Berikut ini adalah cerita one shoot tentang Timun Manusia. Dulu pas pikiran saya lagi sedeng mendadak pengen nulis cerita. Inspirasi cerita dari Tokyo Ghoul, semacam bikin parodi subliminal gitu.
Tapi pada akhirnya saya bikin chapter 1 nya buat nglanjutin ceritanya walaupun tidak sesuai dengan gagasan awal saya. Tinggal lanjut baca aja di bawah.
***
Sebuah ladang mungil pribadi terdapat beberapa tanaman timun. Salah satu timun tersebut yang sedang ranum-ranumnya berbicara dengan temannya, timun yang lain tentunya. Timun tersebut bernama Tamenti dan temannya bernama Ketimen.
“Eh Tim, liat tuh itu temen anak petani cakep yang aku ceritain itu.” ujar Tamenti.
“Oh itu toh, wah seleramu tinggi banget. Yakin nih bisa gaet tuh cewek?” balas Ketimen.
“Eh jangan salah, udah beberapa kali cewek itu ngeliatin aku terus. Kita bahkan pernah saling pandang-pandangan.”
“Kalau gitu sekarang coba kamu deketin tuh cewek.”
“Kamu gila ya? kita kan timun mana bisa seenaknya deketin manusia”
“Kamunya aja yang gak berani, nih aku tunjukin cara menarik hati manusia.”
Ketimen pun dengan kelihaianya menarik perhatian anak petani. Ketimen pun dipetik dari rambatnya, dan langsung dilemparkan ke dalam keranjang berisi timun-timun lainnya.
“Hahaha, liat nih tam, aku berhasil. Kamu coba juga dong kalo berani!”
“Berhasil apanya tim, kamu gak ada bedanya ma timun lain, Ujung-ujungnya cuma dilempar ke keranjang.”
“Lah, terus maumu gimana coba?”
“Ya dipilih dan dipetik dengan penuh kasih sayang.”
“Heleh…”
Ketimen pun menjauh bersama timun-timun lainnya dengan dibawa anak petani di dalam keranjang.
Tiba-tiba teman anak petani itu berjalan kearah Tamenti dan mnyenggolnya. Tamenti pun deg-degan tidak karuan hingga pada akhirnya dia hampir terjatuh dari sulurnya. Untungnya teman anak petani itu menangkapnya. Sungguh bahagia hati Tamenti.
Teman anak petani itu pun membawanya pergi, ke suatu tempat sepi, sepertinya kamarnya. Ada sepiring nasi lengkap dengan lauk dan lalapan. Tamenti semakin melayang ke angkasa ketika tahu dirinya akan bersatu dengan teman anak petani itu. Menurut Tamenti, dimakan oleh orang yang disukai merupakan kenikmatan tersendiri.
Akan tetapi, dia tidak dimakan oleh teman anak petani itu. Tamenti diperlakukan tidak semestinya dan tidak semestinya itu tidak bisa saya jabarkan di sini karena terlalu vulgar. Tamenti bingung bukan main, dirinya berharap bisa bersatu dengan orang yang ia sukai namun caranya tidak begini. Tiba-tiba terdengar gedoran pintu, Tamenti pun terjatuh dan tidak sadarkan diri.
Tamenti pun tersadar, sekarang dia sudah berada di rak sayur di sebuah warung. Dia terkejut karena merasa tidak pantas berada di sini. Timun disampingnya mengajaknya ngobrol.
“Hei, kamu sudah siuman? Kamu Tamenti temannya Ketimen kan?”
“Iya, kok kamu tahu.”
“Iya tahu, soalnya Ketimen sering jenguk kamu ke sini. Kamu kemarin kelihatan pucat dan rusak tapi ajaib juga kamu bisa terlihat lebih seger padahal udah lepas dari sulur.”
“Oh itu…”
Tamenti terdiam, bingung mengingat kejadian sebelumnya. Ditambah lagi selama tidak sadar ada mimpi aneh yang agak samar-samar. Dia ingin segera melupakannya hingga akhirnya dia tidur lagi.
Di tengah malam Tamenti terbangun dan sudah berada di dalam ruang penyimpanan. Entah kenapa dirinya merasa butuh nutrisi. Dia bingung karena sulur yang memberikannya nutrisi sudah terlepas darinya. Lalu tiba-tiba anak petani masuk ke ruang penyimpanan sayur dan buah. Dia mengambil sebuah apel dan memakannya. Anak petani itu pun pergi meninggalkan ruang tersebut. Melihat yang dilakukan anak petani tersebut Tamenti jadi ingin melakukannya juga.Tamenti bingung tidak karuan, dia berusaha menenangkan diri. Hingga anak petani yang lain masuk ke dalam ruang penyimpanan.
Anak petani itu mengambil sebuah timun, Dan Tamenti mengenalnya, timun itu adalah Ketimen. Hal mengejutkan lainnya adalah Tamenti tahu bahwa Ketimen tidak akan dimakan anak petani itu. Tetapi akan diperlakukan seperti dirinya kala itu. Tamenti murka dan tidak terima akan hal yang akan terjadi pada sahabatnya. Dia pun meloncat dan menerkam anak petani tersebut. Tamenti berubah wujud hingga memiliki tubuh manusia. Anak petani tersebut tentu saja langsung berteriak histeris. Keluarga petani pun terbangun dan bergegas menuju ruang penyimpanan. Tamenti langsung gelagapan mendengar kegaduhan dari luar yang mendekat. Dia pun lari dari ruang tersebut dengan menjebol dinding kayu ruang penyimpanan tersebut. Tamenti lari menjauh hingga tidak terlacak oleh keluarga petani tersebut.
Keberadaannya sekarang menjadi sangat misterius dan jadi perbincangan warga. Para timun serta sayur dan buah lainnya juga membicarakan insidien kala itu. Begitulah awal kisah Tamenti si Timun Manusia.
***
Sampai disini dulu ceritanya. Nanti saya lanjutkan kalau sedang tidak malas.
Oh iya jika sudah ada yang pernah baca cerita ini di tempat lain Anda sangat mengagumkan.
Comments
@Otho_WNata92 sure. Bentar lagi update nih.
@Andrii iya, masuk lubang becek. Terong manusia? Hmmm... Entahlah.
Chapter 01
___________
Warga setempat langsung ramai ramai mengejar ngejar pembuat onar di gudang penyimpanan tadi. Tamenti pun hanya bisa lari dari kejaran warga yang melihat pemandangan seorang bocah yang sebelumnya telah menerkam gadis desa.
Tamenti terus berlari menuju hutan. Berlari dengan arah yang tidak jelas, berharap agar dapat lolos dari kejaran warga. Namun riuh amarah warga masih terdengar keras hingga dia tersandung dan jatuh.
"An***g! Ganggu orang asik aj... " Umpat seorang pemuda yang sedang menindihi seorang gadis dan mereka hampir tanpa busana.
Tamenti pun langsung lari, terus berlari menjauh dari pasangan mesum itu. Berlari hingga tak terdengar keributan warga. Ia pun mulai berjalan pelan setelah merasa aman dan tenang suasana nya.
"sepertinya warga telah menangkap tersangka lain." Gumam Tamenti dengan sedikit terengah engah.
Ia berjalan terhuyung huyung tak tau harus kemana. Hingga terdengar suara gemuruh. Gemuruh air terjun. Ia akhirnya berjalan mendekat ke sumber suara berharap menemukan kesegaran.
***
"Kamu yakin ini jalan nya?"
"Sepertinya sih gitu, hehehe."
"Huuh, Ikhwan bego!"
"iya iyaa maap, Ayu yang bener bener ayu."
Dasar gombal, gak ngefek buat aku, dan— "
"Ssst diam, kamu dengar? Itu suara air terjun!"
Mereka berdua pun lari mendekati sumber suara. Hingga mereka sampai pada pinggir sungai. Airnya jernih dengan arus yang tidak terlalu deras dan lumayan dangkal. Batu batu kali yang besar menghiasi aliran air sungai. Mereka pun berjalan menyusuri sungai menuju air terjun.
"Tunggu! Apa itu!?" pekik Ayu terkejut melihat seorang bocah yang umurnya tidak lebih tua dari dia hanyut di sungai namun tertahan bebatuan kali sehingga tidak hanyut sampai jauh.
"Cepat kamu tolong dia!" perintah Ayu ke Ikhwan.
"Aku kok gak yakin ya, dia keliatan dah pucet." Jawab Ikhwan dengan nada meragu, apalagi melihat sesosok bocah yang tidak lebih tua dari dia, tanpa busana dengan tubuh putih pucat, bahkan rambutnya pun juga putih pucat.
"Aish, buruan tolongin dia!"
"Iya iya... "
Mereka pun mengangkat tubuh bocah itu. Membawanya ke tepian sungai. Ikhwan pun mengecek denyut nadi dan mendengarkan detak jantung nya.
"Dia masih hidup, bahkan tubuhnya masih terasa hangat."
"Kasih napas buatan gih."
"iya iya. Jangan suruh suruh mulu. Aku juga tau."
Ikhwan pun memberi napas buatan pada bocah itu hingga beberapa menit kemudian, Bocah itu terbatuk batuk dan agak siuaman. Dengan sedikit membuka matanya dan memperlihatkan iris mata nya yang berwarna kehijauan. Ayu pun terlihat kagum melihat pemandangan baru seperti ini. Orang bermata hijau.
Bocah itu terkejut dan berusaha bangkit dan lari setelah sepenuh nya sadar namun tidak berhasil. Kakinya cidera.
"Kamu jangan banyak bergerak. Sepertinya kaki kamu cidera." ujar Ayu mendekati bocah itu.
Bocah itu terlihat sangat ketakutan dan ia hanya bisa merangkak mundur menjauhi Ayu yang mendekat.
"Apa yang terjadi padamu?" tanya Ikhwan dan bocah itu hanya diam.
"Kamu ingat sesuatu yang membuatmu begini?" Lanjut Ayu, dan dia masih terdiam dengan ekspresi ketakutan.
"Nama kamu?" tanya Ikhwan lagi namun tetap saja terdiam.
"Kita orang baik-baik kok. Tenang saja. Jika kamu diam mulu kami gak bisa nganter kamu pulang." ujar Ayu berusaha meyakinkan.
"Emangnya kita mau nganterin dia pulang?"
"Heh kamu ini, orang susah lho. Harus dibantu."
"iya iyaa, becanda doang, becanda doang."
"Orang susah, kok dibuat bercanda."
Bocah itu pun hanya diam memandangi mereka yang terus adu mulut. Rasa takutnya pun perlahan memudar. Ia pun sedikit terkekeh kecil melihat mereka berdua cekcok karena dia.
Ayu pun menyadari tawa kecil tadi. "Hei sepertinya ada yang ketawa nih."
Bocah itu pun langsung menunduk malu dengan wajahnya yang bersemu merah.
"Hehehe wah, bercandaan ku berhasil mencairkan suasana kan?" lanjut Ikhwan.
"Iya ya, muka nya juga jadi manis gitu kemerahan."
"Mending kita bawa ke warung Antik dulu gimana? Pak Yon pasti ngerti."
"Kita habis ini ke warung ya? Kamu mau ikut kita kan?" Ayu sambil me nuju lurk ani tangan.
Bocah itu agak meringkuk mundur menjauhi Ayu.
"Kayaknya dia takut ma kamu Yu, ahahaha." Ejek Ikhwan, Ayu pun hanya membalasnya dengan nyengir dan memelototi Ikhwan.
"Kamu tenang aja, dia baik kok. Kamu pasti lapar kan?" ujar Ikhwan dan bocah itu mengangguk. "Hehe ok ayo ikut, aku gendong deh. Kita bakal ke warung antik!"
Ikhwan pun menggendong bocah itu di punggung nya. Mereka pun segera bergegas dari sungai itu dan menyusuri hutan menuju warung antik.
"Tamenti..." ujar bocah itu pelan ketika masih digendong Ikhwan.
"Apa?" Tanya Ikhwan.
"Tamenti... Nama... Ku... Tamenti."
"oh... Tamenti, nama yang unik. Salam kenal Tamenti."
Tamenti pun menundukkan kepalanya di bahu Ikhwan dan mempererat rangkulan tangannya di bahu Ikhwan. Mukanya pun bersemu merah kembali. Mereka tertawa bersama melihat tingkah Tamenti barusan.
___________________
Ini dulu dari saya. Lanjut di waktu yang tidak ditentukan. ._.
@Otho_WNata92 hmmm... Secara biologis umurnya sekitar 2 bulanan wkwkwk. Coba baca artikel ini.
http://alamtani.com/budidaya-mentimun-organik.html
Tapi dari fisik muka mukanya anak umur 15 - 16 taun lah. Height around 160 cm. Dan berkat 47kg. Hmmm...
@_abdulrojak hah juga.
Chapter 02
___________________________________
"Namanya Tamenti ya?" tanya Ayu.
"Iya, nama yang aneh ya." Jawab Ikhwan.
"Pasti bukan orang sini tuh. Jangan-jangan bule ya? Hehehe"
"Hm... Masa' iya sih dari garis wajahnya nggak menurutku."
"Tapi rambut dan kulitnya tuh lho, apalagi matanya ijo kayak gitu."
"Emang bule matanya ijo? Bukannya biru ya biasanya?"
"Gak mesti juga kalee, mata ijo juga ada tau."
"*sigh* tau ah. Udah ah dia udah tidur nih dari tadi, kamu ganggu mulu."
"Hihihi, masak ganggu dikit gak boleh sih."
"Nggak!"
Ayu pun melirik Ikhwan dengan senyum mengejek. Ia pun lanjut bertanya.
"Eh kamu gendong dia ganjel nggak tuh, tadi aku liat gedong juga lho barang dia hihihihi."
Wajah Ikhwan pun merah padam mendengar ocehan Ayu.
"Gak ngaruh, gak ngaruh, gak ngaruh." Ikhwan mencoba menjawab sok berusaha mengalihkan perhatian.
"Gak kaya punyamu ya, kecil."
"Huh sok tau!" Ikhwan semakin merah padam wajahnya.
"Tau lah, kita kan sering mandi bareng."
"Itu dulu, huh!"
"Dulu belum lama juga khaan."
"Hih, dasar ganjen!"
"Halah, kamu juga gak ter..."
Ikhwan langsung mempercepat langkahnya, meninggalkan Ayu. Ayu pun terkekeh kecil melihat tingkah Ikhwan.
"Hoi, jangan marah gitu. maafin aku dong! hihihi kasian tuh yang digendong nanti bangun lho!" teriak Ayu.
"Iya!" Jawab Ikhwan agak ketus. sembari berjalan mengikuti jalan setapak di tengah hutan.
Jalan setapak itu mengarah menuju jalan raya yang tidak terlalu besar. Jalannya masih bagus walaupun ada beberapa bagian yang retak. Di seberang jalan tersebut terdapat halaman luas dengan 4 pohon tinggi yang cukup rindang di tiap sudut halaman. Di ujung halaman itu ada rumah tua dengan arsitektur klasik. Ada sebuah warung kecil, dengan beberapa bangku taman di depannya.
Mereka pun datang menuju warung itu. Mereka disambut oleh pemuda yang tampak lebih tua dari mereka.
"Hei abis nyulik siapa nih kalian?" Tanya pemuda itu dengan agak tersenyum sambil mengibaskan poninya yang sampai dagu, menampakkan wajahnya yang selalu terlihat agak lesu tapi ramah itu.
"Enak aja nyulik, kita nylametin dia tau!" sergah Ikhwan.
"Dia hanyut di deket air terjun mas." Ayu pun terdiam sejenak kemudian dia agak berbisik ke pemuda itu "dia senasib sama seperti kita mas."
Dan *plak* pemuda itu menepis ringan tangan Ayu yang usil mengambil gorengan secara diam-diam di meja warung. Kemudian memandang Ayu dingin. Ayu pun merajuk.
"Ayolah mas Dion, satu aja boleh ya tempenya? Dion ganteng boleh khaan?"
"*sigh* kamu ini selalu saja." Pemuda yang bernama Dion itu pun terdiam sejenak lalu lanjut berkata menjawab pernyataan Ayu yang sebelumnya, "belum tentu juga."
"Udah ah, kasian ni anak. Aku bawa masuk ya." Sela Ikhwan sambil menggendong Tamenti masuk ke dalam bangunan tua itu.
***
Tamenti terbangun di sebuah ruangan dengan kipas tua di langit-langitnya. Ia terperanjat mendapati dirinya berada di tempat ini, di atas kasur dengan selimut garis-garis hijau dan telah mengenakan pakaian berupa piyama garis-garis vertikal. Ikhwan pun yang dari tadi memandangi ke arah luar jendela langsung membalikkan badannya menghadap Tamenti.
"Hei kamu udah siuman?" Tanya Ikhwan ke Tamenti yang terdiam melulu.
"Ini makan dulu, ada bubur tim nih, biar kamu sehat lagi." Tawar ikhwan, sambil mengaduk-aduk bubur untuk balita itu. "Ini makanan favoritku kalo lagi sakit hehehe... Kamu diam mulu sih dari tadi."
Ikhwan pun menyodorkan sesendok bubur ke mulut Tamenti berniat untuk menyuapinya tetapi mulut Tamenti tetap tertutup rapat. Ia nampak sekali ragu untuk memakannya.
"... Aku belum pernah.. m-mmelakukan.. penyatuan... seperti kalian." Tiba-tiba Tamenti berbicara lirih agak terbata-bata.
"Hah? Udah deh kamu makan ya?" Ikhwan pun langsung menyuapkan bubur itu ke mulut Tamenti yang barusan terbuka sedikit karena berbicara itu. Tamenti terkejut ketika bubur itu sudah masuk ke dalam mulutnya, ia pun sedikit mengunyahnya lalu menelannya merasakan sensasinya, sensasi yang tak biasa ia rasakan. Air mata pun mengalir di sudut matanya.
"Heh kok nangis?" Ikhwan keheranan melihat tingkah Tamenti sambil tetap menyuapinya. "Hahaha, enak kan buburnya? Kamu doyan kan?"
Tamenti pun hanya bergumam tidak jelas sambil memakan bubur yang disuapkan oleh Ikhwan.
"Udah kamu tenang aja. Kita orang baik-baik kok. Pak Yon yang punya tempat ini selalu siap menampung orang-orang terbuang. Kaya aku.... Eh bukan maksudku bilang kamu juga orang terbuang. Maaf ya hehe."
"Ehem, modus ehem" tiba-tiba Ayu berdehem sambil di depan pintu sambil melipat tangannya dan bersandar di daun pintu.
"Apaan sih."
"Udah-udah kalian pasti lho berantem melulu." Tiba-tiba seorang pria paruh baya muncul dengan membawa sebuah parcel buah lalu meletakkannya di meja kecil dekat kasur Tamenti.
"Eh Pak Yon, Ini pak, yang namanya Tamenti sudah siuman." kata Ikhwan sambil memperkenalkan Tamenti namun dia hanya diam. Matanya tertuju pada satu tempat. Parcel buah. Ia bisa mendengarkan buah-buah di sana sedang ribut berbicara satu sama lain. Membuat Tamenti pun terbelalak dan orang-orang di kamar itu pun heran.
______________________________________
bersambung.
Maaf kalau updatenya lama. Soalnya saya belum siap juga. Mungkin harus dibiasakan menulis beberapa chapter dulu baru update satu-satu. Tapi saya belum berencana melakukannya jadi maaf kalo gak update update hehe