BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Don't Go Breaking My Heart

"Kapan nikah?", Tante Moer bertanya pada Mas Kunto, kakakku. Mas Kunto hanya tersenyum. Aku meraih tangan Tante Moer.
"Sugeng riyadi, Tante.", aku mencium tangannya. Tante Moer mengelus rambutku.
"Kowe kapan, Le?", Tante Moer ganti bertanya kepadaku.
"Nanti, kalau udah cukup buat ke Belanda.", aku tertawa.
" Lha, kui sing sopo jenenge?", Tante Moer menaruh telunjuknya di dahi. Siapa?
"Agastya!", Ia menjentikkan jarinya.
Aku tersenyum.
"Udah enggak, Tante."
"Ealah, sabar yo Le. Tante yakin, masih kalau Agastya itu ditakdirkan buat kamu.", Tante Moer bangkit dari sofanya. "Kunto, ini Tante masak ceker kesukaan kamu."
Mas Kunto mengikuti Tante Moer kearah meja makan. Aku mengedarkan pandangan. Tante Moer adalah adik ibuku satu-satunya. Setelah ibu tiada, beliau menggantikan posisi ibu bagiku dan Mas Kunto. Pakde Moer sudah tiada dan Mbak Agni, anak satu-satunya Pakde dan Tante Moer pindah ke Bandung bersama suaminya.
Seperti biasa, Tante Moer adalah tujuan utama untuk berkumpul dari keluarga ibuku. Di sofa pojok sana, keponakanku sedang asyik menonton Disney Channel. Sementara bude-budeku yang lain masih asyik mengobrol di teras belakang.
Aku mengambil rokok dari dalam tasku. Berjalan menuju teras belakang, dan menyulut rokok mentholku dipojokan. Bude-budeku menggelengkan kepala melihatku.
"Bocah kok orak ngertinan to yo.", celetuk Bude Sri, salah satu saudaraku. Typical ibu-ibu rumpi masa kini.
"Boleh pinjem lighter?", seseorang berdiri di sampingku. Asing.
"Arya.", ucapnya. Aku masih menautkan alis. Arya mengambil lighterku, menyulut rokok mildnya.
"Udah asem nih. Daritadi ngga ada yang ngerokok.", Arya menghembuskan asap.
"Cuek aja.", ucapku.
"Aku berusaha ngikutin aja sih. Sudah lama juga ngga pernah kumpul kaya gini."
"Ya, aku baru melihatmu."
"Aku baru pulang dari Chicago bulan lalu."
"Cool."
"Aku anaknya Pakde Moer yang pertama."
"Hah?"
"Anak mupu."
"Oh."
"Dari dulu sudah di States. Hanya pulang ketika Pakde seda."
"I see. Gotta go ya Mas.", aku memberi kode kepada Arya. Lontong opor memanggil. Dan ini lebih penting dari kejutan Arya.
*
"Last flight dari Semarang ya Mas. Oke. Oke. Iya langsung issued aja. Iya, biasa Bapak ya. Iya, mintain special request dong. Iya, masukin sekalian GFF. Ih, yaudah aku email. Tak tunggu ya Mas. Bye.", aku mengakhiri pembicaraan dengan bagian travel management, Mas Okta.
"Udah di booked?", Pak Wirawan muncul dari pintu. Aku mengangguk.
"Sudah pak."
"Baca BBM.", ia masuk kembali ke ruangannya.


Wirawan Santosa: "Kamu flight jam berapa? Ngga bisa bareng apa?"
Me: "Beres meeting langsung pulang. Kan kamu mau ketemu anak anak?"
Wirawan Santosa: "Anak anak lagi di Bali sama nyonya."
Me: "Mau dibookingin ke Bali?"
Wirawan Santosa: "Ngambek?"
Me: "Nggak."
Wirawan Santosa: "Lunch di Salt Grill ya."
Me: "Nyogok."
Wirawan Santosa: "Aku udah booking kamar di Keraton."
Me: "Buat?"
Wirawan Santosa: "Kita. Aku capek."
Me: "Hm.. Aku masih punya utang excel ke Distribution."
Wirawan Santosa: "You are my PA and I am your boss."
Me: "Not my master?"
Wirawan Santosa: "Masih aku simpen nih borgolnya. Kamu mau lagi my nughty slave?"
Me: "Alah, paling juga kamu yang nyerah duluan. Udah ah."
Wirawan Santosa: "See you at Salt Grill. Use Iwan or Budi, I'll go by my car."


Aku menyimpan handphoneku kembali. Apa? Iya. Bossku ada affair denganku. Denganku, satu satunya personal assistant berjenis kelamin laki-laki di kantor ini. Actually, he was my boyfriend. And then, we are reconnect when I work in his company. Wirawan Santosa, sosoknya persis dengan Mr. Big di Sex and the City.


Aku keluar dari kamar mandi. Handuk masih membalut pinggangku. Ia meraih tubuhku, mendaratkan bibirnya di dadaku.
"Kurang? Abis dapet kiriman viagra?", tanyaku.
"Percuma tadi aku pesen kambing.", ia memainkan putingku. Aku mengecup bibirnya, melonggarkan kemejanya.
"Sate kambing tinggal pesen ke Tono juga bisa.", aku membuka kancing kemejanya satu persatu.
"Udah ah, lagi ya?", ia tersenyum mesum. Dibukanya kemeja dan celana dalamnya. Menyibak handukku dan langsung mengarahkan bibirnya ke dadaku lagi. Aku hanya menikmati sambil memandang langit Jakarta sore ini.
*

Comments

Sign In or Register to comment.