It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Tp titip mention ya @kaito_kid
Mention: @lulu_75 @gilang22 @Sicilienne @Daser
ask: kalau mau buka boyzforum, di laptop gimana caranya, ane pake chrome ama hotspot shield masih aja gak bisa hehe
Senin Pagi …
“Lan, lan, bangun woi, lu kenapa?” Rizki membangunkanku dengan
muka yang agak sedikit shock.
Pas aku masih setengah sadar aku duduk dan “SH*T” teriakku dalam
hati, Kepala pusing dan dari hidungku mimisan yang darahnya udah
netes kemana-mana.
“Lan, lu gak kenapa napa kan? Mau gue anter ke dokter?” rizki dengan
muka panik. takut aku kenapa-napa.
“ gak apa-apa ki, ini aku belum biasa aja tinggal di bandung, masih
penyesuaian sama daerah sini, nanti juga bakalan biasa lagi qo”
usahaku menenangkan rizki biar gak makin panik.
Dylan, itu namaku, saat ini mulai berkuliah di kampus teknik terbaik se-
bandung (“soalnya ada lagi yang terbaik se-nasional”, lawakan garing
XD) . karena aku bukan asli bandung jadi tahun pertama aku tinggal di
asrama mahasiswa yang menurutku “horror”, karena yang aku ingat
sebelum aku mimisan, malem pertama itu aku “digodain” sama
penunggu sana. Ya, aku memang punya sedikit kelebihan dibidang
“sense” tentang hal itu, yang kadang membantu kadang mengganggu
juga haha. Dan rikzi adalah teman kamar pertamaku selama di
bandung, dia anak gaul Jakarta turunan Surabaya, jadi bahasanya lo
gue dengan ada nada sedikit medok jadi terdengar lucu.
Hari itu, dengan segala hiruk pikuk, banyak mahasiswa baru yang
masih polos mengenakan atribut-atribut lucu mengikuti orientasi awal
kampus, kami diajak mengelilingi banyak tempat, dan aku mulai
menyukai kampus tercinta ini. Disini juga aku mulai mengenal banyak
teman-teman baru, dari berbagai fakultas dengan nasib yang sama
belum mengenal banyak orang, kami berusaha untuk berkenalan satu
sama lain. Sampai akhirnya saya pun berkenalan dengan “Kevin”
sesosok pria ramah yang cukup tampan dengan mata sipit yang kalau
tertawa matanya langsung ilang. Dia juga merupakan teman satu
fakultasku. Kami mengobrol banyak hal karena kita punya minat sama
tentang psikologi.
“Lan, gak nyangka kamu suka psikologi juga, kenapa kamu gak masuk
psikologi aja malah masuk kampus ini?” senyum kevin sambil sedikit
nyindir.
“Lah, kamu juga ngapain masuk sini? Kalau aku sih emang nyasar
keterimanya disini. Hahaha” balasku dengan tertawaan.
Dengan cepat kami pun menjadi akrab, tanpa merasa aneh dengan
apapun yang terjadi, kami menikmati hari pertama ini.
Ya, hari pertama harus selalu dinikmati bukan ….
Bandung, 23 Agustus 2010
Hari pertama
Senin Minggu Depannya …
“Lan, ini kalkulus gimana? Si pak Tedi ngajarnya epik banget” Senyum
manis kevin dengan matanya yang hilang.
“Lah, aku juga sama kagak ngerti, dosennya professor sih wajar aja,
otak kita gak ada yang nyampe” jawabku kemudian diiringi tawa dari
kami berdua.
Semenjak orientasi awal kampus, aku dan kevin menjadi sangat dekat
ditambah ternyata kita terus-terusan 1 kelas di tiap mata kuliah. Kita
selalu menganggap kita ini jodoh, karena terus bersama-sama. Lucu
memang kevin, dengan senyumnya yang manis dan sikapnya yang baik
dan sangat supel, kadang wajar aja banyak cewek yang langsung
pengen kenalan sama dia, yang kalau dibanding denganku yang
pendiam dan terkesan jutek (padahal aslinya baik :v).
“Lan, entar malem temenin aku makan malam lah, ntar aku anterin
balik ke asrama, aku lagi pengen makan ramen yang disimpang nih,
ayolah ntar aku traktir deh beneran. Please.. “ dengan muka sok imut
sambil memelas penuh harap.
“ Beneran nih, aku ditraktir. Ya mahasiswa kalau gratis apa sih yang
enggak? Haha” sambil jitak kepalanya. “dasar anak aneh” (gumam
dalam hati.
Malam itupun kami berdua, makan ramen berdua sambil mengobrol
dari urusan politik, ngomongi n dosen sampai nandain cewek-cewek
cantik dikelas yang bisa dijadiin gebetan. Waktu sudah menunjukan
pukul 9 malam, diapun mengantarku dengan motornya ke asrama.
“ Vin, makasih bangetlah traktirannya. Enak banget ramennya, enak
soalnya kamu yang traktir. Besok mau traktir lagi gak?” godaku pada
kevin.
“Bang*at, bisa miskin aku kalau tiap hari nraktir kamu, sekali kali
gantianlah, aku juga kan pengen ditraktir” balasnya dengan muka
kesal.
Kamipun tertawa, diapun pulang ke kosannya. Dan akupun kembali
kekamarku untuk beristirahat dengan tenang, karena perut sudah terisi.
Terkadang yang membuat kita nyaman tuh selain faktor tempat, faktor
teman yang selalu menemani juga meningkatkan “rasa” nyaman kita
terhadap sebuah tempat.
Teman, ya teman percayalah temanmu adalah dirimu.
Bandung, 30 Agustus 2010
Lapar jadi kenyang