BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

[Fantasy] THE RISING DAWN 4th Update 04/30 {NEW}

edited May 2015 in BoyzStories
THE RISING DAWN

Type: Cerbung

Genre: Fantasy, Yaoi romance

Roles:

1. The Twin
a. Yuda Danadyaksa Soeriaatmadja
b. Yudi Donahue Soeriaatmadja

2. Lee Christophian Atmajaya

3. Coyotte Nobelinus Hugo
4. ……………….

CHAPTER LIST:

1. CHAPTER 1: IGNITION
2. CHAPTER 2: AWAKENING

Preview:

Yuda dan Yudi Soeriatmaadja hanya menginginkan liburan normal seperti yang
teman-teman mereka miliki. Tidak terlintas sedikitpun bahwa hidup mereka akan
berubah drastis seperti saat ini, mengalami hal-hal yang mereka pikir hanya terjadi
pada dongeng tak logis dan mimpi buruk. Semua bermula di saat bibi mereka
meminta orangtuanya untuk mengirim mereka ke rumahnya untuk menghabiskan
waktu libur semester. Di sana lah mereka menemukan buku tua dengan sampul perak
berbubuh tulisan emas dan simbol-simbol berwarna merah menyala seperti simbol-
simbol yang mereka lihat pada kartun Yugi-Oh. Kehidupan mereka pun berubah di
saat rumah bibi mereka diserang oleh dua orang misterius dengan pasukan golem-
nya.

Update 1

Chapter 1

Ignition


“OK—Jawab ini: menurutmu kenapa ada orang yang mau menggunakan mantel di Negara tropis seperti disini?” Yuda memainkan headset putihnya dengan ujung jari sembari menyandarkan punggungnya pada salah satu kursi dekat kaca di sebuah café. Pandangannya tertuju pada seberang jalan dimana saudara kembarnya sedang mengunjungi toko buku.

Di sisi lain, temannya Archie yang saat ini menghabiskan liburan di Bali menjawab dengan datar “Memang mantel macam apa?.”

Yuda mulai memicingkan mata menatap pria-pria yang baru saja turun dari sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilat.

“Mantel wol hitam, tebal dan kelihatan berat. Mereka bahkan memakai sarung tangan dan topi hitam. Dan kacamata hitam.”

“Mungkin mereka petugas pemakaman?” Kata Archie, suaranya timbul tenggelam dan Yuda bisa mendengarkan suara-suara yang sangat identik dengan suasana pantai di seberang sana.

“Hahaha yang benar saja. Kau terlalu termakan oleh kebiasaan orang-orang Amerika. Berhentilah menonton film-film Hollywood barang sejenak.”

Saat mobil itu bergerak melewati jendela, sinar matahari terpantul di kaca belakangnya yang gelap, sejenak menerangi bagian dalam café dengan cahaya hangat berwarna kuning keemasan.

“Mungkin mereka mafia,” ujar Archie dramatis. “Kenalan ayahku ada yang mafia, tapi mobilnya Prius,” dia menambahkan.

“Mobil yang ini jelas-jelas bukan Prius,” kata Yuda, kembali menatap mobil dan dua orang pria berbadan besar yang berdiri di seberang jalan dalam balutan mantel tebal, sarung tangan dan topi, juga kacamata hitam ekstra besar yang menyembunyikan mata mereka.
“Mungkin mereka kedinginan,” kata Archie. “Bukankah di sana sudah mulai sejuk?.”

Yuda melirik jam tangan dan thermometer yang tergantung di dinding belakang meja kasir. “Sekarang pukul dua seperempat di sini… dan suhunya 29 derajat celcius,” katanya. “Percayalah, mereka tidak kedinginan. Mereka tentu kepanasan. Tunggu!,” katanya, menyela dirinya sendiri, “sesuatu terjadi.”

Pintu belakang mobil terbuka dan seorang pria, yang jauh lebih besar dari dua pria pertama, keluar dengan gerakan kaku. Saat pria itu menutup pintu mobil, sinar matahari sejenak menimpa wajahnya. Sekilas Yuda melihat kulit pucat kelabu-putih yang nampak tidak sehat. Dia berbicara dengan nada lebih keras. “Oke—seharusnya kau lihat orang yang baru saja keluar dari mobil. Seorang pria besar berkulit kelabu. Kelabu. Ini mungkin penjelasannya; mungkin mereka menderita sejenis penyakit kulit.”

“Aku pernah melihat tayangan On the Bott tentang orang-orang yang tidak bisa terkena paparan sinar matahari…,” Archie mulai bercerita, tapi Yuda tidak lagi mendengarkan.

Sosok keempat muncul, keluar dari mobil.

Pria bertubuh ramping dan berpenampilan cukup necis, mengenakan kemeja lengan pendek berwarna biru tosca dengan garis-garis hitam dan orange yang membentuk motif kotak. Celana Chinos cokelat muda melekat erat pada kaki jenjangnya sehingga memperlihatkan bentuk kakinya yang jenjang. Rambut hitam legamnya terlihat jabrik toh masih terlihat sangat tertata dan terkadang terlihat berkilau karena sinar matahari. Wajahnya putih khas orang asia dengan bentuk wajah yang tirus.
Sejenak orang melihat akan langsung mengetahui bahwa dia berasal dari kalangan atas.

Dia berjalan menjauhi mobil dan melangkah kearah kanopi bermotif garis-garis yang menaungi keranjang-keranjang berisi buku di luar toko. Saat pria itu mengambil sebuah buku bersampul cerah dan membalik-baliknya, Yuda melihat bahwa dia menggunakan sebuah cincin emas yang sangat menarik perhatiannya. Sebutir mutiara berwarna merah berkilauan memantulakan sinar matahari.

“Mereka mau masuk ke toko buku,” kata Yuda.

“Apa Yudi masih ada di dalam sana?” Archie langsung bertanya.

Yuda mengabaikan nada tertarik yang tiba-tiba muncul dalam suara sahabatnya. Kenyataan bahwa Archie menyukai saudara kembarnya sedikit terlalu aneh baginya. “Yeah. Aku mau menelponnya untuk menanyakan ada apa sebenarnya. Nanti kutelepon lagi.”

Yuda menutup telepon, melepas earphone-nya dan meraba-raba telinganya yang terasa panas, sambil memandang takjub pria necis di seberang jalan. Ada sesuatu tentang pria itu… sesuatu yang janggal. Dia akan menunggu hingga beberapa menit setelah pria itu memasuki toko, sebelum menelepon saudara kembarnya untuk meminta laporan.

Yuda hendak berpaling ketika si pria kelabu tiba-tiba menoleh dan tampak seolah-olah memandang langsung ke arahnya. Pria itu berdiri di bawah kanopi, wajahnya terlindung oleh bayangan, namun selama sekejap, matanya tampak seperti berkilauan.

Yuda tahu ---tahu begitu saja--- bahwa tidak mungkin pria kelabu itu melihatnya: dia berdiri di seberang jalan, memandang ke arahnya yang sedang berada di balik kaca yang memantulkan sinar terang benderang dari matahari menjelang sore. Dia tidak akan terlihat dari balik kaca.

Tetapi tetap saja….

Tetapi, tetap saja dalam sekejap saat mata mereka bertemu, Yuda merasakan rambut-rambut lembut di punggung tangan dan lengannya berdiri, dan ia merasakan embusan udara dingin di belakang leher. Yuda bergidik, menggelengkan kepala perlahan-lahan membiarkan perasaan aneh yang baru saja ia rasakan terhempas. Kontak mata mereka memang terhitung cepat karena hanya berlangsung beberapa detik saja. Namun, Yuda mendapatkan kesan bahwa pria itu memang memandang langsung kepadanya.

Tepat sebelum pria kelabu dan kedua rekannya yang berpakaian berlebihan menghilang ke dalam toko menyusul pria necis tadi, Yuda memutuskan bahwa dia tidak menyukai mereka.

***
Aroma Woody dan telur busuk.

“Menjijikkan sekali.”

Yudi Soeriatmaadja berdiri dia salah satu sudut ruangan dimana jejeran Novel-Novel fantasi tertata rapi pada rak berwarna cokelat tua dan menarik napas dalam-dalam. Dari manakah bau itu berasal? Dia menatap sekelilingnya dan menduga ada binatang yang menyelinap dan mati di tempat itu. Apa lagi yang mungkin mengeluarkan bau sebusuk ini?.

Aroma woody

Aroma segar dan lembut itu menembus bau busuk yang tadi dia cium. Aroma itu mengingatkannya pada parfum favorit saudara kembarnya, dia paling suka aroma-aroma yang keluar dari saudara kembarnya tersebut. Bau-bauan segar itu mengalahkan aroma busuk dan kertas yang lebih tajam, begitu kuat sehingga membuat hidungnya terasa gatal; Yudi merasa ingin bersin pada saat itu juga. Dia cepat-cepat mencabut earphone iPod-nya. Bersin dengan telinga tersumpal earphone bukanlah hal yang menyenangkan, membuat telinga kita berdengung.

Membiarkan earphone-nya menggantung di bahu, Yudi memeriksa Novel di tangannya sebelum kembali memandang ke rak: The Vandaria Saga.

“Ambil yang mana ya? Penasaran juga sih sama Winterflame ini, dilihat dari sinopsisnya juga menarik,” ujar Yudi sambil berkali-kali melemparkan pandangan ke dua Novel yang kini berada di kedua tangannya.

Dia dan saudara kembarnya memang menyukai Novel semenjak mereka masih kecil. Harry Potter lah Novel pertama mereka yang telah membuat mereka kecanduan akan Novel fantasi. Yuda tidak pernah meragukan kualitas isi Novel-novel yang Yudi pilih, begitu juga sebaliknya. Hanya saja, saat ini Yuda merasa suntuk sehingga dia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya duduk santai di café seberang sementara saudara kembarnya membeli Novel.

Gelombang aroma Woody, yang langsung diikuti bau busuk, kembali memenuhi udara. Yudi terbatuk dan merasakan matanya berair.

“Yang benar saja!.”

Dia menjejalkan dua Novel yang tadi berada pada tangannya ke rak buku yang ada
di depannya. Ia mengantongi earphone-nya ke dalam saku hingga menyesaki sakunya karena telah terisi iPod. Yudi bermanuver melewati jajaran rak-rak buku dan langsung menghambur kea rah elevator yang mengarah ke lantai bawah. Dia menggosok punggung tangannya ke mata yang sekarang terasa pedih sembari mencengkram pinggiran escalator agar tubuhnya tetap seimbang. Jika tidak mendapat udara segar, dia bisa muntah di tempat—tapi, anehnya semakin ia mendekati lantai dasar, aroma itu justru tercium semakin tajam.

Yudi menolehkan kepala kearah pintu kaca besar yang digunakan untuk akses keluar-masuk, dan seketika itu juga, Yudi menyadari bahwa dunia tidak akan lagi sama.
«1345

Comments

  • Halo readers

    Ini cerita fantasi pertamaku. Mau aku kasih spoiler tapi entar malah kurang seru jadi spoil nya cukup di bagian Preview aja yah :p.

    Leave a comment please, senggaknya aku jadi tau kalo ceritaku ada yang baca syukur2 sampe disukai.

    thanks aboard :)
  • edited April 2015
    ----
  • edited April 2015
    -------
  • edited April 2015
    -----
  • titip komen dulu baru dibaca nanti wkwkw. nanti klo ad typo ane ksh tw xD
  • Wohh ada cerita Fantasy, masih penasaran msk dunia fantasynya gimana dan temanya apa. Mention aku ya kalo update
  • @Asu123456 @SteveAnggara
    ini update ke dua, semoga ceritanya menarik :p
  • @Asu123456 @SteveAnggara
    ini update ke dua, semoga ceritanya menarik :p
  • edited April 2015
    Update 2

    Chapter 1

    Ignition

    Yudi masih berdiri di escalator yang membawanya ke lantai dasar dengan pandangan masih menatap kearah sekelompok orang yang sedang memakai outfit serba hitam. Matanya juga masih terasa basah akibat aroma tajam telur busuk dan woody. Toko yang tadinya terlihat ‘biasa saja’ kini terlihat ramai dikala para pengunjung memandang dengan penuh rasa ingin tahu kearah sekelompok orang bermantel hitam. Ada empat orang pria sedang berada di bagian kasir, tiga di antaranya bertubuh besar dan kekar, sementara yang seorang lagi ramping dan berwajah manis namun memasang raut muka sinis. Yudi langsung menduga mereka sedang merampok toko buku yang sedang ia kunjungi.

    Seorang pria yang tadi berdiri di balik meja kasir, kini sedang berjalan cepat kea rah pintu gudang. Tak lama setelah itu, seorang pria berumur keluar dan berjalan menuju segerombolan orang tadi. Penampilannya cukup menunjukkan bahwa dia orang terpelajar dan tahu cara berpakaian formal. Tinggi dan perawakannya sedang tanpa ada yang mencolok, kecuali matanya, yang terlihat sangat pucat sehingga nyaris tanpa warna. Rambut hitamnya tercukur nyaris botak dan cambang tipis menghiasi dagunya, seolah-olah dia tidak bercukur selama beberapa hari.

    Dia berhadapan langsung dengan pria ramping yang berpakaian rapi.

    Yudi menyadari bahwa mereka tidak berbicara… namun tetap saja, ia bisa merasakan sesuatu sedang terjadi di antara mereka. Kedua pria itu berdiri tegak, kedua lengan mereka tampak kaku, sikut mereka tertekuk, dan telapak mereka terbuka ke atas. Anehnya, jemari mereka bergerak, berputar, menari-nari seolah-olah mereka sedang mengetik dengan cepat. Asap hijau menggumpal di atas telapak tangan pemilik orang berumur tersebut, lalu melingkar-lingkar dan meluncur ke lantai, melata seperti ular. Asap kuning berbau tajam menggulung menetes dari tangan bersarung si pria muda, meluap ke lantai bagaikan cairan keruh.

    Bau busuk tajam terasa pekat dari asap yang muncul, membebani udara dengan aroma woody dan belerang. Yudi merasakan perutnya memberontak dan mual, lalu dia menelan ludah, bau telur busuk itu saja sudah cukup untuk membuatnya muntah.

    Udara di antara kedua pria itu diwarnai pendar yang muncul dari kedua asap yang mereka keluarkan, dan di saat kedua warna tersebut bersentuhan, muncul lah bunga-bunga api yang berdesis dan memercik. Jemari tia berumur bergerak, dan gumpalan panjang asap hijau muncul di telapak tangannya. Dia meniupnya cepat, dan gumpalan asap itu berputar di udara, berpusar setinggi kepala di antara dirinya dan si pria muda. Jemari panjang dan lentik pria muda bergerak dengan irama berbeda, dan sebuah bola energy kuning terlontar dari tangannya. Bola itu menyentuh pusaran asap hijau, yang langsung menyelimutinya. Muncullah kilatan cahaya yang mengiringi sebuah ledakan… dan kedua pria itu terpental kebelakang, jatuh menimpa meja-meja berisi buku. Seketika bohlam-bohlam di toko pecah dan lampu-lampu fluoresens bergemeretak, meluncurkan hujan bubuk kaca ke lantai. Dua buah jendela kaca pecah, sementara belasan jendela lain yang berukuran lebih kecil bergetar hebat dan retak-retak.

    Pria tua itu terlontar ke lantai jatuh di dekat escalator dimana Yudi sedang berdiri tak bergerak sedikitpun. Dia berdiri terpaku di ujung escalator membelalakkan mata dengan penuh kengerian. Di sudu-sudut lain, pengunjung lain sedang tergeletak dengan darah mengucur, beberapa dari lengan dan beberapa lagi dari kepala. Semua tidak sadarkan diri akan tetapi ekspresi menahan rasa sakit terlihat jelas di raut mukanya. Sambil berusaha bangkit, pria tua itu mendorong Yudi.

    “Menjauh lah, keluar dan selamatkan dirimu melewati pintu darurat,” ujarnya sembari menunjuk pintu dengan tulisan Exit di atasnya.

    Seakan tersadar dari lamunannya, Yudi langsung berlari kearah pintu keluar yang mungkin akan menyelamatkan jiwanya. Tanpa menoleh sedikitpun dia menuju pintu tersebut dan membukanya… hingga tiba-tiba, dia merasa seolah-olah seluruh udara di sekitarnya tersedot dan terpusat di tengah ruangan, refleks dia menolehkan kepalanya dengan posisi tubuh berada di mulut pintu. Buku-buku seketika berterbangan dari rak, jatuh dan tertimbun begitu saja di tengah ruangan, alat-alat tulis, dan juga bingkai-bingkai foto terseret bersama buku-buku.

    Lalu, timbunan itu meledak dan semakin memperparah keadaan toko buku.

    Dan di saat itulah Yudi merasakan bahwa tubuhnya terbang dan terhempas oleh angin yang disebabkan ledakan yang lebih besar dari yang pertama. Punggung dan kepalanya terkatuk tembok yang membuatnya terduduk lemas dengan pandangan kearah toko yang benar-benar berantakan. Dalam sekejap saja toko tersebut seperti telah dihantam dengan beton bulat besar yang biasa digunakan untuk menghancurkan dinding. Pandangan matanya menggelap, menyisahkan sedikit gambaran kejadian yang masih bisa dia lihat barang sebentar. Sebesar apapun tubuh ketiga orang itu, tidak mungkin mereka masih bisa berdiri kokoh setelah ledakan barusan. Tidak jika mereka manusia normal. Pandangannya pun berkunang-kunang dan semakin menggelap hingga akhirnya ia tidak lagi bisa merekam kejadian yang terjadi di toko buku tersebut.

    ****

    “Seperti biasa, kemampuan sihirmu benar-benar mengagumkan tuan Gorgovic” ucap sang pria sambil menundukkan badan dengan tangan terlipat, satu di depan perut dan yang lain di belakang pinggang.

    “Sihirmu juga sangat berkembang Ken. As expected from Atmajaya Family” balas pria tua yang ternyata bernama Gorgovic tersebut. Senyuman sinis tersemat samar di wajahnya.

    “Sure, Papa Mamaku akan membunuhku jika kemampuan sihirku tidak bisa memenuhi keinginan mereka. Tapi tetap saja, ternyata latihanku masih belum cukup” balas Ken dengan nada sombong yang jelas terdengar di telinga Gorgovic.

    “Erasio memoiree,” cahaya hijau terang menyala keluar dari ujung jari Gorgovic di saat mantra tersebut keluar dari mulutnya.

    “Convalescerio,” kembali ia lafalkan mantra yang dengan sekejap bisa menghapus darah yang mengucur di kulit pengunjung yang masih tergeletak tak sadarkan diri. Luka yang tadi terlihat menganga pun sedikit demi sedikit mulai menutup.


    “Anda memang selalu menjadi penyihir yang baik hati tuan Gorgovic. Saya kira, kebaikan hati anda hanya bualan ternyata memang benar adanya.”


    “Sudah selayaknya aku melakukan ini. Mereka tidak ada sangkut pautnya dengan dunia sihir. Tidak mungkin aku bisa mencelakai mereka yang tidak tahu apa-apa. Sekarang, katakan padaku apa tujuanmu kemari?.”


    “Anda tidak perlu kaku begitu tuan. Tidakkah anda ingin menyambutku dengan secangkir teh hangat?. Sihir tadi cukup membakar kaloriku, tiga sendok gula mungkin bisa mengembalikan kaloriku.”


    “Just tell me. What do you want?. Cepat katakana sebelum polisi datang kemari.”

    “Saya yakin anda tahu apa yang saya cari. Buku itu ada disini kan?. Mata-mataku berhasil menemukannya dan langsung memberiku kabar kemarin.”


    “Buku itu sudah tidak ada disini,” ujar Gorgovic tegas dan sangat dingin.


    “Saya tahu buku itu telah berada di tangan anda selama lima puluh tahun ini, tuan. Papaku yang berkata demikian, dan dia selalu berkata benar.”


    “I’m afraid he’s wrong this time. Buku itu benar-benar sudah tidak berada di tanganku.”


    “Cella, hmmmmm nama yang cantik,” ujar Ken tanpa memperdulikan ucapan Gorgovic sebelumnya.


    “Jauhi anakku. Atau…”


    “Anda mengancamku, tuan?. Apakah anda tidak sadar bahwa anda sedang berurusan dengan keluarga Atmajaya sekarang ini, hmm?,” nada iblis yang sedang mengancam benar-benar tergambar jelas dari ucapannya barusan.

    Keluarga Atmajaya merupakan klan Penyihir beraliran sorcery terkuat dan paling disegani di Negara ini. Tak seorang pun berani berurusan dengan keluarga tersebut. Merupakan rahasia umum juga bahwa keluarga Atmajaya inilah yang berperan di belakang kepemimpinan presiden Negara. Tak seorang pun dari jajaran pemerintahan yang bisa lolos dari cengkraman dan pengawasan keluarga Atmajaya. Apabila Presiden maupun pemimpin yang lain berani mengambil keputusan yang bisa merugikan keluarga Atmajaya, Seluruh keluarga dan sanak saudaranya akan dibantai habis tanpa sisa.


    “….” Gorgovic hanya bisa menghembuskan nafas berat di saat ia tak bisa menemukan satu kata pun untuk membalas ucapan Ken, ucapan yang mungkin bisa menunjukkan pada Ken bahwa dia tidak merasa takut. Tapi rasa khawatir yang timbul akan keselamatan jiwa anaknya, mampu mengunci rapat-rapat bibirnya.


    “Now, tell me. Dimana anda menyembunyikan buku itu?. Atau aku akan mencarinya sendiri memakai caraku.”


    “Aku sudah bilang berkali-kali. Buku itu sudah tidak berada padaku. Buku itu sudah berpindah tangan, karyawanku tidak sengaja menjualnya pada orang.”


    “Benarkah?. Pendulumiora.”

    Ken mematung beberapa saat seperti sedang mengharapkan sesuatu untuk terjadi setelah ia mengucapkan mantra tersebut.

    “Mengecewakan. Buku itu benar-benar tidak ada disini,” ujar Ken sembari berbalik memunggungi Gorgovic dan berjalan kearah pintu keluar tanpa mengucapkan salam perpisahan.

    “Ken, apa makhluk yang bersamamu itu golem?.”

    Ken berhenti sebelum sampai pada mulut pintu dan membalikkan badannya kembali menghadap Gorgovic.

    “Yup. Sebenarnya troll lebih bisa diandalkan untuk membunuh anda, tetapi sayang, troll akan lebih menarik perhatian orang-orang.”

    “Sebaiknya kau berhati-hati. Makhluk seperti mereka tidak seharusnya berada di luar dan dilihat oleh banyak orang.”

    “Hahaha tenang saja. Saya permisi dulu tuan,” kata Ken yang sekarang bisa berkata dengan nada yang lebih sopan.

    “TUAN GORGOVIC, JANGAN ANDA BERPIKIR SAYA DATANG KEMARI TANPA MEMBAWAKAN OLEH-OLEH UNTUK ANDA. SAYA TAHU BAGAIMANA MENYAPA ORANG BAIK SEPERTI ANDA HAHAHA,” ujar Ken dengan lantangnya di saat ia masih melangkahkan kaki keluar toko buku. Dan di saat itulah bau telur busuk kembali tercium dengan sangat kuatnya dari salah satu sudut ruangan yang kini luluh lantah.

    BLARRR!!!!!

    Seketika itulah ledakan ketiga yang jauh lebih besar meledak menghancurkan bangunan toko buku tersebut. Ledakan besar yang mungkin saja menewaskan Gorgovic dan pengunjung toko buku yang masih tidak sadarkan diri.

    “Anak setan!! Kau benar-benar anak setan Lee Christophian Atmajaya!!.”
  • Update 2

    Chapter 1

    Ignition

    Yudi masih berdiri di escalator yang membawanya ke lantai dasar dengan pandangan masih menatap kearah sekelompok orang yang sedang memakai outfit serba hitam. Matanya juga masih terasa basah akibat aroma tajam telur busuk dan woody. Toko yang tadinya terlihat ‘biasa saja’ kini terlihat ramai dikala para pengunjung memandang dengan penuh rasa ingin tahu kearah sekelompok orang bermantel hitam. Ada empat orang pria sedang berada di bagian kasir, tiga di antaranya bertubuh besar dan kekar, sementara yang seorang lagi ramping dan berwajah manis namun memasang raut muka sinis. Yudi langsung menduga mereka sedang merampok toko buku yang sedang ia kunjungi.

    Seorang pria yang tadi berdiri di balik meja kasir, kini sedang berjalan cepat kea rah pintu gudang. Tak lama setelah itu, seorang pria berumur keluar dan berjalan menuju segerombolan orang tadi. Penampilannya cukup menunjukkan bahwa dia orang terpelajar dan tahu cara berpakaian formal. Tinggi dan perawakannya sedang tanpa ada yang mencolok, kecuali matanya, yang terlihat sangat pucat sehingga nyaris tanpa warna. Rambut hitamnya tercukur nyaris botak dan cambang tipis menghiasi dagunya, seolah-olah dia tidak bercukur selama beberapa hari.

    Dia berhadapan langsung dengan pria ramping yang berpakaian rapi.

    Yudi menyadari bahwa mereka tidak berbicara… namun tetap saja, ia bisa merasakan sesuatu sedang terjadi di antara mereka. Kedua pria itu berdiri tegak, kedua lengan mereka tampak kaku, sikut mereka tertekuk, dan telapak mereka terbuka ke atas. Anehnya, jemari mereka bergerak, berputar, menari-nari seolah-olah mereka sedang mengetik dengan cepat. Asap hijau menggumpal di atas telapak tangan pemilik orang berumur tersebut, lalu melingkar-lingkar dan meluncur ke lantai, melata seperti ular. Asap kuning berbau tajam menggulung menetes dari tangan bersarung si pria muda, meluap ke lantai bagaikan cairan keruh.

    Bau busuk tajam terasa pekat dari asap yang muncul, membebani udara dengan aroma woody dan belerang. Yudi merasakan perutnya memberontak dan mual, lalu dia menelan ludah, bau telur busuk itu saja sudah cukup untuk membuatnya muntah.

    Udara di antara kedua pria itu diwarnai pendar yang muncul dari kedua asap yang mereka keluarkan, dan di saat kedua warna tersebut bersentuhan, muncul lah bunga-bunga api yang berdesis dan memercik. Jemari tia berumur bergerak, dan gumpalan panjang asap hijau muncul di telapak tangannya. Dia meniupnya cepat, dan gumpalan asap itu berputar di udara, berpusar setinggi kepala di antara dirinya dan si pria muda. Jemari panjang dan lentik pria muda bergerak dengan irama berbeda, dan sebuah bola energy kuning terlontar dari tangannya. Bola itu menyentuh pusaran asap hijau, yang langsung menyelimutinya. Muncullah kilatan cahaya yang mengiringi sebuah ledakan… dan kedua pria itu terpental kebelakang, jatuh menimpa meja-meja berisi buku. Seketika bohlam-bohlam di toko pecah dan lampu-lampu fluoresens bergemeretak, meluncurkan hujan bubuk kaca ke lantai. Dua buah jendela kaca pecah, sementara belasan jendela lain yang berukuran lebih kecil bergetar hebat dan retak-retak.

    Pria tua itu terlontar ke lantai jatuh di dekat escalator dimana Yudi sedang berdiri tak bergerak sedikitpun. Dia berdiri terpaku di ujung escalator membelalakkan mata dengan penuh kengerian. Di sudu-sudut lain, pengunjung lain sedang tergeletak dengan darah mengucur, beberapa dari lengan dan beberapa lagi dari kepala. Semua tidak sadarkan diri akan tetapi ekspresi menahan rasa sakit terlihat jelas di raut mukanya. Sambil berusaha bangkit, pria tua itu mendorong Yudi.

    “Menjauh lah, keluar dan selamatkan dirimu melewati pintu darurat,” ujarnya sembari menunjuk pintu dengan tulisan Exit di atasnya.

    Seakan tersadar dari lamunannya, Yudi langsung berlari kearah pintu keluar yang mungkin akan menyelamatkan jiwanya. Tanpa menoleh sedikitpun dia menuju pintu tersebut dan membukanya… hingga tiba-tiba, dia merasa seolah-olah seluruh udara di sekitarnya tersedot dan terpusat di tengah ruangan, refleks dia menolehkan kepalanya dengan posisi tubuh berada di mulut pintu. Buku-buku seketika berterbangan dari rak, jatuh dan tertimbun begitu saja di tengah ruangan, alat-alat tulis, dan juga bingkai-bingkai foto terseret bersama buku-buku.

    Lalu, timbunan itu meledak dan semakin memperparah keadaan toko buku.

    Dan di saat itulah Yudi merasakan bahwa tubuhnya terbang dan terhempas oleh angin yang disebabkan ledakan yang lebih besar dari yang pertama. Punggung dan kepalanya terkatuk tembok yang membuatnya terduduk lemas dengan pandangan kearah toko yang benar-benar berantakan. Dalam sekejap saja toko tersebut seperti telah dihantam dengan beton bulat besar yang biasa digunakan untuk menghancurkan dinding. Pandangan matanya menggelap, menyisahkan sedikit gambaran kejadian yang masih bisa dia lihat barang sebentar. Sebesar apapun tubuh ketiga orang itu, tidak mungkin mereka masih bisa berdiri kokoh setelah ledakan barusan. Tidak jika mereka manusia normal. Pandangannya pun berkunang-kunang dan semakin menggelap hingga akhirnya ia tidak lagi bisa merekam kejadian yang terjadi di toko buku tersebut.

    ****

    “Seperti biasa, kemampuan sihirmu benar-benar mengagumkan tuan Gorgovic” ucap sang pria sambil menundukkan badan dengan tangan terlipat, satu di depan perut dan yang lain di belakang pinggang.

    “Sihirmu juga sangat berkembang Ken. As expected from Atmajaya Family” balas pria tua yang ternyata bernama Gorgovic tersebut. Senyuman sinis tersemat samar di wajahnya.

    “Sure, Papa Mamaku akan membunuhku jika kemampuan sihirku tidak bisa memenuhi keinginan mereka. Tapi tetap saja, ternyata latihanku masih belum cukup” balas Ken dengan nada sombong yang jelas terdengar di telinga Gorgovic.

    “Erasio memoiree,” cahaya hijau terang menyala keluar dari ujung jari Gorgovic di saat mantra tersebut keluar dari mulutnya.

    “Convalescerio,” kembali ia lafalkan mantra yang dengan sekejap bisa menghapus darah yang mengucur di kulit pengunjung yang masih tergeletak tak sadarkan diri. Luka yang tadi terlihat menganga pun sedikit demi sedikit mulai menutup.


    “Anda memang selalu menjadi penyihir yang baik hati tuan Gorgovic. Saya kira, kebaikan hati anda hanya bualan ternyata memang benar adanya.”


    “Sudah selayaknya aku melakukan ini. Mereka tidak ada sangkut pautnya dengan dunia sihir. Tidak mungkin aku bisa mencelakai mereka yang tidak tahu apa-apa. Sekarang, katakan padaku apa tujuanmu kemari?.”


    “Anda tidak perlu kaku begitu tuan. Tidakkah anda ingin menyambutku dengan secangkir teh hangat?. Sihir tadi cukup membakar kaloriku, tiga sendok gula mungkin bisa mengembalikan kaloriku.”


    “Just tell me. What do you want?. Cepat katakana sebelum polisi datang kemari.”

    “Saya yakin anda tahu apa yang saya cari. Buku itu ada disini kan?. Mata-mataku berhasil menemukannya dan langsung memberiku kabar kemarin.”


    “Buku itu sudah tidak ada disini,” ujar Gorgovic tegas dan sangat dingin.


    “Saya tahu buku itu telah berada di tangan anda selama lima puluh tahun ini, tuan. Papaku yang berkata demikian, dan dia selalu berkata benar.”


    “I’m afraid he’s wrong this time. Buku itu benar-benar sudah tidak berada di tanganku.”


    “Cella, hmmmmm nama yang cantik,” ujar Ken tanpa memperdulikan ucapan Gorgovic sebelumnya.


    “Jauhi anakku. Atau…”


    “Anda mengancamku, tuan?. Apakah anda tidak sadar bahwa anda sedang berurusan dengan keluarga Atmajaya sekarang ini, hmm?,” nada iblis yang sedang mengancam benar-benar tergambar jelas dari ucapannya barusan.

    Keluarga Atmajaya merupakan klan Penyihir beraliran sorcery terkuat dan paling disegani di Negara ini. Tak seorang pun berani berurusan dengan keluarga tersebut. Merupakan rahasia umum juga bahwa keluarga Atmajaya inilah yang berperan di belakang kepemimpinan presiden Negara. Tak seorang pun dari jajaran pemerintahan yang bisa lolos dari cengkraman dan pengawasan keluarga Atmajaya. Apabila Presiden maupun pemimpin yang lain berani mengambil keputusan yang bisa merugikan keluarga Atmajaya, Seluruh keluarga dan sanak saudaranya akan dibantai habis tanpa sisa.


    “….” Gorgovic hanya bisa menghembuskan nafas berat di saat ia tak bisa menemukan satu kata pun untuk membalas ucapan Ken, ucapan yang mungkin bisa menunjukkan pada Ken bahwa dia tidak merasa takut. Tapi rasa khawatir yang timbul akan keselamatan jiwa anaknya, mampu mengunci rapat-rapat bibirnya.


    “Now, tell me. Dimana anda menyembunyikan buku itu?. Atau aku akan mencarinya sendiri memakai caraku.”


    “Aku sudah bilang berkali-kali. Buku itu sudah tidak berada padaku. Buku itu sudah berpindah tangan, karyawanku tidak sengaja menjualnya pada orang.”


    “Benarkah?. Pendulumiora.”

    Ken mematung beberapa saat seperti sedang mengharapkan sesuatu untuk terjadi setelah ia mengucapkan mantra tersebut.

    “Mengecewakan. Buku itu benar-benar tidak ada disini,” ujar Ken sembari berbalik memunggungi Gorgovic dan berjalan kearah pintu keluar tanpa mengucapkan salam perpisahan.

    “Ken, apa makhluk yang bersamamu itu golem?.”

    Ken berhenti sebelum sampai pada mulut pintu dan membalikkan badannya kembali menghadap Gorgovic.

    “Yup. Sebenarnya troll lebih bisa diandalkan untuk membunuh anda, tetapi sayang, troll akan lebih menarik perhatian orang-orang.”

    “Sebaiknya kau berhati-hati. Makhluk seperti mereka tidak seharusnya berada di luar dan dilihat oleh banyak orang.”

    “Hahaha tenang saja. Saya permisi dulu tuan,” kata Ken yang sekarang bisa berkata dengan nada yang lebih sopan.

    “TUAN GORGOVIC, JANGAN ANDA BERPIKIR SAYA DATANG KEMARI TANPA MEMBAWAKAN OLEH-OLEH UNTUK ANDA. SAYA TAHU BAGAIMANA MENYAPA ORANG BAIK SEPERTI ANDA HAHAHA,” ujar Ken dengan lantangnya di saat ia masih melangkahkan kaki keluar toko buku. Dan di saat itulah bau telur busuk kembali tercium dengan sangat kuatnya dari salah satu sudut ruangan yang kini luluh lantah.

    BLARRR!!!!!

    Seketika itulah ledakan ketiga yang jauh lebih besar meledak menghancurkan bangunan toko buku tersebut. Ledakan besar yang mungkin saja menewaskan Gorgovic dan pengunjung toko buku yang masih tidak sadarkan diri.

    “Anak setan!! Kau benar-benar anak setan Lee Christophian Atmajaya!!.”
  • ahhh keren > <
    mention mention mention
    pokoknya musti dimention kalo update!!!

    love it ♡♡♡
  • Spells:
    Mantra-mantra yang aku tulis di cerita ini murni buatanku sendiri, jadi jangan dipraktikin di rumah ya :D. berhubung mantranya benar2 karanganku sendiri, jadi mohon maaf kalau terdengar aneh dan terlihat terlalu dipaksakan. Karena ini karya tulis pertama :)

    Erasio memioree: spell atau mantra yang digunakan untuk menghapus ingatan tertentu. kayak obliviate di Harry Potter.


    Convalescerio: Mantra yang digunakan untuk menyembuhkan luka luar yang tidak terlalu parah. Biasanya luka sobek, luka benturan dan luka kecil lainnya.


    Pendulumiora: Mantra yang dipakai untuk mencari benda-benda yang hilang atau juga bisa digunakan untuk mengetahui keberadaan benda yang dicari pelafal mantra.
  • edited April 2015

Sign In or Register to comment.