BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com
Howdy, Stranger!
It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Quick Links
Categories
- 31.1K All Categories
- 24.4K BoyzLife!
- 5.5K BoyzStyle
- 1.9K BoyzStories
- 5K BoyzLove
- 5.9K BoyzRoom
- 2 *Members Only!
- 1 BoyzAlbum*
- 1 BoyzChat*
- 12.8K BoyzConnect!
- 6K Jabodetabek
- 3.9K Jawa
- 2.5K Nusantara
- 451 International
- 291 BoyzForum Info
- 8 Apa Itu BoyzForum?
Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.
Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.
Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.
Tolong, Ngaca.
Gue bakal ngebahas, kenapa kadang LGBT itu sendiri pantas buat dipandang sebelah mata, bukan hanya karena agama.
Lo ngerasa malu melabeli diri sendiri sebagai gay? Karena banyak orang-orang yang memandang sebelah mata ataupun menghujat? Karena hal itu adalah tabu, khususnya di Indonesia? Pernah mikir gak kalo pandangan orang yang buruk tentang LGBT bisa aja karena kelakuan orang-orang di dalamnya sendiri?
Tolong, ngaca.
WARNING : tulisan ini hanya berupa opini asal penulis (yang pengalaman dalam dunia LGBT nya sangat minim), mungkin akan ditemukan perbedaan pendapat dengan pembaca, dan mungkin akan menyesatkan sehingga tidak bisa dijadikan acuan dalam menjalani hidup. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyinggung suatu pihak, dan merupakan tulisan asal semata.
(Tulisan ini lahir dari beberapa kegerahan gue, dan pandangan subyektif gue, inget, subyektif)
Menjadi seorang LGBT, khususnya di Indonesia, jelas bukanlah hal yang mudah. Indonesia itu negara yang berlandaskan ketuhanan, beda dengan negara barat yang berlandaskan asas kebebasan. Tapi kali ini, gue bukan mau ngebahas susahnya menjadi LGBT di Indonesia karena agama.
Gue gak mau ngebahas agama, karena udah stuck ga bisa kemana-mana kalo bawa agama. Jadi, sebelum baca, tolong bayangin kita berada di suatu negara tanpa intervensi agama terhdap LGBT. Gue bakal ngebahas, kenapa kadang LGBT itu sendiri pantas buat dihujat, bukan hanya karena agama.
(Gue tau gak semuanya kayak gini, tapi ini cuma sampel)
Perilaku Seksual
Masyarakat cenderung menghubungkan LGBT dengan perilaku seks bebas dan selalu mengarah ke seks (ya, straight pun melakukan seks bebas, tapi gue ga bakal bahas). Biasanya, perkenalan akan di awali dengan pertanyaan 'BOT/TOP' . Kalo dari awal aja udah ga sesuai, perkenalan bisa gak lanjut. Gak mau repot-repot buat kenalan dulu lebih jauh, dari pertanyaan itu aja udah bisa menentukan jalannya perkenalan.
Menurut gue itu sangat-sangat hebat. Gak usah pusing-pusing buat kenalan lebih lanjut, tinggal tanya top or bot, kalo ga sesuai maka udah pasti ga bakal cocok. Banyak yang berdalih "itukan bukan cuma posisi pas having sex doang, bisa sifat sama kelakuan." , ya, mungkin bukan. Tapi kalo gitu, kenapa pertanyaannya adalah "ATAS dan BAWAH" ?
Kenapa pertanyaannya bukan "Apakah lo keras kepala? Apakah lo pendiem? Apakah lo easy going? Apakah lo introvert? Apakah lo ekstrovert? Apakah lo bertanggung jawab? Apakah lo serius? Apakah lo suka bercanda?" Banyak pertanyaan lain yang bisa dikeluarkan, selain top or bot.
Gimana orang kebanyakan ga jijik? Gue aja gerah.
Tertindas, Tapi Suka Menindas
Sebagai LGBT di Indonesia, yang merupakan minoritas, sudah menjadi hukum tak tertulis kalau nasibnya adalah untuk tertindas oleh kaum mayoritas. Tapi bahkan, di dalem LGBT itu sendiri masih ada aja golongan yang suka menindas.
Kalo ngeliat orang yang feminin (atau bahasa kasarnya, ngondek) otomatis langsung dipandang sebelah mata. Kalo ngeliat orang yang fisiknya kurang, entah pendek, entah perut gak six pack, entah ga sesuai sama standar subyektif, langsung di pandang sebelah mata. Kalo liat latar belakangnya, lahir di desa lah, atau kemampuan ekonominya menengah ke bawah lah, langsung di pandang sebelah mata.
We are on the same boat! Gimana mau berharap supaya ga ditindas sama mayoritas, kalo diri sendiri aja sebagai minoritas masih suka menindas beberapa tipe orang, yang akhirnya menjadi minoritas dalam minoritas?
Tolong, ngaca.
Masih banyak sebenernya kelakuan-kelakuan yang bikin gue sendiri gerah tapi males nulisnya, dan gue jadi malu menjadi LGBT bukan karena orang lain, tapi karena orang-orang dalam LGBT itu sendiri yang kelakuannya sering bikin pusing.
Gue sendiri tau, gue juga masih punya banyak kekurangan. Tapi gue nyoba ngaca. Sekarang, lu udah ngaca belum?
Warning : tulisan ini dibuat untuk hiburan semata, jangan dianggap serius lah.
Lo ngerasa malu melabeli diri sendiri sebagai gay? Karena banyak orang-orang yang memandang sebelah mata ataupun menghujat? Karena hal itu adalah tabu, khususnya di Indonesia? Pernah mikir gak kalo pandangan orang yang buruk tentang LGBT bisa aja karena kelakuan orang-orang di dalamnya sendiri?
Tolong, ngaca.
WARNING : tulisan ini hanya berupa opini asal penulis (yang pengalaman dalam dunia LGBT nya sangat minim), mungkin akan ditemukan perbedaan pendapat dengan pembaca, dan mungkin akan menyesatkan sehingga tidak bisa dijadikan acuan dalam menjalani hidup. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyinggung suatu pihak, dan merupakan tulisan asal semata.
(Tulisan ini lahir dari beberapa kegerahan gue, dan pandangan subyektif gue, inget, subyektif)
Menjadi seorang LGBT, khususnya di Indonesia, jelas bukanlah hal yang mudah. Indonesia itu negara yang berlandaskan ketuhanan, beda dengan negara barat yang berlandaskan asas kebebasan. Tapi kali ini, gue bukan mau ngebahas susahnya menjadi LGBT di Indonesia karena agama.
Gue gak mau ngebahas agama, karena udah stuck ga bisa kemana-mana kalo bawa agama. Jadi, sebelum baca, tolong bayangin kita berada di suatu negara tanpa intervensi agama terhdap LGBT. Gue bakal ngebahas, kenapa kadang LGBT itu sendiri pantas buat dihujat, bukan hanya karena agama.
(Gue tau gak semuanya kayak gini, tapi ini cuma sampel)
Perilaku Seksual
Masyarakat cenderung menghubungkan LGBT dengan perilaku seks bebas dan selalu mengarah ke seks (ya, straight pun melakukan seks bebas, tapi gue ga bakal bahas). Biasanya, perkenalan akan di awali dengan pertanyaan 'BOT/TOP' . Kalo dari awal aja udah ga sesuai, perkenalan bisa gak lanjut. Gak mau repot-repot buat kenalan dulu lebih jauh, dari pertanyaan itu aja udah bisa menentukan jalannya perkenalan.
Menurut gue itu sangat-sangat hebat. Gak usah pusing-pusing buat kenalan lebih lanjut, tinggal tanya top or bot, kalo ga sesuai maka udah pasti ga bakal cocok. Banyak yang berdalih "itukan bukan cuma posisi pas having sex doang, bisa sifat sama kelakuan." , ya, mungkin bukan. Tapi kalo gitu, kenapa pertanyaannya adalah "ATAS dan BAWAH" ?
Kenapa pertanyaannya bukan "Apakah lo keras kepala? Apakah lo pendiem? Apakah lo easy going? Apakah lo introvert? Apakah lo ekstrovert? Apakah lo bertanggung jawab? Apakah lo serius? Apakah lo suka bercanda?" Banyak pertanyaan lain yang bisa dikeluarkan, selain top or bot.
Gimana orang kebanyakan ga jijik? Gue aja gerah.
Tertindas, Tapi Suka Menindas
Sebagai LGBT di Indonesia, yang merupakan minoritas, sudah menjadi hukum tak tertulis kalau nasibnya adalah untuk tertindas oleh kaum mayoritas. Tapi bahkan, di dalem LGBT itu sendiri masih ada aja golongan yang suka menindas.
Kalo ngeliat orang yang feminin (atau bahasa kasarnya, ngondek) otomatis langsung dipandang sebelah mata. Kalo ngeliat orang yang fisiknya kurang, entah pendek, entah perut gak six pack, entah ga sesuai sama standar subyektif, langsung di pandang sebelah mata. Kalo liat latar belakangnya, lahir di desa lah, atau kemampuan ekonominya menengah ke bawah lah, langsung di pandang sebelah mata.
We are on the same boat! Gimana mau berharap supaya ga ditindas sama mayoritas, kalo diri sendiri aja sebagai minoritas masih suka menindas beberapa tipe orang, yang akhirnya menjadi minoritas dalam minoritas?
Tolong, ngaca.
Masih banyak sebenernya kelakuan-kelakuan yang bikin gue sendiri gerah tapi males nulisnya, dan gue jadi malu menjadi LGBT bukan karena orang lain, tapi karena orang-orang dalam LGBT itu sendiri yang kelakuannya sering bikin pusing.
Gue sendiri tau, gue juga masih punya banyak kekurangan. Tapi gue nyoba ngaca. Sekarang, lu udah ngaca belum?
Warning : tulisan ini dibuat untuk hiburan semata, jangan dianggap serius lah.
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
utk berhenti kenalan
lewat internet & aplikasi chat dating.
utk jalanin hidup sendiri
tenang, damai, ga mumet, ga ribet…
nikmatnya berhenti ngejar2 cowo itu
bikin gw berasa bebas
tanpa tanggungan
it's okeh, ga masalah.
bukan prioritas,
bukan maksain kehendak juga.
gaya kamu ngondek, terserah…
kerjamu mijet esek-esek, bukan urusan gw…
yg ngasih kontrol hidup gw adalah
diri gw sendiri.
jadi,
terserah gw daaaahh~~
crott!
omg ini hiburan semata padahal awal awal dah nampak serius. Untung gak aku baca.
i second this.
alhamdulilah, ternyata ada yg pengalamannya lebih sedikit dari aku .-. gak semua gay kek gitu. pengalaman kau emang kurang
Ak ngrti yg km ngomongin n stju to some some degree. Tp jgn asumsi semua gays ky gt ya.
.
bener juga apa yang Bro-nya bilang. kita harus NGACA juga, orang lain bisa mandang kaum kita negatif itu pasti ada sebabnyakan. terlepas dari agama. yang muncul di masyarakat-kan prilaku gay itu gak jauh2 dari sex bebas bahkan ampe tindak kriminal.
.
nah, kalo masalahnya udah jelas kenapa kita dipandang negatif oleh masyarakat, itu tugas kita lagi buat ngilangin Stereotype itu. gak usah ngurus orang lain dulu dimulai dari diri sendir aja. kita dah sama2 tau mana yg baik dan enggak kan. kadi tinggal pilih mau jadi bagian yang mana.
.
ok, saya minta maaf kalo opini ini salah atau menyinggung, bisa kalian luruskan jika opininya salah. terimakasih
*anehnya kl ini hiburan knp gw ga merasa terhibur*