Aku anak desa, ibuku hanya seorang buruh tani yang mengandalkan ototnya buat menafkahi aku dan adik-adik, bapak sudah lama meninggal karena sakit paru-paru yang dideritanya.
Umurku 21 tahun, aku juga buruh tani seperti ibu, sejak tamat SMP aku sudah membantu ibu disawah, memang bukan sawah kami tapi cukuplah buat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Aku mempunyai 2 orang adek. Yang pertama bernama adit, umurnya 15 tahun dan masih kelas 3 smp. Dan yg kedua tian umurnya 13 dan kelas 1 SMP.
Aku tipe orang pekerja keras dan tidak mau diam, sehari-hari aku kerja disawah tanpa kenal lelah, aku tidak mau kedua adikku hanya tamat SMP seperti aku, makanya aku menabung sedikit-sedikit buat adit masuk SMA... Kasian dia kalau tidak bisa melanjutkan sekolah. Otaknya cerdas..
Hari ini aku bekerja disawah pak tarjo, dia tetangga ku sekaligus orang yg paling dekat dengan keluarga kami.. Dia sangat empati pada kelurga kami, tiap ada kerja disawah pasti aku yg disuruh bantu dia.. Umurnya hampir sama dengan ibu dan dia punya seorang anak yg ampir seumuran denganku, namanya toni.. Berbalik nasib denganku, dia sekarang lagi kuliah dikota, aku tidak tau udah semester berapa dia sekarang, soalnya kami jaraang bicara. Dia anaknya agak pendiam, jadi aku kurang sreg berteman dengan dia.
"Rio, sini nak udah waktunya makan siang" .. Aku dengar teriakan ibu minarsih istrinya pak tarjo.
Aku meninggalkan sawah dan berlari ke pondok
"Iya bu, hehe kataku sambil agak berlari
"Cuci tangan dulu tuh disana" sambil menunjuk ember hitam kecil yg berada di ujung pondok....
"Aku segera kesana tanpa menjawab pertanyaan bu minar..
Selesai makan aku pergi sholat dan langsung melanjutkan kerja...
Comments
Tianlah yg bertugas menjaga dan merawat ayam-ayam tersebut, dia sangat senang bermain bersama ayam-ayam itu.. Bahkan dia punya panggilan buat ayam-ayam kesayangannya... Ada nakula, sadewa... Entah apalagi nama yang dikasihnya.... Aku cuma bisa tersenyum kalau dia sudah bermain sama ayam_ayam tersebut..
Walaupun aku ga bisa ngasih kemewahan sama adik-adik ku yang penting aku bisa melihat mereka tertawa dan tersenyum bahagia.. Aku ngak pernah minta yang muluk-muluk sama tuhan, aku hanya minta ibu dan kedua adikku tidak pernah bersedih dalam hidupnya,.. Karena aku begitu sangat mencintai mereka
Hari ini pak tarjo memanen sawit yang ada dibelakang rumahnya, aku sebagai tetangga juga ikut membantu mengambil sawit-sawit tersebut,.. Tapi sekarang pak tarjo ga sendirian, ada sesorang yang menemaninya..
"Eh nak rio, ga usah repot-repot nih ada toni yang ngebantu bapak" begitulah kata pak tarjo ketika dia melihatku datang
"Gpp, pak.. Aku lg suntuk dirumah ga ada kerjaan" balasku
"Yaudah, kamu duduk aja dulu, biarkan toni yang bekerja duluan..
"Iya pak"
5 menit, 10 menit, 15 menit belum ada satupun sawit yang berhasil diambil oleh toni, aku jadi ketawa sendiri melihat dia sudah bersusah payah dan berlumuran keringat tapi hasilnya nihil. Aku maklum sih sama dia, soalnya dia ga pernah kerja beginian, kalo dirumah pas libur kuliah dia hanya dirumah saja, ga ada kemana-mana.
Akhirnya aku kasian juga melihatnya, maka aku tawari bantuan
"Mau aku bantu ton" tanyaku memastikan
"Ga usah io, ini udah hampir mau jatuh kok" balasnya
"Udah, gpp.. Sini aku yang ambil, kamu ngumpulin buahnya aja" balasku
Akhirnya dia nurut juga, jadi aku yg ngambil buahnya dan dia yang ngumpulin....
'
Sejak itu aku tidak pernah jumpa lagi sama dia, entah udah balik kekota atau gimana aku juga ga tau
Jujur, aku sangat menyukai rio, bahkan perasaan ini udah aku pendam semenjak SMP, dia begitu tampan dan manis.. Tapi sayang nasibnya tidak semanis wajahnya...
Semenjak perasaan ini muncul, aku gak mau lagi berteman dengan dia, aku menutup diri kepada siapapun, aku menjadi orang yang pendiam dan suka menyendiri. Waktuku kuhabiskan dengan belajar dan belajar, sehingga aku bisa lulus diperguruan tinggi negeri di jakarta....
Walaupun aku juah dari keluarga (padahal Rio) tapi setiap malam cuma dia yang mengisi hayalan dan anganku, aku tidak bisa menghilangkan perasaan yang sudah tertanam sejak kecil ini, dia begitu istimewa dimataku, yang dia lakukan ke keluarganya membuat aku semakin yakin bahwa dia memang cinta sejatiku
Setiap pulang kampung, pasti ayah selalu cerita mengenai dia, aku dengan senang hati menjadi pendengar yang baik.. Walaupun ayah sering membanding-bandingkan aku dengan dia tapi aku ngak masalah, karena dia memang rajin dan tentu saja Tampan..
Pernah dulu aku disuruh ibu mengantar gorengan ke rumah ibu asih, .... Rumah bu asih tepat disebelah rumahku, cuma dipisahkan sama pohon rambutan dan pohon mangga,, rumahnya sangat sederhana tapi sangat bersih.. Diluar aku bertemu sama adit
"Adit ibunya ada?" Tanyaku
"Ada bang didalam"
Aku langsung masuk kedalam..dan memanggil nama bu asih... Tapi yang keluar malah rio...
"Eh toni! Ada apa? Tumben kesini?" Sapanya
Jantungku langsung berdegup sangat kencang, apalagi waktu itu dia ga pake baju, dan otot perutnya berseliweran di depanku.
Aku gugup.
"Engg enggak, ini ibu ngasih ini"
Sambil menyerah kan sepiring gorengan ke tangan rio
"Ini apa ton? Tanya rio lagi
"Itu gorengan, ibu yang masak, dan ibu menyuruh diantar kesini
"Gak usah repot2 juga ton, hehehe... Tapi makasih banyak ya.. Silahkan duduk dulu,aku mau ganti baju dulu, baru siap mandi soalnya"
"Iya io silahkan"
Aduhh, aku jd makin gugup, ngapain pula aku duduk disini, ngapain pula aku nungguin dia ganti baju, duh aku semakin deg-degan, apa yang harus aku omongin sama dia nanti...
"Lagi libur ya ton?" Tiba-tiba suara rio membuyarkan kegugupanku
"Ia, lagi libur semester
"Oh, berapa lama liburnya??
"2 minggu io. Balasku cepat
"Kamu ngak kerja yo?" Tanyaku lembut
"Udah balik ton, kan udah sore, udah hampir jam 6," katanya sambil tersenyum
Aku cuma bisa tersenyum saat dia ngomong begitu...
Sejenak hening, aku ga tau apa yang harus aku omongin,baru kali ini aku duduk berduan dengan rio, jujur saat ini aku hanya ingin sampai dirumah, tapi aku ga tau cara ngomongnya..
2 menit, 5 menit kami hanya diam
"Eh nak toni, udah lama datangnya? Tiba2 ibunya rio menyapaku..
"barusan bu" jawabku
terimakasih tuhan engkau telah mendatangkan malaikat penolongku, makasih ibu asih telah datang disaat yang tepat...
Setelah itu aku langsung pamit pulang, walaupun sempat ditahan sama ibu asih, tapi aku bersikeras mau pulang, aku lihat sikap rio biasa-biasa aja, dia ngak menunjukan ekspresi apa-apa saat aku pulang....