ADA APA?
Bagian 1 :
Gua baru saja keluar dari minimarket, menyelesaikan list belanjaan bulanan gua. Entah kenapa beberapa detik yang lalu gua tersadar oleh sesuatu yang gua lupa. "Sialan!" gua memekik kesal.
"Ada apa?" tiba-tiba sebuah suara menegur gua.
Eh? Gua diam, menatap sesorang yang menegur gua barusan.
Diam.
Hening.
Lelaki di hadapan gua ini tersenyum menatap ramah kearah gua. Gua cuma bisa diam.... remang-remang bayangan visual gua langsung menjelajah kemasa lampau, menyusun memori-memori beberapa tahun silam. Seakan waktu bergerak mundur menuju masa lampau, gua teringat sebuah kejadian yang tidak bisa gua lupakan. Detik demi detik bergerak mundur, seakan memberi komando untuk kembali menyusun kejadian-kejadian itu, kejadian yang berhasil gua tenggelamkan. Sekarang muncul lagi.
Gua ingat secara detail setiap kebahagiaan dimasa itu, gua mengingatnya lagi. Rasanya aneh, kombinasi menyengsarakan itu kembali merasuk kedalam hati gua.
Ya, gua ingat sekarang... Nama gua Hendri setiawan, saat itu umur gua 18 tahun. Gua belum betul-betul lupa setiap detail kebahagiaan dan rasa sakit di kala itu.
"Arya?" nama itu muncul begitu saja dari ambang bibir gua.
"Arya? anaknya ya mas?" lelaki di hadapan gua terlihat bingung.
Arya... Gua masih ingat.
***
"Lo nyantai aja lagi, besok kagak ada jail-jailan. Soalnya udah penutupan acara MOS," Ujar sebuah suara di belakang gua.
Gua berbalik, berdelik kaget saat mendapati asal suara itu begitu dekat dengan wajah gua. "Eh?"
"Gua Arya," katanya memberikan jabatan.
Gua diam, kaget dan kagum sekaligus. Dia kan kalau gak salah panitia MOS yang suka ngejailin gua?
"Eh, anu... Gua Hendri." gua menyambut tangannya. Genggamannya terasa keras dan hangat. "Ini gak lagi beli bahan MOS kok. Lagi belanja bulanan,"
Dia ketawa konyol. "Lo belanja bulanan? Serius? Hahaha."
Apanya yang lucu? -,-
Tiba-tiba gua teringat sesuatu, "Sialan!!" kunci motor gua ketinggalan di dalam minimarket tadi.
"Eh, ada apa?" tanya si Arya.
"Anu... Itu kunci gua ketinggalan di dalam minimarket," jawab gua.
"Ya udah, sini belanjaannya gua pegangin. Lu ambil kuncinya sana..." katanya, bibirnya membentuk senyum ramah kearah gua.
"Eh gak usah, nanti ngerepotin." gua berkilah.
"Gak, udah sana ambil." tandasnya sambil mengambil dua kantong belanjaan besar di tangan gua.
Tiba-tiba gua merinding, ini orang baru kenal langsung nyosor aja sama gua, batin gua. "Gua ngambil kunci kedalam dulu ya..."
Gua segera beranjak untuk mengambil kunci motor gua yang ketinggalan di dalam minimarket barusan. Gua segera kembali setelah mendapatkan kunci motor gua.
Ketika gua keluar, si Arya tersenyum kearah gua sambil menenteng dua kantong plastik besar berisi belanjaan bulanan gua di pinggiran parkiran.
Ah, ini cowok kenapa sih?
"Pulang sendiri atau sama temen?" tanya si Arya.
"Sendiri," jawab gua singkat. Gua mengambil alih dua kantong belanjaan besar milik gua.
"Emang lo bisa bawa plastik belanjaan segede gaban beginian sambil bawa motor?" si Arya kembali lagi merebut dua kantong besar belanjaan milik gua.
"Eh?" gua sekali lagi di buatnya gak bisa ngomong apa-apa.
"Udah, gua aja yang bawa... Gua bawa mobil soalnya." katanya menjelaskan ke gua.
"Tapi gua-"
Belum sempat gua menyelesaikan kalimat gua, si Arya udah memotong, "Gak apa, sekalian gua mau tau rumah lo. Soalnya lo gak pernah langsung pulang kerumah kalau udah pulang MOS. Jalan kemana-mana, bingung deh gua ngikutin lo seharian hahaha." jelasnya tanpa ragu.
Gua diam. Wahh... Wahh... Wahhh... Gak bener ini, jangan-jangan dia psikopat, atau tukang begal?
Ah, ganteng maksimal gini wajahnya, masa tukang begal sih. Tapi ngapain dia ngikutin gua? Jangan-jangan dia fans fanatiknya Hendrierz (ngarep gilak hahaha)
"Ya udah, jangan begong... Ayok pulang, gua yang bawain belanjaan lo ya. Lo tunjukin gua jalannya," katanya sambil berlalu menuju mobilnya.
Gua gak bisa berkutik.
Akhirnya gua nurut buat mengikuti rencananya si Arya, orang yang gak sampai 10 menit gua kenal.
Ketika sampai di depan pagar kosan, gua segera memberikan isyarat agar si Arya menghentikan mobilnya.
Si Arya keluar dari mobil sambil membawa dua kantong belanjaan dengan senyum lebar, "ohhh... Ini rupanya kosan lo."
Ini cowok kenapa sih? Gilak kah? Desperate kah?
"Kapan-kapan gua mampir yak," katanya sambil menatap lekat mata gua kemudian memberikan dua kantong besar belanjaan gua.
"Eh, makasih ya mas..." kata gua ke Arya.
"Panggil gua Arya aja, besok gua mampir ya. Awas kalau lo gak ada hahaha," ancamnya ke gua dengan nada becanda. Dia tersenyum, kemudian masuk ke dalam mobilnya. "Gua pulang ya," katanya sebelum melajukan mobilnya di jalan.
Gua diam... Astagah, mimpi apaan gua barusan? Rasanya belum sampai sejam gua kenal dia, kenapa berasa gini ya. Seperti ada sesuatu yang berdesir di jantung gua. Menyala-nyala...
-Namanya Arya. Wajahnya ganteng, putih, bibirnya tipis, ada brewok tipis tumbuh di wajahnya, dan dia selalu tersenyum.
***
Ketika malam disisir oleh sang mentari, kilauan cahaya memasuki setiap bagian dari kamar gua. Hari itu gua memulai semuanya... Sampai-sampai gua gak bisa lupa kejadian di hari itu, tanggal 12 januari.
"Eh, Hen... Lo jam berapa masuk kuliah?" seseorang bertanya ketika gua keluar dari kamar kos. Gua melirik kearahnya. Kalau tidak salah namanya Yusuf, anak kos baru juga di sini, sama seperti gua.
"Masuk pagi, soalnya kan penutupan MOS kelompok gua pagi ini... Elo?" gua bertanya basa-basi.
"Gua sore si hehe... Makanya masih acak amburadul gini keadaan gua haha." Jelas si Yusuf yang memang agak terlihat acak-acakan karena baru bangun pagi.
"Ya udah, gua pergi dulu ya bro..."
"Sipp... Nanti kalau pulang gua nitip nasi bungkus ya. Entar gua bayar kok hehehe." Kata si Yusuf sambil nyengir konyol.
Dasar, ada udang di balik batu ternyata haha, "Dasar lo, ada maunya ternyata nyapa gua pagi-pagi haha."
"Hehehe, ya Hen... Please." katanya memohon. Ahh... Genduruwo ini anak, emang dasarnya mau nitip ternyata.
"Okelah," jawab gua sebelum keluar dari kosan, si Yusuf makin tambah lebar nyengir konyol ke gua. Dasar itu anak, ada-ada aja.
Ketika gua keluar, seseorang tiba-tiba muncul sambil tersenyum ramah dihadapan gua. Hampir saja gua menabrak orang ini.
Eh? Dia kan?
"Udah siap, Hendri Setiawan?" tanyanya ramah. Matanya berwarna biru kelautan. Tatapannya tajam dan menenangkan, seakan dengan menatap matanya saja sudah bisa membuat perasaan seseorang tersisir oleh rasa nyaman dan hangat.
Setelah gua ingat-ingat lagi, perasaan tadi malam matanya tidak sebiru ini deh. Apa mungkin karena minimnya cahaya tadi malam ya?
"Hey??"
Tiba-tiba gua tersadar, "Eh, Hen... Panggil gua Hen aja." jawab gua spontan.
"Ayok... Bareng gua ya, Hendri Setiawan." katanya seperti tidak memperdulikan perkataan gua barusan. Si Arya menarik paksa tangan gua menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan kosan.
"Gua bisa pake-"
Lagi-lagi gua belum sempat menyelesaikan kalimat gua. "Udah masuk aja ke mobil, kita bareng." katanya seperti tidak sabaran menyuruh gua masuk.
Dan sekali lagi... Gua gak bisa berkutik, gua hanya bisa nurut dengan si Arya. Gua masuk kedalam mobil.
"Hendri Setiawan, lo mau sarapan dulu atau apa?" tanyanya ke gua, bibirnya membentuk senyum manis.
Ahh... Kenapa harus manggil pake nama panjang gua sih ini orang, "Hen... Panggil gua Hen aja."
"Oke, kita sarapan berarti..." kata si Arya seolah tidak memperhatikan perkataan gua.
Ini anak desperate kayaknya emang, yakin gua... Pasti deperate, frustasi, atau apalah.
"Lo udah lama ngekos di sana, Hendri Setiawan?" tanyanya santai. Susah ngasih tau orang frustasi beginian ternyata -,-
"Gak, baru-baru aja kok."
"Ohh... nyokap lo gimana kabarnya?" tanya si Arya yang sukses bikin gua mengernyitkan dahi.
Ngapain dia nanya tentang keadaan nyokap gua?
"Maksud lo? Gua gak ngerti..."
Dia ketawa, tersenyum lebar kearah gua. Wahh... Asli nih, desperate frustasi ini anak. "Gua Arya," katanya seolah gua gak kenal sama dia.
"Lah? Emang elo Arya kan," gua makin dibuatnya bingung.
"Arya Aldo anatama, lo masih inget gak?" dia tersenyum gaje. Semakin gila si Arya senyum-senyum gaje kearah gua, dan gua semakin frustasi kebingungan di buatnya.
Tiba-tiba tangan kanan si Arya menggetok kepala gua, sambil tersenyum lalu bilang, "Sama abang kesayangan udah lupa ternyata. Katanya janji sehidup semati," gua makin bingung melihat tatapan matanya yang terlihat bagitu bahagia setelah suskses menggetok kepala gua. Sialan banget kan yak? -,-
Tiba-tiba gua teringat seseorang yang istimewa dimasa lalu, teringat seseorang yang sering melakukan hal itu ke gua. Bayangan visual wajahnya semakin jelas, apakah dia? Dia? Cinta pertama gua dulu? Masa sih? Dia-
Bersambung...
Bagian dua akan berlanjut dengan judul : Flashback with my Flashlight.
Nb : Cerita ini mau aku posting ke blog ku, jadi sebelum aku posting kasih kritiknya, ada typo atau alurnya kecepatan atau gimana biar aku perbaiki... Sebelumnya makasih yg udah baca hehe
makasih juga sebelumnya yang mau bersedia ngoreksi cerita ku ini
Comments
@Silverliningggg haha gak bakal gantung kok, pasti bagus endingnya haha
- @silverliningggg
- @Agova
- @hon3y
- @lulu_75
- @opatampan
"Bang A'ar?" Nama itu keluar begitu saja dari bibir gua. Antara ragu dan cemas gua memandang lelaki dihadapan gua ini, wajahnya tersenyum simpul.
"Iya," Jawabnya singkat.
Gua diam, gua memandang wajahnya selama beberapa detik. Wajahnya masih saja tersenyum simpul, tapi fokusnya ke jalan raya tidak berkurang sedikitpun. Dia menyetir di samping gua? Mungkin kah? Kenapa gua gak sadar?
Nafas gua mulai tidak beraturan saat gua memandang wajahnya kembali. Gua memandangnya lekat-lekat, dan pada titiknya gua menemukan sesuatu yang gua ragukan beberapa detik yang lalu telah hilang. Ya... Dia orangnya.
"Gua mau turun..." sekali lagi, spontan gua begitu cepat, malah lebih cepat dari emosi gua yang sekarang sudah mulai menguap. Membayangkan masa-masa itu rasanya gua ingin muak.
"Hen... Lo kenapa sih?"
Kenapa? Dia begok atau apaan?
"Kenapa?" gua langsung tersenyum ironis.
Ada hening selama beberapa saat, sebelum Arya menghentikan mobilnya di pinggir jalan raya.
"Please, gua minta maaf... Saat itu gua khilaf. Gua gak maksud apa-apa waktu itu..."
Kata-katanya barusan sukses membuat gua semakin jelas membayangkan masa-masa itu kembali.
"Khilaf?" gua menatapnya seakan dia gak punya malu. "Think about it!"
Gua keluar dari mobilnya, membawa seberkas emosi yang gua rasa kembali menyala setelah sekian tahun. Arya, dia hanya diam mematung membiarkan gua berlalu dari hadapannya.
Baguslah, batin gua sambil menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya. Apa-apaan ini!!
Gua berhenti dipinggir jalan, lalu menyetop taksi kemudian menaikinya.
"Kemana mas?" tanya si supir taksi saat gua udah masuk.
"Ke...." gua diam. Seakan teringat dengan sesuatu "Sialan!" tas gua ketinggalan di dalam mobilnya Arya.
"Eh?" si supir taksi kelihatan agak kaget.
Gua jadi bingung mau ngomong apa tadi, "Anu... Ke universitas xxxx, pak."
Si supir taksi mengangguk, tanda mengerti.
15 menit kemudian gua sudah sampai. Gua keluar dari dalam taksi. Lalu membayar si supir taksi.
"Makasih," kata gua sebelum itu supir berlalu.
"Iya," katanya tersenyum manis lalu berlalu dari hadapan gua.
Gua melihat kesekeliling halaman kampus, menarik nafas.... Tiba-tiba saja gua di kagetkan dengan wujud seseorang yang sudah berada di samping gua. Jaraknya begitu dekat sehingga gua hampir menciumnya.
"Lo..." gua menatapnya gak habis pikir.
Gua langsung saja melenggangkan langkah meninggalkan si Arya yang ternyata mengikuti gua dari tadi.
***
Hari ini acara penutupan MOS dilaksanakan dengan pembacaan pidato-pidato singkat dan pengucapan-pengucapan maaf dari masing-masing panitia, termasuk Arya, wekk... Saat acara sudah berakhir, gua segera keluar dari area kampus menuju jalan raya.
Belum sempat gua menyetop taksi, eh si genderuwo edan ini udah duluan berhenti tepat di hadapan gua dengan mobilnya.
"Ogah!" kata gua sebelum si Arya sempat bicara dari jendela mobilnya.
Dia ketawa ngakak, "eh? Ogah kenapa nih?" tanya si Arya konyol.
Lucunya dimana sih?
"Ogah gua ikut sama lo," gua mempertegas kata-kata gua.
Eh? Tapi apa bener dia mau ngajak gua pulang? Ahh... Masa bodo.
"Eh? Padahal gua cuma pengen ngasih ini doang kok." si Arya menenteng tas gua dari dalam kaca jendelanya, "dan ini..." katanya mengeluarkan sesuatu dari dalam tas gua.
Sialan! "Eh Hp gua mau lo apain!?" gua hendak meraih Hp gua, tapi keburu di jauhkan oleh Arya.
"Mau? ambil sendiri kedalam..." katanya acuh sambil mengstarter mobilnya.
Arghhhhhhhh.... Geram gua dengan orang ini. "Lo..." gua menatap tajam matanya si Arya yang berbinar-binar kebiruan itu.
Antara ragu dan yakin, gua terpaksa masuk kedalam mobilnya si Arya, yang secara bersamaan membuat senyum si Arya semakin mengambang.
"Sini hp gua?!" sengak gua ke Arya.
"Ntuhh... Ambil." katanya seolah tanpa dosa.
Dasar emang genderuwo, ya gini nih... Eit? Mobilnya jalan?
"Lo... Turunin gua sekarang," pinta gua dengan tegas, namun gak di hiraukannya sama sekali.
"Lo kalau gak nurunin gua sekarang, gua timpuk ampe meninggal lo!!" cerca gua emosi. Bukannya takut atau apa, cercaan gua malah dibalas dengan senyuman lebar oleh si Arya. Gilak ini anak.
"Timpuk aja, kalau lo pengen kita mati berdua," katanya santai. "Eh tapi gak apa deh kalau matinya sama elo, hehe." dia malah cengengesan.
Erghhhhh... Selama sekian tahun, sekarang dia malah cengengesan gak jelas bak makhluk lugu tanpa dosa yang entah dari alam mana asalnya.
Bersambung hehe
Nb : Maaf nih kalau ceritanya gak bagus, kayaknya gak jadi ku posting di blog deh. Soalnya ceritanya kurang bagus, jadi mau nulis-nulis sembarang aja dulu hehe..kalau mau baca ya baca... Kalau enggak, ya gak usah baca .