It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku hanya ingin hidup normal, hei semua tahukan apa itu hidup normal? Aku bukan penjahat bukan di kehidupanku yang lalu hingga aku harus mendapatkan balasan di kehidupanku yang sekarang.
Tidak, lagi-lagi aku berburuk sangka. Isshhh siapa yang membuatku menderita seperti ini, aku kutuk kalian wahai iblis karena telah berhasil membuat orang tuaku bercerai dengan akhir miris yang aku alami, terdampar di kota dengan suhu terendah bahkan mataharipun enggan memberikan cahaya di kota ini.
Aku kembali melangkah setelah lebih dulu menendang pohon tak bersalah, yang membuat kakiku berakhir dengan nyeri. Sial, sungguh sialan.
Sampai di sekolah baru, bukannya mendapatkan sambutan ceria malah di berikan tatapan horor dari semua kulit pucat itu. Apa ini kota vampir, kenapa mereka semua pucat-pucat seperti mayat hidup.
Bunuh aku sekarang, bunuh saja.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Ucap sebuah suara membuat aku menghentikan frustasi yang tengah menghinggap di hati kecilku.
Aku berbalik menatap seorang pemuda yang usianya mungkin sama denganku tapi tetap saja kulit pucat dengan wajah suram itu menghantuiku. Sebenarnya kemana mama mengajakku menghilang?
"hmm" Aku berdehem mencoba menghilangkan kegugupan "saya murid baru.."
"Aha.. anda Rumi anak Ipa1? Benarkan?" dia tersenyum dengan manis membuat kesan dinginnya hilang begitu saja.
Aku mengangguk pelan.
"Ayo! kuantar kau kawan" Ucapnya langsung menggandeng tanganku dan senyum yang terus terkembang.
Ckck aku tak habis pikir dengan perubahan kilatnya.
"Ini kelasmu" Ucapnya dengan nada ceria yang tak di buat-buat.
"terimakasih" Ucapku berlalu meninggalkannya masuk kekelas dan dia hanya mengangguk.
"Anda Mr.Rumi?" Tanya seseorang yang ku yakin adalah guru di sini. Aku mengangguk dan pria itu tersenyum.
"Saya guru anda di sini dan silahkan ambil tempat duduk tepat di sebelah kanan meja ketiga" Aku menatap kearah meja yang di tunjuk dan Horor langsung menggerogotiku. Mata biru lautnya sungguh indah namun seakan menyimpan seribu kepahitan.
Dengan kaku aku berjalan mendekat ke mejanya dan langsung menghempaskan bokong sexyku. Dia diam saja dan aku cukup tak peduli.
Dia tampan bahkan mungkin sangat. Dan Wow tidak ada sesi pengenalan dalam kelas ini itu cukup membuatku merasa beruntung..
*'
@SteveAnggara
@lulu_75
@nakashima
@Andre_patiatama
@hendra_bastian
@akina_kenji
@harya_kei
@NanNan
@boy
@BangBeki
@arieat
@Asu123456
@boybrownis
@DM_0607
@littlemark04
@dimasalf9
@freeefujoushi
@4ndho
@jacksmile
@kristal_air
@Pradipta24
@abong
@cute_inuyasha
@Aurora_69
@JimaeVian_Fujo
@panji
@Hiruma
@ArDewa
@wita
@Rifal_RMR
@zakrie
@happyday
@aasiam
@Adra_84
Jangan marah karena aku mention kalian or something and Wow aku juga tak tahu kenapa malah nyebar mention sama cerita se absurd ini. Ini benar" cerita paling ancur yg aku bikin selain Cinta. Btw please kasih aku saran atu sejenisnya. Apa cerita ini layak aku lanjutkan atau aku kubur aja di otakku yang kecil ini?
Thanks and bye"
Dengan susah payah akhirnya aku bisa bernafas lega karena bel tanda istirahat berbunyi dengan nayringnya dan itu cukup membuat aku terhindar dari suasana mencekam ini.
Setelah pak Filix selesai dengan bahan ajarnya dengan cepat semua anak berhambur keluar, aku yang salah atau apa dari penglihatanku mata biru laut itu terus menatap kearahku tapi saat aku berbalik menatapnnya seolah itu tak pernah terjadi dan akhirnya aku hanya geleng-geleng kepala pergi meninggalkan pemuda dingin itu.
"Hei Rumi!" Sapa seseorang membuat aku sedikit tersentak dan mendpati pemuda baik hati yang mengantarku berdiri di sana dengan seorang wanita berambut hitam legam dengan lipglos yang menghias bibirnya dan juga bagian tubuh yang cukup menggiurkan. Tapi sayang aku tak suka dengan yang berdada besar. Yes I'm Gay, Gay happy tentunya walau kadang suka miris.
"Hei juga" Balasku datar dengan senyum canggung.
"Kenalkan ini Rebeca, Temanku" Apa masalahnya sampai dia mempertegas kata teman pada suaranya. Jangan bilang dia mengira aku menyukai temannya ini. Jangan berburuk sangka Rumi.
"Rebeca"
"Rumi" Aku menjabat tangannya yang terulur. Dia tersenyum manis membuatku hanya bisa senyum seadanya kearah dia.
"Kita mau makan ke Kafetaria, kamu mau ikut?" Rebeca berucap lagi. Dahiku berkerut berpikir.
Dengan senyum antusias aku mengangguk.
@yeniariani
Mata kami bertemu, mata biru lautnya menenangkan dengan sekelumit misteri tercampur di dalamnya.
Secepat aku menatapnya maka secepat itu pula ia akan mengalihkan tatapannya. Ck sungguh dia terlalu cepat, membuat aku frustasi.
Manusia seperti apa dia, dia sungguh terlalu menarik untuk di abaikan.
"Kalian mengenalnya?" Tanyaku pada dua orang yang sedang sibuk berceloteh di depanku ini. Mereka mengerutkan alis, bingung sudah pasti.
"Siapa?" Tanya mereka serempak.
"Pemuda yang duduk seorang diri di pojok belakang aku, Pemuda dengan mata biru itu" Aku bertanya lebih jelas.
Rebeca dan Roun menengok ke balik punggung dan langsung manggut-manggut mengerti.
"Jadi?" Aku menggantungkan tanyaku, menunggu mereka menjawab.
"Dia keluarga Satan dan keluarga yang aneh" Ucap Rebeca berbisik. Aneh? Seperti apa keanehan keluarga tersebut.
"Aneh seperti apa?" Tanyaku semakin di gelut dengan rasa penasaran yang menggebu. Aku adalah orang yang penuh dengan keingintahuan dan tak kan mudah untukku menghilangkan sifatku yang satu itu.
"Bayangkan saja, tidak pernah ada yang melihatnya makan. Bahkan walau ada yang mengadakan pesta mereka tidak pernah datang dan juga setahuku tidak ada yang pernah menginjakkan kaki di rumahnya" Rebeca bercerita menggebu.
"Mereka? Yang kamu maksud mereka?"
"Dia memiliki seorang adik perempuan dengan rambut putih dan juga warna mata yang sama. Dengan orang tua yang masih lengkap" Roun kali ini angkat bicara.
"Hanya itu lalu kalian bilang dia aneh?" Aku menyepelekan, membuat dua teman baruku ini hanya geleng-geleng tidak jelas.
Ada sesuatu yang menarik ku semakin dalam ke arah pemuda itu dan sungguh aku menginginkannya.