kau telah membunuh pangeran impianku. Aku akan membunuhmu dengan tanganku, pedang yg sedari tadi kupegang akan tertembus di jantungmu. Aku sudah dekat, kudaku sudah mendahului kudamu. Kau sudah tersungkur karena aku sudah melukai kudamu. Namun sial, aku tak bsa bergerak. Kakiku kaku! Arghhhhhh...
"Bangun! Semuanya bangun! Shalat subuh! Setelah itu berkumpul dilapangan!"
Arhhh, suara itu telah menyeret semua kesadaranku. Alhasil mimpi itu raib tertelan gelapnya subuh di tempat ini.
Aku membuka mataku perlahan.
"Toni?"
Kuperkirakan dia sudah sedari tadi bangun dan memperhatikanku, begitu aku menyebut namanya dia langsung tersenyum.
Apa ini? Mengapa senyum itu membuat hatiku sejuk sesejuk embun pagi? mengapa? Apakah?
"Lama sekali kamu bangunnya?"
"Kamu dah nungguin?"
"Iya."
"Maaf, emang ada apa ya?"
"Gk da!"
"Lalu?"
"Hmm, gini. Aku mau minta maaf."
"Eh eh, minta maaf tentang apa?"
"Tentang kata-kata aku kemarin!"
"Yang mana ya?"
"Kamu beneran gk ingat?"
"Ingat kok, tapi kenapa mesti minta maaf? Kita kan belum terlalu kenal jadi salah paham itu pasti terjadi!"
"Iya sih, emm, boleh gk kita saling kenal"
"Boleh"
"Ceritakan tentang dirimu!"
"Namaku Aldi, umur 25, tb 175,bb 65, dah itu aja"
"Aku Toni, umur 25, tb 179, bb 70, gay!"
"Apa?"
"Iya, kamu juga kan?"
"Astaga, apa seketara itu?"
"Enggak kok, aku bisa tau dari matamu"
"Apa iya?"
"Iya, dari pertama aku melihat matamu aku dah tau, saat itu kau menatapku beberapa saat, namun aku tak mau ambil spekulasi dulu jadi aku harus mendekatimu agar aku yakin"
"Setelah itu?"
"Yah aku yakin, klo kita sama!"
"Tapi aku baru kenal kamu!"
"Masalahnya apa? Aku..
'HARAP BERKUMPUL SEMUANYA DI LAPANGAN!'
"Ton, kita lanjutin nanti yah"
"Hmm, yaudah!"
Aku benar-benar gugup dengan semua percakapan tadi, gk disangka dia senekat itu, apakah seketara itu? Aku ini discreet, jadi bagaimana bsa, selama ini straight act ku tak pernah diragukan. Bahkan selama ini.. Ah sudahlah..
Tiba-tiba ada yg menepuk pundakku dari belakang.
Toni..
"Nanti kita bicarain lagi ya!"
Aku hanya mengangguk, dia memberi senyuman yg membuat ku tenang. Ahhhh, senyaman inikah? Kenapa dia muncul? Huhhh! 3 hari yg akan kulalui dengan cepat akan terasa lebih lama. Dan sial! Aku terlambat bangun, dari semalam aku belum mandi! Dengan segala keringat yg telah memenuhi tubuhku,aku akan menjalani hari ini. Jangan ditanya baunya! Bahkan aku tak mau membayangkannya! Pokoknya sebelum sholat maghrib nanti aku harus mandi! Tak apalah ketinggalan!
Jadwal demi jadwal telah terlewati, meskipun aku dan Toni satu regu, tapi kami gk sempat untuk berbincang lama, kami hanya bertukar senyuman dan sedikit sekali berbicara. Kapan kami akan berbicara? haduhhh! Jadwal hari ini sampai jam 12 malam, terlalu malam untuk berbincang lagi, disamping itu pasti kami sudah lelah dan mengantuk.
Hari ini, sehabis ashar sampai sebelum maghrib kami akan melaksanakan pelatihan tembak dasar senapan. Senapan yg kami gunakan adalah senapan buatan Amerika, laras panjang! Peluru kaliber 4,2. Katanya sih begitu!
Satu persatu tata cara menembak sudah diterangkan oleh pelatih, karena kami adalah pemula, maka posisinya adalah posisi terlungkup. Jarak tembak sekitar 25 m.
Selagi menunggu giliran, aku mencari Toni, ternyata dia sudah dibelakangku. Dia langsung tersenyum, aku meminta dia untuk duduk di sampingku.
"Udah pernah menembak?"
"Belum ton! Ini perdana!"
"Mau gk aku yg nembak?"
"Boleh"
"Serius?"
"Ya gak lah"
"Nanti bakalan kutembak!"
"Apaan sih? Bentar lagi giliran kita"
"Gak kok, kamu duluan pastinya."
"Kenapa?"
"Abjad nama"
"Ohhh"
Dia mendekatkan wajahnya ke leherku, aku langsung gugup dan mendorongnya. ahhhh! Sebenarnya nyesel sih, tapi kan ini lagi keadaan ramai.
"Kamu bau!"
"Aku belum mandi dari semalam"
"Hah? Sama dong"
"Eh iya, jangan-jangan kita jodoh?"
"Iya iya kita pasti jodoh"
"Eh gk lah, becanda!"
"Kamu bsa juga bercanda?"
"Hmmmm"
"Nanti kita mandi bareng!"
"Gk!"
"Iya"
'ALDI'
Huuuhhh, giliranku!
Aku dibimbing untuk menggunakan peredam suara agar tak terkejut dan melenceng dari sasaran.
Hhhhhmmmm,haaaaaa. Aku mengambil nafas dalam. Kami hanya dibekali 3 peluru, dan 3 peluru itu harus wajib tepat sasaran.
"Doooor!" Peluru pertama
"Dooor!" Peluru kedua
"Dooooor! Peluru ketiga.
Aku tak tau mengenai sasaran atau tidak, aku sudah melakukan sebisaku, disamping itu aku jugak bergetar ketika menembak tadi dan hampir kehilangan titik bidik.
Setelah itu kami berlari melihat hasil tembakan tadi. Yuhuuuuu! Ketiga peluruku tepat sasaran dengan jarak antar peluru nyaris dekat. B! Itulah nilainya menurutku.
Huuuuuu. Aku lega, dan kembali ke barisan.
"Gimana rasanya?"
"Eh, kamu ton! Lega lah pokoknya"
"Giliranku nih"
"Iya, semangat yah"
Dia mengacungkan jempolnya, sambil tersenyum, senyuman itu! Sudah terlukis jelas dihatiku, membawa angin sejuk musim semi yg bahkan aku tak pernah merasakan musim semi.
Jadi itu pasti perasaan yg sama sekali tak pernah kurasakan selama hidupku!
Semua kegiatan berjalan lancar, huuu! Akhirnya aku bisa mandi!
Handuk! Sabun! Sikat gigi! Odol! Siap semua! Iya baju ganti juga. Kamar mandi aku menujumu.
Setelah mendekati kamar mandi, tiba-tiba ada yg menarik tanganku dan membawaku kedalam kamar mandi dan menguncinya. Toni..
"Apa apaan kamu ton"
"Kan udah kubilang kita akan madi bareng"
"Ahhhh, nanti gimana kalau ada orang yg tau"
"Tenang aja, dah kuperhatiin segala arah, gk da orang"
"Kamu ini, ihhhh"
Dia mendorongku ke dinding pelan, dia mendekatkan wajahnya ke leherku.
Aku merasa hangat, tenang dan bergairah. Tapi aku gak mau secepat ini, gk mau. Aku belum yakin pada Toni. Dia baru kukenal, bagaimana bisa hal ini harus terjadi? Aku harus melawan egoku.
"Toni.."
"Kenapa?"
"Sudah ya!"
"Tapi.., sebenarnya aku.."
"Sudah ya!"
"Oke"
"Nanti setelah kegiatan ini, buktikanlah kalau kau benar-benar"
"......"
Dia tertunduk sesaat, aku memegang tangannya. Dia pun tersenyum.
"Baik, akan kubuktikan!"
"Hmmmmm"
"Kau akan jadi milikku al!"
"Iyaiya, sana kluar!"
"Wah,ngusir nih?"
"Iya"
Dia membuka pintu kamar mandi dan berlari sambil melempar senyumannya kepadaku. Nyamannya. Ada sedikit rasa menyesal, tetapi aku bsa mengendalikan diri, aku rasa itu lebih bagus.
'Oh cinta, mengapa kau datang dengan rentetan tragedi.
Kau menyejukkan hati layaknya salju putih.
Tapi cinta tak perlu buru-buru, apalagi nafsu.
Biarlah ia mengenggam hati melontarkan sepi.'
@lulu_75
The last day.
Yeah, hari terakhir!
Uuhh, tadi malam acara charaka malam menurutku sangat menyenangkan, kami ditugaskan untuk menyampaikan pesan dari markas, pesan yg aku sendiri tidak mengerti, sudahlah, kami semua tidak dituntut untuk memahami isi pesan tersebut, tetapi ya sedikit penasaran itu normal.
Setiap regu di pecah dalam beberapa tim, dalam 1 tim hanya 2 personil, aku satu tim dengan Feri, ia berasal dari kota yg berbeda denganku, aku jugak tidak terlalu byk bicara padanya selama aku disini.
Setiap masing-masing orang harus mencoreng sebagian besar wajahnya dengan arang, guna membaur dengan kegelapan. Kami harus memberi isyarat pada pos-pos yg akan kami lewati, jika tidak, kami tak perbolehkan untuk melanjutkan, dan jika salah isyarat maka kami akan dianggap musuh dan didiskualifikasi, hahhaha menurutku ini bakalan seru. Untuk itu, kami telah dipersiapkan segalanya sebelum kegiatan ini dimulai.
'Aldi, Feri!'
Huhh, giliran kami!
Kami berjalan pelan, sebelum sampai di pos pertama kami sedikit berbincang.
"Al!"
"Hmmmm"
"Kamu dah lama kerja diperusahaan ini?"
"Belum sih baru 6 bulan, klo kamu?"
"Baru sebulan"
"Ohh, I see"
'BATU!!'
'GUNUNG!'
Yeah, jawaban kami benar, gampang sih menurutku karena hanya ada 3 kode dan pasangannya, hal ini sesuai karena kami baru saja di pos pertama.
Perjalan berlanjut ke pos kedua.
'Klentanngg!'
'Kaleng!'
Pos kedua! Kesulitan bertambah, karena kami harus memprediksikan suara apa terdengar dari dalam pos, tetapi kami berhasil! Yap, kami lanjut.
Pos ketiga kami menujumu!
Kami dicegat oleh pelatih disini, mereka meminta kode yg kami bawa dari markas, akan tetapi ada sesuatu yg ganjil! Seharusnya kode tersampaikan di pos ke empat, tetapi mengapa mereka memintanya di pos ketiga? Ditambah lagi sikap mereka yg terlalu manis menurutku!
Aku berbisik ke Feri.
'Jgn berkata apapun!'
Feri mengangguk!
"Selamat datang kalian, kalian lapar? Ini ada roti"
"Tidak pelatih!"
"Sudahlah, ambil roti ini dan beri kami kodenya kalau tidak kami akan memerinthkan kalian berenang di selokan!"
"Tidak pelatih!"
"Baik, sekarang lompat ke selokan!"
Kami bersiap-siap melompat ke selokan.
'Hei kalian! Lanjut!'
Tuh kan, aku yakin pasti ini hanya uji mental aja. Sampai deh di pos ke 4 dimana kami harus menyampaikan kode yg kami bawa dari markas.dan kalian tau kodenya seperti apa?
'Matahari pagi sudah di ufuk, bersiap dan bergegaslah, bawa hati satukan jiwa demi amanah sebuah harga'
Aku tak mengerti dan tak mau mengerti, sudahlah aku tak mau menyita fikiranku dengan hal seperti itu.
Kegiatan selesai, kami kembali ke barak.
"Al, tadi kamu kenapa sih?"
"Kenapa apanya?"
"Yg dikamar mandi tadi!"
"Oh, aku belum yakin amamu ton, terlalu cepat menurutku"
"Tapi aku sudah yakin"
"Bagaimana kalau kita bahas ini besok? Aku sudah ngantuk!"
"Baiklah, aku juga"
Aku tersenyum padanya, dan membaringkan tubuhku. Huuuh capeknya! Toni menggenggam tanganku!
"Al, beri aku kesempatan!"
"Hmm, buktikan itu setelah kegiatan ini berakhir!"
"Oke, besok hari terakhir!"
Aku mengangguk, baiklah, hari ini cukup! Sebaiknya hari ini aku tutup.
"Al, bangun!"
"Hmmm, Toni! Udah jam berapa ini?"
"Jam 5"
"Aduh telat lagi, emang dah jam 5 pas ya?"
"Belum sih, kurang 15 menit!"
"Oke ada kesempatan mandi, thanks ya!"
"Iya, mandi bareng yuk!"
"Aihhh, udahlah ton ah!"
"Heheheheh"
Baju ganti! Sabun! Sikat gigi! Odol! Handuk! Dah siap semua! Otw bathroom!
Belum sempat beranjak , Toni kembali menghadangku.
"Ayolah al!"
"Ton, ihh!"
'Woy Toni!'
Ada dua orang dari barak sbelah timur memanggil Toni.
"Woy ton, disini kamu ternyata"
"Iya"
"Kenapa sih keluar dari regu kita, kita satu rombongan dari kota *namakota*"
"Iya, hehehe. Pengen aja!"
Sesekali Toni melirikku, dia terlihat gusar. Ya ampun Toni, kenapa sih harus bohong? Dan yg paling memprihatinkan aku bsa percaya! Umur 25 tapi masih lugu, Aldi aldi!
Kenapa aku menyalahkan diriku? Aku juga nyaman disamping Toni. Menurutku sudahlah, nanti dilain hari masalah ini akan kami bahas!
Mandi siap, shalat siap!
It's time for breakfast! Ini sarapan terakhir di tempat ini, mungkin aku bakalan merindukan kegiatan ini nanti.
Semua kegiatan berjalan lancar, selancar Toni yg selalu mendekatiku, sebenarnya aku tidak menghindar, aku malah sebaliknya, yah aku merasa nyaman bersamanya, tapi aku sudah mengatakan bahwa kami akan serius setelah kegiatan ini berakhir, jadi ya aku hanya menjaga jarak! Itu aja sih.
Kegiatan terakhir kami adalah pelaksanaan api unggun, kami setiap regu dibariskan mengelilingi api unggun. Dan setiap masing-masing dari kami mencurahkan semua pendapat tentang kegiatan ini, bermacam-macam pendapat yg menurutku menarik, tidak penting, lucu, dan terkesan dibuat-buat. Dan pendapat yg paling kutunggu. Ya, pendapat Toni.
Terdengar jelas pendapatnya ditelingaku, dan mulai masuk ke dalam ruang hatiku.
'Aku sangat senang bisa berpartisipasi di dalam kegiatan ini, disamping itu hanya dengan 3 hari aku sudah bisa menemukan diriku yg baru, harapanku yg baru, dan kisahku yg baru. Aku akan membuktikan, aku akan membuktikannya.'
Di sela-sela perkataannya ia sesekali melirikku, aku tak habis fikir. Ternyata ada manfaatnya juga kegiatan ini, aku sempat berfikir sebaliknya.
Perpisahan memanglah selalu menyedihkan, yap tepat sekali! Terutama aku dan Toni akan berpisah, ya walaupun sebenarnya kota kami hanya berjarak 30 menit perjalanan menggunakan sepeda motor.
15 menit lagi keberangkatan bus kami, sebelum itu aku ke kantin terlebih dahulu, untuk membeli bekal perjalanan nanti. Aku melangkah cepat, dan lagi tiba-tiba Toni merangkul pundakku, dan tersenyum. Nyamannya!
"Yah, cepat banget Al waktu berlalu"
"Hmm"
"Al, minta no hape mu, atau pin bb mu!"
"Oke nih"
"Thanks"
"Hmm"
"Oya Al, kamu mau kan jadi milikku"
"Hahahaha, ngomongnya pelan woy"
"Ya ampun serius lah Al"
"Buktikan aja"
"Oke, nanti kita gk bakalan lost contact"
"Iya"
Sesampai di kantin aku membeli semua yg hendak kubeli, ya aku rasa cukup!
'Al, ayo! Dah mau berangkat nih!'
Deni meneriakiku, baiklah aku kesana kataku dalam hati. Aku langsung beranjak, Toni mencolek punggungku, dia tersenyum.
'Jgn lost contact, begitu sampek langsung kabarin'
Aku hanya mengangguk, keberikan senyumanku yg pernah ia katakan manis. Aku berlari menuju bus dan duduk manis di sudut belakang, aku melihat ke kantin ternyata Toni sudah tidak ada. Ya baiklah, selamat tinggal, semoga aku bisa kesini kembali.
'Apakah perpisahan akan selalu menyedihkan?
Tentu tidak jika kau menguatkan hati.
Apakah ada kesempatan bertemu kembali?
Tentu ada jika itu kehendak hati.'