It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
makasih doanya guyz ...ujian algorritma agak sulit juga huuft sedih q...
Mention kasih komentar atau pendapat ya guyz...kasih banyak komentar atau like ya krn itu sangat berarti guzy untu bwt q semangat...bikin q cepat post cerita jika kalian byk kasih komentar dan like ya..semakin byk ksh like dan komentar q post ceritanya makin cepat hehehe...
@_abdulrojak
@Rifal_RMR
@JimaeVian_Fujo
@lulu_75
@Aurora_69
@harya_kei
@Tsu_no_YanYan
@yeniariani
@3ll0
@Otho_WNata92
@hyujin
@j4nji
@rizal_91leonardus
@Rikadza
@lucifer5245
@abyyriza
@terry22
@rama_andikaa
@Gabriel_Valiant
@ramadhani_rizky
@Akang_Cunihin
@Sho_Lee
@raw_stone
@Rars_Di
@haha5
@haikallekall
@ffirly69
@gilang22
@viji3_be5t
@LostFaro
@nakashima
Dimas melangkah ringan melewati gerbang sekolah. Hatinya terasa lega setelah tidak lagi berseteru dengan Alfa.
Siang itu ia kembali berjalan seorang diri. Rio, Zacky dan Gio
memutuskan untuk mampir ke Mall. Dimas tidak ingin ikut. Ia sedang malas kemana-mana.
Ia hanya ingin bersantai di rumah saja. Namun kesenangan Dimas terganggu dengan sebuah suara dari klakson mobil yang menggelegar.
“Tiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttttttttt..................”
Walau ia kesal, Dimas mengabaikan saja. Namun si pemilik mobil kelihatannya ingin cari masalah dengan Dimas.
Ia terus membunyikan klakson mobilnya, membuat Dimas berbalik untuk mengetahui siapa orang gila yang membuat keributan di tengah hari bolong itu.
“Huh...” desah Dimas kesal saat tahu siapa orang gila itu. Ia memang sudah menduganya.
Dari balik kemudi Alfa tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya sebagai isyarat memanggil Dimas mendekat.
Dimas tidak bergeming, ia masih tetap berdiri tegak di
tempatnya. Alfa kembali membunyikan klakson dan memaksa Dimas mendekat.
Walau kesal, Dimas akhirnya menurut. Ia tidak mau kalau sampai harus dikeroyok massa karena sudah membuat keributan.
“Ada apa?” tanya Dimas dari luar mobil saat Alfa menurunkan kaca mobilnya.
“Masuk,” perintah Alfa namun Dimas tidak akan menurut begitu saja, “Mau kemana?” tanyanya.
“Udah masuk aja.”
“Bilang dulu mau kemana?”
“Dimas.. saya bosan. Temenin saya hari ini.”
“Ogah, emangnya saya badut apa?”
“Dimas....” ucap Alfa tidak mau dibantah, akhirnya Dimas pun menurut.
“Kita mau kemana?” tanya Dimas saat mobil sudah melaju kencang. Namun Alfa tidak menjawab dan malah tersenyum penuh rahasia.
***
“Hah..........” Dimas melongo saat mereka tiba di tempat tujuannya.
“Udah lama saya gak ke sini..” jelas Alfa membuat Dimas memandanginya seolah Alfa adalah Alien dari luar angkasa.
Dia jago basket, main game, fotografi, dan sekarang bowling, apalagi yang dia bisa ya? Pikir Dimas sambil memandang takjub pada Alfa.
Alfa membawa Dimas ke sebuah arena bowling. Tempat yang biasa ia kunjungi bersama teman-temannya untuk membunuh rasa bosan.
Karena sudah lama tidak kesana, ia merindukan tempat itu. Alfa mengalihkan pandangannya pada Dimas. Melihat ekspresi cowok manis itu yang lucu membuat Alfa tidak bisa menahan tawanya.
“Ayo..” ajak Alfa menarik tangan Dimas memasuki arena.
“Tapi saya gak bisa main bowling,” protes Dimas.
“Ya kamu duduk manis, dan temani saya, ”perintah Alfa.
“Tapi Pak..” saat Dimas hendak protes kembali, Alfa menjepit bibir cowok manis itu dengan jari telunjuk dan jempolnya membuat Dimas tidak bisa membuka mulutnya.
“Stop Dimas, jangan protes lagi. Cukup temani saya dan kamu boleh pesan apapun sepuas kamu, ok!” ucap Alfa tegas dan Dimas mengangguk pasrah, namun segera menyingkirkan
jemari Alfa dari bibirnya.
“Iya sih Pak, tapi gak usah pake jepit-jepit juga kali dilihat orang tahu ,” ucap Dimas sambil mengusap bibirnya.
“Dan satu lagi, jangan panggil saya Pak, kalau kita diluar jam sekolah, kesannya saya seperti om-om yang pacaran sama cowok ABG,” protes Alfa.
“Hah...jangan-jangan bapak benar-benar suka cowok?” kata Dimas sambil berbisik.
“Dasar tidak peka “ kata Alfa sambil tersenyum, membuat Dimas salah tingkah.
“Yeah, emang mirip om-om,” cibir Dimas sambil menutupi kegugupannya karena mengetahui Alfa sama seperti dirinya,
“Kalau gitu saya boleh panggil elu dong?”
“Gak Dimas, cukup kamu atau Alfa,”
“Tapi terlalu formal,” dan Alfa hanya bisa menggelengkan kepala dengan perlawanan cowok manis itu yang tiada habisnya.
Alfa terlihat asyik dengan permainan bowlingnya, sementara Dimas pun terlihat asyik dengan berbagai cemilan yang ia pesan.
Rasanya bagai di surga bagi Dimas karena ia bisa menikmati
semua makanan enak itu.
Sambil bermain, sesekali Alfa melirik Dimas. Cowok manis itu benar-benar luar biasa, pikir Alfa.
Bagaimana bisa cowok semungil itu menampung makanan yang sebanyak itu. dan seolah tidak peduli dengan lirikan orang-orang di sekitarnya, Dimas tetap menikmati makanannya.
Puas dengan makanannya, Dimas mengalihkan pandangan ke arah Alfa yang tengah bermain.
Timbul rasa kagum di hatinya melihat Alfa yang begitu lihai melemparkan bola bowling hingga menjatuhkan seluruh pin.
Jika teman-temannya melihat ini, mereka pasti akan
menjerit histeris terutama Rio Saat tengah memperhatikan Alfa bermain, tanpa sadar, mata mereka beradu pandang.
DEG
Dimas yang entah sejak kapan selalu merasa gugup jika beradu pandang dengan Alfa, seketika mengalihkan tatapannya ke arah lain. Melihat hal itu, Alfa dapat menebak,
cowok manis itu mulai terpengaruh olehnya.
Sepertinya usaha kerasnya selama ini tidak sia-sia. Dimas sudah mulai memberi perhatian, dan merespon semua tindakannya.
“Kamu mau coba?” teriak Alfa dari arena bowling.
“Apa? Gak, saya gak bisa main bowling,” balas Dimas.
“Ayo...” Alfa tidak menggubris ucapan Dimas dan menarik cowok manis itu ke arena.
Sebelum memasuki arena, terlebih dahulu Alfa meminta Dimas duduk dan melepaskan sepatu Dimas.
Melihat hal itu Dimas akan protes namun Alfa menjelaskan bahwa Dimas harus memakai sepatu khusus untuk masuk ke arena.
“Hei malu dilihat orang Alfa “ kata Dimas dengan nada gugup
“Ngapain malu, kita tidak mengenal mereka” jawab Alfa tanpa menghiraukan pandangan orang yang melihat mereka
Dimas pun diam saat Alfa mulai memasangkan sepatu itu di kakinya. Semua mata memandang mereka.
Bagaimana tidak? Alfa memperlakukan Dimas layaknya kekasih.
Beberapa gadis memandang mereka dengan tersenyum, karena mereka fujoushi. Mereka merasa Dimas sangat beruntung memiliki pacar yang perhatian seperti Alfa.
Dimas hanya tertunduk malu menyembunyikan wajahnya yang pasti sudah memerah seperti tomat.
“Pegang bolanya seperti ini, fokus pada sasaran, lalu ayunkan bolanya dengan kuat,” perintah Alfa mencoba mengajari Dimas bermain bowling.
Namun berapa kali pun Alfa memberikan instruksi, tetap saja Dimas tidak bisa melakukannya.
“Bukan begitu Dimas,” ucap Alfa frustrasi dan perlahan mendekati Dimas.
Tanpa canggung, Alfa berdiri di belakang Dimas, memegang tangan cowok manis itu dan mengulangi instruksinya bagaimana Dimas harus memegang bolanya.
Alfa sepertinya tidak menyadari bahwa tindakan Alfa yang tiba-tiba itu membuat jantung Dimas seolah akan melompat keluar.
Wajahnya memerah, dan jantungnya berdetak cepat. Mati-matian Dimas berusaha menyembunyikan kegugupannya.
Berkali-kali ia menarik nafas perlahan untuk menenangkan
diri. Untung saja Alfa berdiri di belakangnya.
Jika tidak, Dimas tidak tahu apa yang akan dikatakan lelaki itu melihat ekspresi Dimas yang tidak karuan lagi.
Alfa bukan tidak mengetahui apa yang dirasakan Dimas. Ia menyadari saat ia berdiri di belakang Dimas, tubuh Dimas seketika menjadi kaku.
Dan Alfa juga dapat mendengar detak jantung cowok manis itu menjadi dua kali lebih cepat. Dan bukannya Alfa juga tidak merasakan hal yang sama.
Berdekatan dengan Dimas seperti itu juga membuatnya gugup luar biasa.
Namun karena ia lebih berpengalaman dalam urusan asmara, Alfa lebih mampu menyembunyikan kegugupannya.
Dan ia menahan tawa setiap kali ia mendengar Dimas menarik nafas untuk menenangkan diri.
“Ok, siap, sekarang kamu lempar bolanya,” perintah Alfa sambil mencondongkan tubuhnya ke depan, diikuti dengan posisi tubuh Dimas yang bersiap melempar bola.
Dan.. strike..
“Yeah...” teriak Dimas girang dan tanpa sadar ia melompat ke belakang sehingga posisi tubuhnya berada tepat di hadapan Alfa.
Wajah mereka hanya beberapa senti, membuat Dimas
luar biasa panik.
“Haus....” teriak Dimas menutupi kegugupannya dan segera berlari ke mejanya yang penuh dengan makanan.
Alfa tidak bisa menahan senyumnya melihat kegugupan Dimas. Dari tempatnya berdiri ia bisa melihat Dimas yang bertingkah tidak karuan, menyantap apapun untuk menutupi perasaannya.
Dan lagi-lagi Alfa hanya bisa tersenyum.
***
Esoknya kembali Alfa mengganggu Dimas untuk menemaninya bermain bowling lagi.
Kali ini Dimas menolak karena ia harus belajar untuk ulangan Matematika yang akan diberikan pak Toto besok.
“Gampang...........” ucap Alfa seenaknya dan kembali menarik Dimas masuk ke mobilnya.
Dimas benar-benar tidak bisa melakukan perlawanan kali ini. Tindakan Alfa yang seenaknya memaksa Dimas masuk ke mobilnya disaksikan oleh beberapa murid yang kebetulan lewat.
Dimas pun hanya bisa menutupi wajahnya dengan buku yang ia pegang.
Dan di sinilah ia. Duduk dengan semeja penuh makanan dan buku matematika di tangan menemani Alfa yang asyik dengan permainan bowlingnya.
Dimas pun hanya mendesah pasrah sambil memasukkan sepotong kue ke mulutnya dan mulai menekuni bukunya.
“Hei Al,”sapa sebuah suara pada Alfa, seketika Dimas menoleh.
Ia melihat tiga orang pria menghampiri Alfa dan mereka mulai berbincang.
“Apa kabar Al?” sapa pria yang ternyata adalah David, sahabat Alfa.
“Tumben kita ketemu kamu di sini? Sama siapa?” tanya Reno, teman Alfa yang satunya.
“Tuh,,” tunjuk Alfa ke arah Dimas yang juga sedang memperhatikan mereka.
“Hah?” teriak ketiga teman Alfa serempak.
“Wah, selera kamu berubah nih, jadi ABG gitu?” ucap Aryo tidak percaya.
“Cowok SMA lagi, kamu serius Al? Nemu dimana?” tanya David tak percaya
“Murid ku..” jelas Alfa membuat mereka semakin terkejut.
“Wah, gila kamu Al,” timpal Reno, namun Alfa hanya mengangkat bahu, tidak peduli.
“Kalian gak tahu sih, betapa sulitnya menaklukkan cowok satu itu,” gumam Alfa membuat ketiga temannya semakin takjub.
Alfa memperkenalkan ketiga temannya pada Dimas. David, Aryo dan Reno epun mulai menginterogasi Dimas seputar hubungan mereka.
Namun Dimas dengan apa adanya menjawab semua hal yang ingin mereka tahu.
Mereka benar-benar tidak percaya dengan penuturan Dimas yang menceritakan dengan apa adanya soal pertemuan mereka dan bagaimana hubungan mereka berlanjut, dari mulai perang
teluk sampai gencatan senjata.
Ketiga teman Alfa hanya mengelengkan kepala takjub
mendengar semua itu.
Sesekali mereka tertawa sambil melirik Alfa penuh arti. Mereka benar-benar tidak percaya, teman mereka yang terkenal sebagai penakluk hati para cowok gay dan sangat
cool itu mampu melakukan hal konyol demi seorang cowok SMA.
Dan mereka juga tak kalah takjub melihat bagaimana seorang Dimas mampu menaklukkan hati Alfa.
Namun mereka mengakui bahwa Dimas adalah sosok yang menarik, ajaib dan luar biasa. Bahkan terkesan langka.
“Pokoknya kabarin kita kalau kamu udah berhasil menaklukkan cowok ajaib satu itu,” ucap David disusul senyum penuh arti Aryo dan Reno saat mereka akan berpisah.
“Sampai ketemu Dimas...” ucap ketiganya kompak, sambil tersenyum pada Dimas.
Dimas pun balas tersenyum namun ia bingung dengan arti senyuman ketiga pria itu.
BERSAMBUNG
@3ll0